Minggu, 09 Desember 2012

AAAAAAAHHHHH.....!!!!!!!!!!

Pelaku poligami hendaknya mau mengerti dan bersikap adillah terhadap istri-istrinya.
"Kehidupan kami (dengan istrinya yang lain) terlalu menderita hingga tidak punya kesempatan untuk memikirkan yang lain (istri yang mandul)". Kata-kata ini terucap dari mulut seorang laki-laki yang sangat tahu akan agamanya dan seorang pelaku poligami.

Bukan bermaksud ingin menyalahkan poligami, ini hanya perilaku dari pelaku poligami yang berlaku tidak adil terhadap salah satu dari dua istrinya. Selalu mengutamakan istri yang bisa melahirkan keturunan daripada istri yang mandul. Berlaku dengan sangat tidak menggunakan perasaan, bahkan bermaksud untuk menawarkan istrinya yang mandul kepada salah satu temannya, persis seperti memperlakukan barang tidak berharga. Ketika mengetahui si istri mandul sudah tidak berguna dan tidak bisa dimanfaatkan lagi, sang suamipun bermaksud untuk "menawarkan" istrinya kepada orang lain, benar-benar keterlaluan dan tidak berperasaan.
Suami seperti itu apakah benar-benar seorang manusia atau binatang berwujud manusia?. Pertanyaan ini tidak bisa hilang dari pikiranku, sangat mengganggu dan membuat tidak nyaman. Bagaimana bisa seorang suami berpikiran seperti ini?. Sebaiknya bila suami sudah tidak mencintai istri, berpisahlah secara baik sebagaimana suami dulu menikahi istrinya dengan cara yang baik, bukan dengan menawarkan istri kepada oranglain.

Alasan suami kenapa dia ingin memberikan istri (mandul) kepada temannya adalah karena si suami ingin agar istrinya lebih bisa berbahagia. Sebuah alasan yang sangat mengada-ada dan kekanak-kanakan. Bila memang tidak cinta lagi, baiknya suami menceraikan istrinya dengan baik sebagaimana dulu dia menikahi istrinya dengan cara yang baik. Si suami juga berkata bahwa ada seorang sahabat Nabi yang melakukan hal tersebut (memberikan salah satu istrinya kepada sahabatnya yang lain, saya tidak/belum tahu ada kisah seperti ini), hal ini juga yang menjadi alasan si suami kenapa dia bertindak seperti itu. Terkesan sangat memaksa bila mengatasnamakan agama dalam membenarkan tindakan yang si suami lakukan terhadap istrinya.

Aku jadi semakin tidak mengerti dengan tindakan si suami ini. Kalau memang ingin membahagiakan istri mengapa tidak dibahagiakan dengan dirinya sendiri, mengapa harus memberikan kepada orang lain agar istrinya bahagia?. Mengapa tidak berterus terang saja bahwa sebenarnya si suami sudah tidak cinta lagi kepada istrinya dan ingin berpisah?. Mengapa harus menggunakan alasan dan tindakan yang kekanak-kanakan seperti ini.

Pelaku poligami baiknya lebih banyak belajar bagaimana berlaku adil dan berbuat baik kepada para istri-istrinya. Bila salah satu istri tidak bisa melahirkan keturunan baiknya suami memahami bahwa tidak satupun wanita atau istri di dunia ini yang menginginkan menjadi mandul. Para suami cobalah untuk mengerti bagaimana beratnya cobaan menjadi mandul bagi istri, cobalah mengerti bagaimana hampa dan merasa tidak berartinya perasaan seorang istri karena keadaan tersebut. Bila ditambah lagi dengan perlakuan tidak adil dan tidak dimengerti oleh suami, apalagi yang bisa diharapkan oleh istri yang mandul?. Tidak ada...!!!!. Semua harapan, kegembiraan dan impiannya terkubur bersama kemandulan yang dia alami.
-----------------
Artikel :  My Diary

Sabtu, 08 Desember 2012

Aku mencintaimu dan terluka....

Ketika cinta datang dan menyapa hati, hal pertama yang ingin kita miliki adalah rasa bahagia dari cinta itu.
Bahagia...
Apa yang kita tau tentang bahagia?
Bahagia bukan hanya tentang seberapa banyak jumlah uang yang ada dikantong baju atau celana kita, tapi bahagia adalah sebuah rasa dari dalam hatimu yang membuatmu mampu berdiri tegar dalam menghadapi apapun dalam hidupmu, terkadang kita mendapatkan bahagia dari hal yang tidak pernah kita duga sama sekali.

Ku kira siapapun didunia ini, baik dia laki-laki atau perempuan, pastinya ingin merasakan bahagia. Ketika cinta datang dan menyapa hati, hal pertama yang ingin kita miliki adalah rasa bahagia dari cinta itu. Rasa memiliki dan dimiliki adalah keinginan yang wajar dalam hati setiap pecinta yang sedang mencintai.
Tapi ketika apa yang kau inginkan ternyata sangat jauh dari apa yang selama ini diangan-angankan dan diharapkan, apa yang kau lakukan?. Menangis menyesali semua yang telah terjadi dan menyalahkan cinta?, atau berusaha keras untuk tetap bertahan dalam cinta yang semakin terasa berat menghimpit hati?, atau melepaskan cinta itu dan mencari cinta baru yang mungkin saja lebih bisa membahagiakan dan mengerti hatimu?.

Aku tenggelam dalam kubangan rasa tidak bahagia yang semakin mencekik dan membuatku seakan-akan meregang nyawa. Berdamai dengan hati yang penuh dengan luka karena kecewa dan tak kunjung reda adalah perjuanganku akhir-akhir ini. Semua usaha dan tenaga telah ku curahkan dengan sepenuh hati dan sedaya upayaku hingga aku berada di titik terlelah dalam hati dan hidupku.

Bukan bermaksud ingin mengeluh atau tidak mensyukuri atas bahagia yang pernah ku rasakan, hanya saja hatiku sudah sangat lelah dengan rasa cintaku padamu.
Aku ingin berlari sejauh-jauhnya darimu agar tidak lagi ku rasakan luka karena mencintaimu.
Aku ingin menghindarimu seumur hidupku agar kau tidak bisa lagi melukaiku.
Aku ingin menghilang dari duniamu agar aku tidak lagi mengetahui dan mendengar hal apapun tentangmu.
Aku ingin meninggalkanmu agar hatiku bisa memaafkan.
----------------
Artikel :  My Diary

Perlu izin apa lagi...?

Setiap buka blog, yang terlebih dahulu terlihat adalah tulisan "Ma'af anda tidak punya izin untuk membuka blog ini".

Emang harus perlu izin apa lagi?
Semua data udah jelas diberikan waktu membuat blog ini...
Jadi bingung....

Senin, 03 Desember 2012

Dengan hati....


"Sabar dan bersabar, Allah sedang sangat mencintaimu saat ini dengan memberikan cobaan seperti ini. Allah ingin kita lebih dekat lagi dengan-Nya, mungkin selama ini ada dosa yang sengaja atau tidak sengaja kita lakukan. Jadi Allah ingin kita lebih dekat dengan-Nya untuk meminta ampunan-Nya."
(sedikit catatan kecil dari tangisan seorang istri yang pernah curhat dirumah).

Aku sedang memasak ketika temanku ini datang dengan wajah sedih dan air mata yang tidak bisa dia tahan telah mengalir di pipinya.

Katanya sambil menangis;

"Istri atau menantu yang "jahat" bila ia bisa melahirkan keturunan atau anak bagi keluarga suaminya maka semua kesalahannya dimasa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang bisa dengan mudah dima'afkan... Tapi hal itu tidak berlaku bagi istri atau menantu yang tidak dapat melahirkan keturunan atau anak. Meski sebaik apapun wanita tersebut dalam kehidupan rumah tangganya, apakah dia melakukan kesalahan atau tidak, apapun yang dia lakukan adalah sebuah kesalahan yang fatal yang tidak dapat dimaafkan bagi suami dan keluarganya".
Ku kira, tidak ada satupun wanita didunia ini yang ingin mandul. Selayaknya naluri seorang ibu, pasti ada dalam diri setiap wanita. Jadi bila seorang istri tidak dapat melahirkan keturuan bagi suaminya apakah harus mendapatkan hinaan dan cemoohan?. Begitu sangat berdosakah wanita atau istri yang tidak bisa hamil dan melahirkan anak-anak, yang dia sendiri sangat mendambakan hal itu?. Begitu rendahkan martabat seorang istri dimata suami dan keluarga besarnya hanya karena ketidak mampuannya dalam melahirkan keturunan?.

Rasa sepi, terhina, tidak percaya diri dan kehilangan harapan sudah merampas semua senyuman dihati dan dibibirku. Apakah beban hati ini harus ditambah lagi dengan cara mereka yang selalu membanding-bandingkan keadaanku dengan wanita yang bisa melahirkan anak?.
Sakit....!!!!!
Luka hatiku yang belum sembuh dan masih bernanah, semakin bertambah parah dengan sayatan luka yang baru.
Sangat menyiksa jiwa dan melukai harga diriku...

Seandainya mereka berada diposisi yang sama denganku, apa yang akan mereka lakukan?.
Seandainya mereka mengalami apa yang aku alami saat ini, apakah mereka masih mampu bertahan ditengah-tengah cercaan dan hinaan?.
Seandainya mereka mau merasakan sedikit saja dari apa yang aku rasakan saat ini. Bukan hal yang mudah menjalani kehidupan sebagai istri yang tidak sempurna. 
Tak bisakah mereka menggunakan hati dalam menyikapi keadaanku saat ini?.
Tak bisakah mereka memahami kesedihanku dengan hati?.
Aku tidak minta dikasihani, yang kuminta adalah rasa pengertian.

Kalau boleh meminta, akupun tidak ingin terlahir dalam keadaan mandul dan menjadi terhina seperti ini..
Kalau saja boleh, akupun sangat ingin mempertanyakan kepada Tuhan, mengapa harus aku?.
Mengapa harus aku yang mengalami penderitaan seperti ini?.

Setelah semua beban dihatinya dia tumpahkan lewat kata-kata, diapun kembali menangis dan menangis.

Aku hanya bisa terdiam melihatnya menangis sedih dihadapanku.
Aku ingin mengatakan bahwa apa yang dia rasakan tidak sebanding dengan apa yang aku rasakan tapi aku khawatir akan semakin membuat sedih hatinya dan merampas semua semangatnya.
Aku ingin mengatakan bahwa apa yang dia alami tidak sebanding dengan apa yang aku alami tapi aku khawatir akan membuatnya semakin cemas dan menghilangkan semua kepercayaan dirinya.

Akhirnya aku hanya bisa berkata, "Sabar dan bersabar, Allah sedang sangat mencintaimu saat ini dengan memberikan cobaan seperti ini. Allah ingin kita lebih dekat lagi dengan-Nya, mungkin selama ini ada dosa yang sengaja atau tidak sengaja kita lakukan. Jadi Allah ingin kita lebih dekat dengan-Nya untuk meminta ampunan-Nya."
Sebenarnya kata-kata ini lebih ingin menghibur diriku sendiri daripada ingin menghiburnya. Tapi hanya ini yang bisa kulakukan dan kukatakan.
---------------
Artikel :  My Diary

Baca juga:
- Senyuman.
- Nasehat ibu kepada putrinya.
- Sabar, keajaiban seorang mu'min.
- Misteri Kapal Hantu di Dunia.
- Azdah al-Khaldah, kibaran jilbabnya menggetarkan musuh.