Rabu, 24 Oktober 2012

Surat cinta untuk suamiku..

Jangan pernah berhenti untuk menyayangi dan mencintaiku...
Karena didunia ini hanya kaulah tempatku untuk mendapatkan ridho Allah dan berbalas surga...

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh wahai suamiku, penghias mataku...
Semoga Allah Subhanahu Wata'ala selalu melindungi dan merahmati kita...

Wahai pelindung kehormatanku....
Tanpa terasa waktu yang telah kita lewati dalam pernikahan ini telah memberikan banyak pembelajaran dan cinta untuk kita...
Aku, istrimu yang penuh dengan kelemahan ini sangat bersyukur kepada Allah karena telah memberikan dirimu kepadaku sebagai suamiku...
Meski terkadang sifatmu sedikit menjengkelkan, tapi aku suka dengan caramu membuatku tertawa...
Meski terkadang kau membuatku curiga dan cemburu, tapi aku suka dengan caramu merayu hatiku...
Meski terkadang kau membuatku kecewa, tapi kau adalah suami yang mau menerima semua kekuranganku tanpa pamrih...
Meski terkadang kau bukanlah suami yang sempurna, tapi aku selalu bersyukur karena kau lah suamiku bukan yang lain...
Aku benar-benar bersyukur karena Allah telah memberikan mu kepadaku...

Wahai penghias mata dan hatiku...
Selama ini bukannya aku tidak tahu bila terkadang atau bahkan mungkin sering, ada dari sikapku yang sengaja atau tidak telah melukai hatimu...
Ma'af, bila selama ini aku telah membuatmu kecewa dengan kekuranganku dalam menyenangkanmu...
Ma'af, bila selama ini aku telah membuatmu lelah karena telah berusaha keras mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhanku...
Ma'af, bila selama ini aku telah membuatmu marah karena tidak mengerti tentang keinginan-keinginanmu...
Dan maaf untuk semua kesalahan-kesalahan yang telah aku lupa...

Wahai pemegang kunci surgaku...
Jangan pernah bosan untuk selalu mengingatkan dan menasehatiku..
Jangan pernah lelah untuk memberikan yang terbaik buatku...
Jangan pernah berhenti untuk menyayangi dan mencintaiku...
Karena didunia ini hanya kaulah tempatku untuk mendapatkan ridho Allah dan berbalas surga...

Wahai jiwa yang ku cintai...
Mungkin aku bukan istri yang sempurna bagimu, tapi aku berusah keras untuk melakukan yang terbaik yang aku bisa untukmu..
Mungkin aku bukan istri yang istimewa bagimu, tapi aku berusaha menjadi yang terbaik bagimu...
Mungkin aku bukan istri yang kau inginkan, tapi aku berusaha untuk selalu menjadi yang terdepan dalam menjaga kehormatanmu...
Mungkin aku bukan istri yang terbaik dihatimu, tapi aku selalu berusaha untuk menjadikan keluarga kita sakinah mawaddah warahmah...

Wahai pembela dunia dan akhiratku...
Kiranya untuk kali ini cukup sampai disini isi surat sederhana ini...
Semoga Allah selalu meridhoi kita dan memberikan yang terbaik untuk kehidupan dunia dan akhirat kita...

Salam sayang dan hormatku untukmu....
Dari istri yang selalu mengharapkan ridhomu...
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...
-----------------------
Artikel :  My Diary

Baca juga:
- Danau Tiberias dan Rahasia Dajjal
- Lima Hal Yang Diingat Umar bin Khattab r.a Atas Kecerewetan Istri
- Sungai di bawah laut
- Sepenggal cerita antara muslimah prancis bercadar dan imigran arab tak berjilbab
- Belajar bersyukur dari Umar bin Khattab
- Guncangan dasyat menimpa syi'ah!!
- Inilah hikmah dibalik cobaan yang belum engkau tahu

Sabtu, 20 Oktober 2012

Hatiku terluka dan sakit...

Ku kira tidak ada seorangpun didunia ini yang tidak ingin bahagia. Bahkan seekor binatang terkecil didunia ini berhak mendapatkan rasa bahagia.

Ketika cinta yang menyapaku ternyata tak seindah yang ku impikan dan ku harapkan, hatiku marah, terluka dan kecewa. Mencoba memahami semua dengan hati yang benar-benar hancur ketika aku tahu ternyata kau tidak mencintaiku seperti aku mencintaimu. Menahan setiap tetes airmata putus asa ketika berhadapan denganmu adalah hal terberat bagiku karena seringkali airmataku jatuh tanpa ku minta. Tersenyum dengan senyuman termanis yang kupunya untuk menutupi semua rasa amarahku adalah topeng terbaik diwajahku yang pucat. Tertawa dan bertingkah seolah tak terjadi apa-apa dan semua baik-baik saja adalah akting terbaik ku.
Sampai akhirnya hatiku tak bisa lagi melakukan semua itu. Airmata yang selama ini kutahan akhirnya jatuh seperti hujan dihadapanmu mengharap belas kasihan dan kasih sayang darimu untukku. Senyum manis yang selama ini menghiasi wajahku perlahan-lahan berubah menjadi hampa ketika hatiku semakin merasa sakit dengan semua kekecewaan yang mendera. Derai tawaku pun berubah menjadi deheman tak bermakna yang membuat suasana menjadi sangat kaku ketika kau mencoba bercanda denganku, bercanda adalah hal yang sangat jarang kita lakukan.

Aku tidak tau apakah memang kau tidak mencintaiku hingga tidak mau perduli dengan perasaanku ataukah memang aku yang terlalu berharap banyak dari hubungan yang aku tahu bukan hubungan yang didasari oleh cinta. 
Kau memang tidak mencintaiku tapi aku mencintaimu. Tak bisakah kau membuka mata dan hatimu dan melihat betapa terbelenggunya aku oleh derita yang tak berkesudahan dari sikap acuh tak acuhmu?. Tak ingin tahukah kau terhadap keinginan hatiku yang ingin bisa menjadi teman dalam suka dan dukamu?. Begitu tak berartikah aku dimatamu atau begitu sangat bencikah kau padaku?. Berjuta pertanyaan ini berlompatan tanpa henti dikepalaku meminta untuk keluar dari bibirku dan bertanya kepadamu.

Aku tahu kalau kau tahu bahwa aku seringkali menatapmu, tapi kau tetap bersikukuh tidak berpaling ke arahku dan melihatku. Hatiku seperti tersayat pedang, sakit. Akhirnya yang kulakukan adalah diam dan menyimpan semua luka ini dihati. 
Seringkali hatiku bertanya sampai kapan aku membiarkan diriku diperlakukan seperti ini. Seringkali hatiku menangis dan meminta agar suatu saat hatimu menyadari kehadiranku disisimu dan menghargai semua yang telah kulakukan. Seringkali luka dihatiku kembali berdarah karena luka baru yang kau torehkan, pedih.

Seperti inikah cinta yang ditakdirkan untukku?.
Entah kapan bahagia itu dapat kumiliki. Entah kapan kau mau melihat dan mengerti aku. Entah kapan kau mau mencintaiku dan berhenti menyakitiku seperti ini.
Seberat inikah ujian cintaku?.
Aku tidak tahu sampai kapan aku bisa bertahan dalam keadaan seperti ini, karena rasa putus asa mulai memeluk hati dan pikiranku. Kata menyerah mulai menghiasai setiap usahaku. Kata berhenti mulai membuatku mengambil jarak darimu.

Kapan kau akan mencintaiku dan mengobati semua luka dihatiku?
------------------
Artikel :  My Diary

Minggu, 14 Oktober 2012

Sakit hati dan cemburu..

Ma'afkanlah hambamu yang sangat lemah ini... Aamiin... 
Matahari perlahan tenggelam kedalam pelukan malam.
Aku termangu melihat cahaya jingga sang mentari yang perlahan-lahan memudar dan berganti warna menjadi hitam karena selimut malam yang mulai mendekapnya. Malam ini langit berhiaskan bintang-bintang genit yang berkedip centil,  menyapaku yang terpesona dengan sinar kecilnya yang selalu setia menemani malam.

Rasa kagumku pada sang bintang terusik oleh sebuah tawa anak kecil yang manis dan manja. Tawa itu begitu indah terdengar ditelingaku, membuatku tersenyum senang sekaligus menimbulkan rasa sakit dan pedih dihatiku. 
Aku cemburu pada pemilik suara tawa yang indah itu. Aku cemburu pada keriangan yang ditimbulkan oleh  tawa manis dan manja itu. Aku cemburu dan sedih karena bukan aku yang menjadi ibu dari anak tersebut. Aku cemburu dan sakit karena tawa indah itu tidak menghiasi hati dan hariku. Aku cemburu dan sakit hati, karena aku tidak tau akan sampai kapan rumah ini sepi tanpa hiasan tawa dan tangis anak-anak.
Pikiranku berkata; "Jangan pikirkan hal yang tidak ada dan hal yang belum tentu baik bagimu", tapi hatiku berkata; "Sampai kapan aku akan terus merasa sepi dan merasa tidak berarti seperti ini tanpa kehadiran seorang anak?".
Sakit dihati tidak terperih ketika tidak diperlakukan adil hanya karena tidak memiliki keturunan. Ku kira seluruh wanita didunia ini pasti menginginkan anak keturunan yang lahir dari rahimnya sendiri. Bukannya tidak bersyukur dengan apa yang telah Allah Subhanahu Wata'ala berikan dalam hidupku, ku kira manusiawi bila akupun menginginkan anak keturunan seperti wanita-wanita yang lain. Agar ada yang menjadi penghibur hati  dikala sedihku, agar ada yang mendo'akan ketika aku mati kelak.

Hatiku sakit bahkan sangat sakit, ketika suami tidak lagi mengacuhkan ku karena ketidak mampuanku memiliki anak. Rasa putus asa dan merasa diabaikan seringkali menghinggapi hatiku. Menahan semuanya dalam diam dan kekecewaan yang teramat sangat. 
Aku ingin sekali melihat cinta dimata suamiku. Aku ingin melihat senyum dan tawa bahagia dibibirnya karena tawa lucu anak-anak kami. Aku ingin disayangi seperti dia menyayangi yang lain. Apakah keinginan yang sederhana ini tidak berhak untukku?.

Menangis dalam diam, hanya itu yang bisa kulakukan. Menyembunyikan semua kecewa, amarah, luka dan sakit hati didalam hatiku yang sudah sangat porak poranda. Mencoba untuk selalu tabah, bersabar dan mengalah, meski semua itu membuat jiwaku semakin terpuruk dalam kubangan kesedihan yang tak berdasar.
Rasa sakit hati ini kapankah akan berakhir?
Ya Allah....
Ma'afkanlah hambamu yang sangat lemah ini... Aamiin...
-----------------
Artikel :  My Diary

Sabtu, 13 Oktober 2012

Bahagia dan rasa puas...???

Pandailah bersyukur agar hidup terasa ringan dan nikmat.
Seperti apakah bahagia sejati dan rasa puas terhadap sesuatu yang diinginkan oleh kita?.
Pertanyaan ini muncul karena banyaknya teman yang curhat kepadaku. Mereka menumpahkah semua kekesalah, rasa kecewa dan sakit hati mereka terhadap suami, anak, teman mereka kepadaku dengan cara yang  terkadang lucu (menurutku).
Ada teman yang curhat tentang ketidak perdulian suaminya terhadap kekurangan uang belanja dan uang untuk kebutuhan pribadinya. Dengan berapi-api dia curhat kepadaku, katanya, "Suamiku orang yang tidak mau mengerti sama sekali dengan semua keadaan keuangan yang tidak mencukupi dalam rumah tangga kami", dia berkata dengan nada yang sangat kesal. Tapi setelah lama bercerita, akhirnya dia mengakui bahwa terkadang suaminya bila memiliki rezeki yang lebih, suka memberikan uang lebih untuk kepentingannya seperti membeli mesin cuci atau untuk membeli keperluan rumah tangga lainnya. Sambil tersenyum aku hanya bisa bilang, "Tuh kan, dia memikirkan semua kebutuhanmu dan anak-anakmu koq... Hanya saja, mungkin waktu kamu benar-benar sangat menginginkan barang tersebut dia (suami) belum memiliki rezeki yang lebih. Ada baiknya kamu lebih bersabar dan lebih mengerti keadaan suamimu". Dia (teman ku) hanya senyum-senyum mesem.

Ada lagi teman yang curhat tentang ketidak harmonisan hubungan antara suami dan anak perempuannya yang sudah beranjak remaja. Sambil menahan rasa kesal yang terlihat dari raut wajahnya ketika bercerita, dia berkata, "Kenapa ya bapak sama anak ngga bisa akur?. Selalu saja aku yang disalahkan kalau anaknya ngga ada di rumah, apa dia ngga bisa ngasih kebebasan sama anaknya untuk bergaul dan bermain?". Sedikit cerita tentang anak perempuannya, si anak seringkali pergi dari rumah tanpa pamit dan bisa ngga pulang selama seminggu bahkan lebih. Dalam hati ketika dia curhat tentang hal ini, aku menyalahkannya yang terlalu memberikan kebebasan kepada remaja putrinya. Tapi aku hanya bilang, "Yaahh... Suami atau ayah mana yang ngga khawatir kalau anak perempuannya ada diluar sana selama seminggu lebih, ngga tau si anak dimana, sama siapa, sedang apa, terus pergi dari rumah ngga pamit lagi. Siapapun pasti akan khawatir, meski si anak bilang kalau dia ngga ngapa-ngapain di luar sana, sebagai seorang ayah pastinya dia mengkhawatirkan jangan-jangan terjadi suatu hal yang tidak sepantasnya terjadi. Anak remaja memang membutuhkan teman dalam pergaulannya, tapi sebaiknya sebagai anak perempuan harus tau apa saja yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. Main boleh aja, tapi kalau ngga pulang selama seminggu lebih, itu udah ngga wajar. Ngga pantas lah anak perempuan seperti itu". Dia (teman) cuma nyengir ga jelas.. hehee....

Ada lagi teman yang curhat tentang ketidak perdulian suaminya atas kebutuhan dirinya yang ingin disayang. Sambil menahan airmata teman tersebut curhat, "Kenapa sih dia (suami) suka ga betah dirumah?. Pinginnya keluar mulu sama teman-temannya, istrinya ditinggal aja sendirian. Emangnya dia ga tau, akukan butuh disayang". Haaahhhh.. lagi-lagi curhat yang isinya keluhan semua, tapi kalau dipikir-pikir curhat emang isinya tentang ketidak puasan kita terhadap sesuatu kan?. Sedikit info, suami temanku ini usianya lebih muda dan pekerjaannya ngga menetap, kalau ada yang ngajak atau menawarkan pekerjaan barulah dia kerja. Sambil tersenyum aku berkata, "Ku kira bukannya dia ngga betah dirumah karena kalau dia dirumah terus emang mau ngapain?. Kapan dia mau cari nafkah buat kamu kalau kerjaan dia cuma ngelonin kamu aja, emang kamunya ga merasa lapar atau haus?. Dan bukannya bagus kalau dia punya banyak teman, siapa tau kalau temannya malah ngasih pekerjaan yang bagus buat suami kamu?. Seperti itulah tanda sayangnya untukmu, dia keluar rumah untuk bekerja atau mencari pekerjaan yang lain. Berprasangka baik aja sama suami". Masih dengan wajah kurang puas dia menjawab, "Entahlah, mudah-mudahan aja dia keluar emang buat kerja..". Lagi-lagi aku hanya bisa menghela nafas panjang atas rasa tidak puasnya.

Masih banyak lagi cerita keluh kesah teman-temanku yang ingin ku tuliskan disini, bukan bermaksud ingin membuka aib teman tapi ingin berbagi cerita saja. Semoga kita mendapatkan hikmah dari keluh kesah mereka. Ternyata kepuasaan kita terhadap sesuatu itu tidak pernah ada kecuali kita memiliki rasa ikhlas. Mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wata'ala dan selalu bersyukur terhadap apa yang telah Allah berikan adalah jalan terbaik dalam mengarungi kehidupan yang sementara ini.
------------------
Artikel : My Diary