Minggu, 14 Oktober 2012

Sakit hati dan cemburu..

Ma'afkanlah hambamu yang sangat lemah ini... Aamiin... 
Matahari perlahan tenggelam kedalam pelukan malam.
Aku termangu melihat cahaya jingga sang mentari yang perlahan-lahan memudar dan berganti warna menjadi hitam karena selimut malam yang mulai mendekapnya. Malam ini langit berhiaskan bintang-bintang genit yang berkedip centil,  menyapaku yang terpesona dengan sinar kecilnya yang selalu setia menemani malam.

Rasa kagumku pada sang bintang terusik oleh sebuah tawa anak kecil yang manis dan manja. Tawa itu begitu indah terdengar ditelingaku, membuatku tersenyum senang sekaligus menimbulkan rasa sakit dan pedih dihatiku. 
Aku cemburu pada pemilik suara tawa yang indah itu. Aku cemburu pada keriangan yang ditimbulkan oleh  tawa manis dan manja itu. Aku cemburu dan sedih karena bukan aku yang menjadi ibu dari anak tersebut. Aku cemburu dan sakit karena tawa indah itu tidak menghiasi hati dan hariku. Aku cemburu dan sakit hati, karena aku tidak tau akan sampai kapan rumah ini sepi tanpa hiasan tawa dan tangis anak-anak.
Pikiranku berkata; "Jangan pikirkan hal yang tidak ada dan hal yang belum tentu baik bagimu", tapi hatiku berkata; "Sampai kapan aku akan terus merasa sepi dan merasa tidak berarti seperti ini tanpa kehadiran seorang anak?".
Sakit dihati tidak terperih ketika tidak diperlakukan adil hanya karena tidak memiliki keturunan. Ku kira seluruh wanita didunia ini pasti menginginkan anak keturunan yang lahir dari rahimnya sendiri. Bukannya tidak bersyukur dengan apa yang telah Allah Subhanahu Wata'ala berikan dalam hidupku, ku kira manusiawi bila akupun menginginkan anak keturunan seperti wanita-wanita yang lain. Agar ada yang menjadi penghibur hati  dikala sedihku, agar ada yang mendo'akan ketika aku mati kelak.

Hatiku sakit bahkan sangat sakit, ketika suami tidak lagi mengacuhkan ku karena ketidak mampuanku memiliki anak. Rasa putus asa dan merasa diabaikan seringkali menghinggapi hatiku. Menahan semuanya dalam diam dan kekecewaan yang teramat sangat. 
Aku ingin sekali melihat cinta dimata suamiku. Aku ingin melihat senyum dan tawa bahagia dibibirnya karena tawa lucu anak-anak kami. Aku ingin disayangi seperti dia menyayangi yang lain. Apakah keinginan yang sederhana ini tidak berhak untukku?.

Menangis dalam diam, hanya itu yang bisa kulakukan. Menyembunyikan semua kecewa, amarah, luka dan sakit hati didalam hatiku yang sudah sangat porak poranda. Mencoba untuk selalu tabah, bersabar dan mengalah, meski semua itu membuat jiwaku semakin terpuruk dalam kubangan kesedihan yang tak berdasar.
Rasa sakit hati ini kapankah akan berakhir?
Ya Allah....
Ma'afkanlah hambamu yang sangat lemah ini... Aamiin...
-----------------
Artikel :  My Diary

Tidak ada komentar:

Posting Komentar