Rabu, 28 Agustus 2013

Kisah nyata: Wanita Syi'ah yang malang di Bandung.


Untuk kedua kalinya wanita itu pergi ke dokter Hanung, seorang dokter spesialis kulit dan kelamin di kota Bandung. Sore itu ia datang sambil membawa hasil laboraturium seperti yang diperintahkan dokter dua hari sebelumnya. Sudah beberapa Minggu dia mengeluh merasa sakit pada waktu buang air kecil (drysuria) serta mengeluarkan cairan yang berlebihan dari vagina (vagina discharge).

Sore itu suasana di rumah dokter penuh dengan pasien. Seorang anak tampak menangis kesakitan karena luka dikakinya, kayaknya dia menderita Pioderma. Disebelahnya duduk seorang ibu yang sesekali menggaruk badannya karena gatal. Di ujung kursi tampak seorang remaja putri melamun, merenungkan akne vulgaris (jerawat) yang ia alami.

Ketika wanita itu datang ia mendapat nomor terakhir. Ditunggunya satu per satu pasien yang berobat sampai tiba gilirannya. Ketika gilirannya tiba, dengan mengucap salam dia memasuki kamar periksa dokter Hanung. Kamar periksa itu cukup luas dan rapi. Sebuah tempat tidur pasien dengan penutup warna putih. Sebuah meja dokter yang bersih. Dipojok ruang sebuah wastafel untuk mencuci tangan setelah memeriksa pasien serta kotak yang berisi obat-obatan.

Sejenak dokter Hanung menapat pasiennya. Tidak seperti biasa, pasiennya ini adalah seorang wanita berjilbab rapat. Tidak ada yang kelihatan kecuali sepasang mata yang menyinarkan wajah duka. Setelah wawancara sebentar (anamnese) dokter Hanung membuka amplop hasil laboratorium yang dibawa pasiennya. Dokter Hanung terkejut melihat hasil laboratorium. Rasanya ada hal yang mustahil. Ada rasa tidak percaya terhadap hal itu. Bagaimana mungkin orang berjilbab yang tentu saja menjaga kehormatannya terkena penyakit itu, penyakit yang hanya mengenai orang yang sering berganti-ganti pasangan seksual.

Dengan wajah tenang dokter Hanung melakukan anamsese lagi secara cermat.

# “Saudari masih kuliah?”
# “Masih Dok”
# “Semester berapa?”
# “Semester tujuh Dok”
# “Fakultasnya?”
# “Sospol”
# “Jurusan komunikasi massa ya?”

Kali ini ganti pasien terakhir itu yang kaget. Dia mengangkat muka dan menatap dokter Hanung dari balik cadarnya.

# “Kok dokter tahu?”
# “Aah,…….. tidak, hanya barang kali saja!”

Pembicaraan antara dokter Hanung dengan pasien terakhirnya itu akhirnya seakan-akan beralih dari masalah penyakit dan melebar kepada persoalan lain yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah penyakit itu.

# “Saudari memang penduduk Bandung ini atau dari luar kota?”

Pasien terkahirnya itu tampaknya mulai merasa tidak enak dengan pertanyaan dokter yang mulai menyimpang dari masalah-masalah medis itu. Dengan jengkel dia menjawab.

# “Ada apa sih Dok …. Kok tanya macam-macam?”
# “Aah enggak,… barangkali saja ada hubungannya dengan penyakit yang saudari derita!”

Pasien terkahir itu tampaknya semakin jengkel dengan pertanyaan dokter yang kesana-kemari itu. Dengan agak kesal ia menjawab:

# “Saya dari Pekalongan”
# “Kost-nya?”
# “Wisma Fathimah, jalan Alex Kawilarang 63”
# “Di kampus sering mengikuti kajian islam yaa”
# “Ya, … kadang-kadang Dok!”
# “Sering mengikuti kajian Bang Jalal?”

Sekali lagi pasien itu menatap dokter Hanung.

# “Bang Jalal siapa?”
Tanyanya dengan nada agak tinggi.

# “Tentu saja Jalaluddin Rahmat! Di Bandung siapa lagi Bang Jalal selain dia… kalau di Yogya ada Bang Jalal Muksin”

# “Ya,…. kadang-kadang saja saya ikut”
# “Di Pekalongan,… (sambil seperti mengingat-ingat) kenal juga dengan Ahmad Baraqba?”

Pasien terakhir itu tampak terkejut dengan pertanyaan yang terkahir itu, tetapi dia segera menjawab

# “Tidak! Siapa yang dokter maksudkan dengan nama itu dan apa hubungannya dengan penyakit saya?”

Pasien terakhir itu tampak semakin jengkel dengan pertanyaan-tanyaan dokter yang semakin tidak mengarah itu. Tetapi justru dokter Hanung manggut-manggut dengan keterkejutan pasien terakhirnya. Dia menduga bahwa penelitian penyakit pasiennya itu hampir selesai.

Akhirnya dengan suara yang penuh dengan tekanan dokter Hanung berkata,

# “Begini saudari, saya minta maaf atas pertanyaan-pertanyaan saya yang ngelantur tadi, sekarang tolong jawab pertanyaan saya dengan jujur demi untuk therapi penyakit yang saudari derita,…”

Sekarang ganti pasien terakhir itu yang mengangkat muka mendengar perkataan dokter Hanung. Dia seakan terbengong dengan pertanyaan apa yang akan di lontarkan oleh dokter yang memeriksanya kali ini.

# “Sebenarnya saya amat terkejut dengan penyakit yang saudari derita, rasanya tidak mungkin seorang ukhti mengidap penyakit seperti ini”
# “Sakit apa Dok?”.

Pasien terakhir itu memotong kalimat dokter Hanung yang belum selesai dengan amat penasaran.

# “Melihat keluhan yang anda rasakan serta hasil laboratorium semuanya menyokong diagnosis gonore, penyakit yang disebabkan hubungan seksual”.

Seperti disambar geledek perempuan berjilbab biru dan berhijab itu, pasien terakhir dokter Hanung sore itu berteriak,

# “Tidak mungkin!!!”

Dia lantas terduduk di kursi lemah seakan tak berdaya, mendengar keterangan dokter Hanung. Pandang matanya kosong seakan kehilangan harapan dan bahkan seperti tidak punya semangat hidup lagi.

Sementara itu pembantu dokter Hanung yang biasa mendaftar pasien yang akan berobat tampak mondar-mandir seperti ingin tahu apa yang terjadi. Tidak seperti biasanya dokter Hanung memeriksa pasien begitu lama seperti sore ini. Barangkali karena dia pasien terakhir sehingga merasa tidak terlalu tergesa-gesa maka pemeriksaannya berjalan agak lama. Tetapi kemudian dia terkejut mendengar jerit pasien terakhir itu sehingga ia merasa ingin tahu apa yang terjadi.

Dokter Hanung dengan pengalamannya selama praktek tidak terlalu kaget dengan reaksi pasien terakhirnya sore itu. Hanya yang dia tidak habis pikir itu kenapa perempuan berjilbab rapat itu mengidap penyakit yang biasa menjangkiti perempuan-perempuan rusak. Sudah dua pasien dia temukan akhir-akhir ini yang mengidap penyakit yang sama dan uniknya sama-sama mengenakan busana muslimah. Hanya saja yang pertama dahulu tidak mengenakan hijab penutup muka seperti pasien yang terakhirnya sore hari itu. Dulu pasien yang pernah mengidap penyakit yang seperti itu juga menggunakan pakaian muslimah, ketika didesak akhirnya dia mengatakan bahwa dirinya biasa kawin mut’ah. Pasiennya yang dahulu itu telah terlibat jauh dengan pola pikir dan gerakan Syi’ah yang ada di Bandung ini. Dari pengalaman itu timbul pikirannya menanyakan macam-macam hal mengenai tokoh-tokoh Syi’ah yang pernah dia kenal di kota Kembang ini dan juga kebetulan mempunyai seorang teman dari Pekalongan yang menceritakan perkembangan gerakan Syi’ah di Pekalongan. Beliau bermaksud untuk menyingkap tabir yang menyelimuti rahasia perempuan yang ada didepannya sore itu.

# “Bagaimana saudari,… penyakit yang anda derita ini tidak mengenali kecuali orang-orang yang biasa berganti-ganti pasangan seks. Rasanya itu tidak mungkin terjadi pada seorang muslimah seperti diri anda. Kalau itu masa lalu saudari baiklah saya memahami dan semoga dapat sembuh, bertaubatlah kepada Allah, … atau mungkin ada kemungkinan lain,…?”

Pertanyaan dokter Hanung itu telah membuat pasien terakhirnya mengangkat muka sejenak, lalu menunduk lagi seperti tidak memiliki cukup kekuatan lagi untuk berkata-kata. Dokter Hanung dengan sabar menanti jawaban pasien terakhirnya sore itu. Beliau beranjak dari kursi memanggil pembantunya agar mengemasi peralatan untuk segera tutup setelah selesai menangani pasien terakhirnya itu.

# “Saya tidak percaya dengan perkataan dokter tentang penyakit saya!” katanya terbata-bata.

# “Terserah saudari,… tetapi toh anda tidak dapat memungkiri kenyataan yang anda sandang-kan?”

# “Tetapi bagaimana mungkin mengidap penyakit laknat tersebut sedangkan saya selalu berada di dalam suasana hidup yang taat kepada hukum Allah?”

# “Sayapun berprasangka baik demikian terhadap diri anda,… tetapi kenyataan yang anda hadapi itu tidak dapat dipungkiri?”

Sejenak dokter dan pasien itu terdiam. Ruang periksa itu sepi. Kemudian terdengar suara dari pintu yang dibuka pembantu dokter yang mengemasi barang-barang peralatan administrasi pendaftaran pasien. Pembantu dokter itu lantas keluar lagi dengan wajah penuh dengan tanda tanya mengetahui dokter Hanung yang menunggui pasien terakhirnya itu.

# “Cobalah introspeksi diri lagi, barangkali ada yang salah,… sebab secara medis tidak mungkin seseorang mengidap penyakit ini kecuali dari sebab tersebut”.

# “Tidak dokter,… selama ini saya benar-benar hidup secara baik menurut tuntunan syari’at islam,… saya tetap tidak percaya dengan analisa dokter!”.

Dokter Hanung mengerutkan keningnya men-dengar jawaban pasien terakhirnya itu. Dia tidak merasa sakit hati dengan perkataan pasiennya yang berulang kali mengatakan tidak percaya dengan analisanya. Untuk apa marah kepada orang sakit. Paling juga hanya menambah parah penyakitnya saja, dan lagi analisanya toh tidak menjadi salah hanya karena disalahkan oleh paiennya. Dengan penuh kearifan dokter itu bertanya lagi….

# “Barangkali anda biasa kawin mut’ah?”

Pasien terakhir itu mengangkat muka.

# “Iya dokter!” “Apa maksud dokter?”
# “Itukan berarti anda sering kali ganti pasangan seks secara bebas!”
# “Lho,… tapi itukan benar menurut syari’at Islam Dok!”

Pasien terakhir itu membela diri

# “Ooo,… jadi begitu,… kalau dari tadi anda mengatakan begitu saya tidak bersusah payah mengungkapkan penyakit anda. Tegasnya anda ini pengikut Syi’ah yang bebas berganti-ganti pasangan mut’ah semau anda. Ya itulah petualangan seks yang anda lakukan. Hentikan itu kalau anda ingin selamat”.

# “Bagaimana dokter ini, saya kan hidup secara benar menurut syari’at Islam sesuai dengan keyakinan saya, dokter malah melarang saya dengan dalih-dalih medis”.

Sampai disini dokter Hanung terdiam. Sepasang giginya terkatup rapat dan dari wajahnya terpancar kemarahan yang sangat terhadap perkataan pasien terakhirnya yang tidak punya aturan itu. Kemudian keluarlah perkataan yang berat penuh tekanan.

# “Terserah apa kata saudari membela diri,…. Anda lanjutkan petualangan seks anda. Dengan resiko anda akan berkubang dengan penyakit kelamin yang sangat mengerikan itu, dan sangat boleh jadi pada suatu tingkat nanti anda akan mengidap penyakit AIDS yang sangat mengerikan itu,…..atau anda hentikan dan bertaubat kepada Allah dari mengikuti ajaran bejat itu kalau anda menghendaki kesembuhan”.

# “Ma…maaf Dok, saya telah membuat dokter tersinggung!”

Dokter Hanung hanya mengangguk menjawab perkataan pasien terakhirnya yang terbata-bata itu.

# “Begini saudari,…tidak ada gunanya resep saya berikan kepada anda kalau toh tidak berhenti dari praktek kehidupan yang selama ini anda jalani. Dan semua dokter yang anda datangi pasti akan bersikap sama,…sebab itu terserah kepada saudari. Saya tidak bersedia memberikan resep kalau toh anda tidak mau berhenti”.

# “Ba…BBaik Dok,…Insya Allah akan saya hentikan!”

Dokter Hanung segera menuliskan resep untuk pasien yang terakhirnya itu, kemudian menyodorkan kepadanya.

# “Berapa Dok?”
# “Tak usahlah,…saya sudah amat bersyukur kalau anda mau menghentikan cara hidup binatang itu dan kembali kepada cara hidup yang benar menurut tuntunan yang benar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Saya relakan itu untuk membeli resep saja”.

Pasien terakhir dokter Hanung itu tersipu-sipu mendengar jawaban dokter Hanung.

# “Terimah kasih Dok,…permisi!”

Perempuan itu kembali melangkah satu-satu di peralatan rumah Dokter Hanung. Ia berjalan keluar teras dekat bougenvil biru yang seakan menyatu dengan warna jilbabnya. Sampai digerbang dia menoleh sekali lagi ke teras, kemudian hilang di telan keramaian kota Bandung yang telah mulai temaran di sore itu.

Sumber: Buku Mengapa Kita Menolak Syi’ah, Hal.254-256, dikutip dari ASA edisi 5, 1411 H.
Dikutip dari :http://haulasyiah.wordpress.com/2009/08/28/akhir-petualangan-si-pasien-terakhir/

"Dan tidaklah Kami menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri." (QS. Az-Zukhruf : 43)
--------------------
Artikel : My Diary

Baca juga :
- Dosa-dosa yang sering dianggap suami biasa didalam keluarga.
- Dosa-dosa yang sering dianggap suami biasa didalam keluarga (bagian kedua)
- Hadits tentang wanita bagian ke 2.
- Hadits tentang wanita.
- Istri Rasulullah, Zainab binti Jahsyi.

Selasa, 27 Agustus 2013

Awas istri anda di larikan Syi'ah!!!!!




Makin heran sama agama Syi'ah. Ada gitu 'imam' agama Syi'ah yang membolehkan para istri (penganut agama Syi'ah) selingkuh/serong dengan lelaki lain. Kalau gitu, istri para imam Syi'ah harusnya bisa diselingkuhi juga, pahalanya pasti lebih besar karena sudah selingkuh/serong dengan istri 'imam'. hahahaaaa...
Bisa gitu, manusia membuat fatwa MESUM seperti ini  Agama syi'ah, benar-benar agama yang ANEH...
Bisa-bisanya mengharapkan wajah Allah dengan ber 'sedekah' menggunakan kemaluan, apa bedanya sama pelacur ya???
ckckckkk....
---------------

DALIL BOLEHNYA BERSELINGKUH DALAM AJARAN SYIAH
(Bisa dibayangkan andai punya istri syiah)

Istri itu dibolehkan serong (selingkuh) dengan lelaki lain . Dan ia akan mendapat pahala asalkan niatnya bersedekah untuk menyenangkan para lelaki dan mengharapkan wajah Allah

Dan inilah perkataan sesat tersebut. 

Pendeta ' Syi'ah (SH MOHSIN AL ASFOR) berfatwa :


يجوز للمتزوجة ان تتمتع من غير أذن زوجها ، وفي حال كان بأذن زوجها فأن نسبة الأجر أقل ، شرط وجوب النية انه خالصاً لوجه الله

( ٤٣٢/١٢ فتاوى )


diperbolehkan bagi seorang wanita yang sudah menikah untuk bersenang-senang dengan lelaki lain tanpa seizin suaminya, dan (kalau) dalam keadaan diizinkan suaminya maka pahalanya berkurang. Syarat wajib niat adalah ikhlas hanya karena mengharapkan wajah Allah 

[fatawa 12/432] 

sumber, lihat di twitternya disini : 
https://twitter.com/ShMohsnAlAsfor/status/338237275194400768

Sumber : forum-unand.blogspot.com
-----------
Artikel : My Diary

Baca juga: 
- Sesatnya Syi'ah: Khomaini Mut'ah dengan anak kecil.
- Imam spesialin fatwa sex (Ali Sistani Laknatullah) ternyata anak hasil mut'ah.
- Teror ulama Syi'ah bagi wanita yang tidak mau mereka Mut'ah.
- Mut'ah dengan Putri Ulama Syi'ah menyebabkan kekal di Neraka bersama Iblis.
- Dasyatnya Neraka.

Teror ulama Syi'ah bagi wanita yang tidak mau mereka Mut'ah.



Ada lagi fatwa dedengkot Syi'ah yang membuat para wanita syi'ah semakin tidak dihargai. Bisa-bisanya seorang manusia mengancam manusia yang lain dengan membuat fatwa yang tidak masuk akal, sementara para petinggi ulama syi'ah sendiri mengatakan kalau anak-anak perempuam mereka di mut'ah maka akan abadi di neraka bersama Iblis. 'Ulama' Syi'ah mengeluarkan fatwa yang menguntungkan dan membuat senang dirinya sendiri. Dan yang lebih aneh lagi, koq ya masih ada saja manusia yang mau masuk Syi'ah, padahal sudah banyak terbongkar keburukan agama yang satu ini.

Berikut artikel yang berisi fatwa Gila tersebut..
----------------------

Ulama Syi’ah kembali menteror kaum wanitanya untuk dijadikan budak nafsu mereka. Mereka mengancam dengan neraka bagi siapa pun dari para wanita Syi’ah yang menolak tatkala diajak beribadah mut’ah/kawin kontrak (baca: zina) oleh sayyid dari kalangan mereka.
Adalah Muhsin Alu ‘Ashfur, salah satu dedengkot Syi’ah yang di dalam twitternya menteror para wanita Syi’ah seperti di atas. Saksikanlah, si busuk ini berkata:
قال السيد فاضل المدرسي نقلاً عن الإمام الصدوق (ع) : (كل إمرأة طلبها سيد في متعة ورفضت فقد أوجبت على نفسها النار وحرمت عن نفسها الجنة والأجر)
 “Telah berkata As-Sayyid Fadhil Al-Madrisiy menukil dari Al-Imam Ash-Shaduq: “Setiap wanita yang dimintai oleh sayyid untuk ber-mut’ah lalu dia (si wanita) menolak, maka sungguh neraka wajib atas dirinya dan diharamkan dari dirinya akan Surga juga pahala.” [Twitter Muhsin Alu ‘Ashfur: https://twitter.com/ShMohsnAlAsfor/status/349582741517508608]
Sumber : forum-unand.blogspot.com
-------------
Artikel : My Diary

Baca juga :
- Surat cinta untuk suamiku.
- Bahagia dan rasa puas..??
- Dengan hati.
- ALHAMDULILLAH.  
- Do'a. 
- Ketika Allah mencintaimu.

Minggu, 25 Agustus 2013

Potret hinanya kaum wanita dimata Syi'ah.

Kasihan kalau melihat wanita-wanita syi'ah dan anak-anak mereka yang terlahir dari Mut'ah. Nasibnya ga lebih seperti nasib pelacur, sekali pakai buang, mau ada anak atau tidak, bukanlah persoalan. Hidup seperti ini apa bedanya dengan hewan? Entahpun anak-anak mereka kelak akan mereka mut'ah juga (bapak memut'ah anak) karena ketidaktahuan akan kelahiran anak-anak tersebut, atau bisa saja seorang kakak memut'ah adiknya (satu bapak, beda ibu), demikian pula sebaliknya karena tidak tahu nasabnya dari siapa.

Na'udzubillahi mindzalik....
--------------------

PENENTUAN BAPAK HASIL ZINA DARI SEBUAH MATA DADU
Bukan Syi'ah bila tidak doyan Mut'ah. Zina berkedok agama tersebut memiliki kedudukan yang sangat agung dan merupakan amalan yang amat mulia dalam agama Syi'ah. Bahkan hingga dikatakan secara dusta oleh mereka untuk membuat semangat para pengikutnya bahwa barangsiapa yang melakukannya hingga 4 kali, maka derajatnya sama seperti derajat Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam. Na'udzubillah!

Dan juga sebagaimana telah kita ketahui, terdapat pada ajaran mereka bahwa diperbolehkannya bermut'ah hingga seribu wanita.

Kini ulama Syi'ah telah memberikan solusi baru kepada para pengikutnya, terutama bagi kaum wanitanya yang sudah seringkali berlomba-lomba menggapai pahala dengan 'ibadah mut'ah hingga sulit diketahui berapa jumlah laki-laki Syi'ah yang telah memut'ahnya, dan sulit pula diketahui siapa bapak sebenarnya dari anak yang lahir dari hasil mut'ahnya.

Kasus yang amat memalukan demikian pernah ditanyakan kepada dedengkot Al-Khui seperti berikut, dan dia memberikan solusi dengan fatwanya yaitu dengan cara DI-UNDI untuk pemilihan bapak bagi sang anak :

السؤال : امرأة ادعت أنها يائس ، أو ظهرت عليها امارات اليأس ، واطمأنت لذلك وعملت عمل اليائس ، ثم تزوجت بالعقد المنقطع شخصا ، وبعد فترة تزوجت شخصا آخر متعة ، وبعد مدة تزوجت من ثالث متعة ، وبعد هذا الزواج المتكرر حملت المرأة ، ففي هذه الصورة بمن يلحق الولد ؟.. وهل يعتمد على القرعة في المقام ، أم لا ؟


Pertanyaan :
Seorang wanita mengklaim bahwa ia telah mencapai keadaan menopause, atau tanda-tanda menopause (terlihat) jelas padanya, dan (hukum mut’ah tanpa iddah) menjadi muatannya dan melakukan (sesuai) hukum bagi wanita menopause, ia nikah mut’ah dengan seorang lelaki, setelah beberapa waktu ia menikah mut’ah dengan lelaki lain, setelah beberapa waktu ia menikah mut’ah (lagi) dengan lelaki ketiga, dan setelah kembali melakukan pernikahan itu dia hamil, jadi dalam kasus seperti ini bagaimana menentukan ayah dari anak tersebut? dan perlukah kita bergantung dengan (melakukan) undian di tempat, atau tidak?

الجواب : في الصورة المفروضة: بما أن علاقة الأول قد انقطعت عن المرأة المذكورة فلا يلحق الولد به ، وحينئذ إن كان عقد الأول والثاني كلاهما في زمان مدة الأول ، فالعقدان كلاهما باطل ، ويكون الوطئ من كليهما شبهة ، وعليه فيكون الولد مرددا بينهما ، فالمرجع في تعيينه القرعة ، وان كان العقدان كلاهما بعد انقضاء المدة ، فكلاهما صحيح ، ويلحق الولد حينئذ بالثالث
Jawaban :
Dalam kasus yang digambarkan: Karena hubungan (lelaki) yang pertama terputus dari wanita tersebut sehingga sang anak sudah pasti bukan hasil hubungan terhadapnya (lelaki pertama), dan jika semua (masa) kontrak telah selesai, dan hubungan mereka akan didasari pada keraguan, dan atas ini sang anak pasti hasil hubungan dengan salah satu dari mereka, dan akan diberi wewenang untuk melakukan pengundian berkali-kali kepada mereka, dan jika semua kontarak itu telah selesai periode (mut'ahnya), mereka semua adalah benar dan sang anak pasti hasil hubungan dengan lelaki ketiga.

http://www.al-khoei.us/fatawa1/index.php?id=1928

Sumber : forum-unand.blogspot.com
-------------
Artikel : My Diary

Baca juga :
- Imam spesialis fatwa sex (Ali Sistani Laknatullah) ternyata anak hasil Mut'ah.
- Sesatnya Syi'ah: Khomaini mut'ah dengan anak kecil.
-

Imam spesialis fatwa sex (Ali Sistani Laknatullah) ternyata anak hasil Mut'ah

Seperti inilah 'imam' syi'ah yang untuk menarik minat kaum muda agar mau masuk agama syi'ah, menggunakan sex sebagai umpan dan mengatas namakan mut'ah sebagai cara mendekatkan diri kepada Allah. Mereka (para imam syi'ah), manusia apa bukan? Seenaknya membuat fatwa yang menjijikkan dan menghalalkan yang haram dari agama Islam. Perangai dan fatwa mereka benar-benar KOTOR dan MENJIJIKKAN!!!
---------------------

Al-Sistani sendiri merupakan anak hasil mut’ah, dan tentu saja musibahnya lebih besar, karena ia tidak mengetahui siapa bapaknya. Kisah hidupnya sudah popular. Berdasarkan biografinya yang tersebar dalam dunia maya bahwa ia dilahirkan di kota Mashad Iran, ibunya sangat sering melakukan mut’ah untuk mendekatkan diri kepada Allah berdasarkan akidah mereka yang menyimpang.

Setelah melahirkan putranya, al-Sistani, ibunya kebingungan, dari siapakah benih hasil mut’ah itu ia nasabkan. Maka ia memutuskan untuk pergi ke Hauzah (semacam pesantren) di kota Qum yang disucikan untuk meminta fatwa. Maka mufti besar yang menjadi rujukan tama, Syayyid Husein al-Thabathabai memberikan fatwa untuk mengundi nama-nama pria yang telah melakukan mut’ah dengannya. Setelah diundi, keluarlah nama Sayyid Muhammad Bakir untuk menjadi ayah al-Sistani di hadapan manusia. Itu terjadi pada tahun 1930. Demikianlah seorang rujukan utama Syi’ah anak hasil undian. Seiring dengan pergantian waktu, ia menjadi referensi utama.

Sekedar diketahui, seperti halnya al-Khomaeni, ia belum pernah sekalipun pergi melaksanakan haji. Sebagaimana ia juga tidak bisa berbahasa Arab, sehingga tidak dikenal rekaman suaranya –meski hanya sekali—yang menggunakan bahasa Arab atau membaca Al-Qur’an. Umumnya masyarakat syi’ah tidak memiliki rekaman darinya walau hanya satu yang berisi pelajaran atau nasehat. Sebaliknya, ia hanyalah sosok misterius yang tersembunyi dari penglihatan manusia sejak lama.Sosok seperti ini yang mereka pilihkan bapak baginya melalui undian.

Tidaklah mengherankan jika ia kemudian membolehkan seorang suami melakukan sodomi terhadap istrinya. Tidak pula mengherankan ketika ia berfatwa memperbolehkan mut’ah dengan pelayan (pembantu rumah tangga) dari Indonesia sekalipun tanpa restu keluarganya. Fatwa-fatwa ini disebutkan dan tersebar dalam internet syi’ah, dan menjadi konsumsi masyarakat awam syi’ah di manapun berada.

ALI AL SISTANI ADALAH SYIAH PENGHIANAT YG BERKERJASAMA DENGAN AMERIKA MEMBANTAI IRAK (mirip kelakuan atusy si penghianat bagdad zaman abasyiah)

Ali Sistani adalah marja’ (rujukan) syi’ah terbesar hari ini setelah meninggalnya al-Khu’I tahun 1413H. Dia adalah orang Persia Iran yang bermukim di Negeri Arab, Najaf Irak. Asli Persia, tidak bisa berbahasa Arab. Dia terkenal dengan seruannya kepada Amerika untuk menjajah Irak, dan terkenal dengan fatwanya bahwa orang Syi’ah harus membuka jalan selebar-lebarnya untuk pasukan AS dalam menyerang dan memasuki Irak. Dia yang bertanggung jawab terhadap pembunuhan dan pembantaian Ahlus Sunnah di Irak yang dilakukan oleh milisi-milisi syi’ah yang loyal kepada Iran.

Dia mendiamkan dan meridhai kitab-kitab syi’ah yang mengkafirkan Abu Bakar, Umar, Utsman, ‘Aisyah dan Hafshah dan memvonis mereka sebagai ahli neraka jahannam, lebih najis daripada anjing dan babi. Dia berfatwa: Tidak boleh memberi zakat kepada fakir miskin Ahlus Sunnah, tidak sah shalat orang syi’ah di masjid Ahlus Sunnah. Yang tidak beriman dengan imamah syi’ah kafir di dunia kekal di neraka jahannam. Shalat di masjid Ali lebih afdhal daripada shalat di Masjid Nabawi. Dia juga yang berfatwa dengan ratusan fatwa tentang seks yang memalukan setiap muslim, karena kotor dan jijiknya serta jauhnya dari Islam.

Sumber : forum-unand.blogspot.com
--------------
Artikel : My Diary

Baca juga :
- Yahudi budidayakan pohon Ghorgod.
- Sesatnya Syi'ah: Khomaini mut'ah dengan anak kecil.
- Hadits tentang sabar.
- Guncangan dasyat menimpa Syi'ah!!
- Hanzhalah bin Abi Amir, seorang syahid yang dimandikan Malaikat.

Sesatnya Syi'ah: Khomaini Mut'ah dengan anak kecil.

Kalau dengar pengajian dan baca artikel-artikel tentang Syi'ah, rasanya makin jijik sama 'agama' aneh yang satu itu. Apalagi kelakuan 'iman' mereka yang sudah sangat keterlaluan. Mereka (Syi'ah) benar-benar manusia yang melampaui batas, baik itu batas-batas norma sesama manusia, apalagi batas-batas agama. Yang paling bikin jengkel, mereka selalu mengatas namakan Islam dalam setiap perbuatan mereka yang sama sekali tidak mencerminkan Islam.

Berikut artikel kutipan dari sebuah buku Mengapa Saya Keluar Dari Syi'ah, karya Sayyid Husain al Musawi. Buku yang sudah sangat lama saya cari, tapi belum ketemu juga.. :(
-----------


Underground Tauhid - Sayyid Husain Al-Musawi bukanlah nama yang asing di kalangan Syiah. Beliau adalah seorang ulama besar Syiah kelahiran Karbala dan belajar di ‘Hauzah’ hingga mendapatkan gelar mujtahid dari Sayyid Muhammad Husain Ali Kasyif al-Ghitha’. Selain itu dia juga mendapatkan posisi yang istimewa di sisi Imam Ayatullah Khomeini.

Setelah melalui pengembaraan spiritual yang panjang, akhirnya Sayyid Husain mendapatkan hidayah dari Allah Swt. Beliau menemukan banyak sekali kesesatan dan penyimpangan dalam ajaran Syiah yang selama ini dianutnya. Hingga dia pun memutuskan keluar dari Syiah, masuk ke dalam Ahlus Sunnah dan kemudian menulis buku “LilLah tsumma Li at-Tarikh”. Buku itu telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan dengan judul “Mengapa Saya Keluar dari Syiah”, oleh Pusataka Al-Kautsar, Jakarta.

Di antara kesesatan Syiah yang diungkap Sayyid Husain Al-Musawi adalah berkaitan dengan ajaran dan praktik nikah mut’ah (kawin kontrak) yang dilakukan bukan saja oleh orang-orang Syiah kebanyakan, tetapi juga oleh pembesar-pembesar Syiah. Sayyid Hussain, karena bukunya inilah kemudian mendapatkan ancaman pembunuhan dari kalangan Syiah. Sebelumnya, dia telah difatwa sesat dan menyesatkan bahkan murtad oleh Husain Bahrululum pada 20 Shafar 1421H di sarang Syiah terbesar, Najaf.

Memang, tokoh-tokoh Syiah yang berusaha meluruskan ajaran Syiah nyaris semua berakhir tragis. Sayyid Abul Hasan Al-Asfahani, Sayyid Musa Al-Musawi, Sayyid Ahmad Al-Kasrawi adalah pembesar-pembesar Syiah yang akhirnya dibunuh karena berusaha meluruskan ajaran Syiah.

Berikut adalah kesaksian Sayyid Husain Al-Musawi tentang mut’ah yang dilakukan oleh pemimpin tertinggi Syiah sekaligus Pemimpin Revolusi Iran, Imam Ayatullah Khomeini, seperti yang ditulis Sayyid Husain dalam buku tersebut. Berkaitan dengan nikah mut’ah, Sayyid Husain menulis tentang beberapa kisah dari pembesar Syiah lainnya. Untuk sementara, Suara Islam Online mencuplikkan satu kisah ini terlebih dahulu. Selamat Membaca!

Ketika Imam Khomeini tinggal di Iraq, kami bolak-balik berkunjung kepadanya. Kami menuntut ilmu darinya sehingga hubungan antara kami dengannya menjadi erat sekali. Suatu waktu disepakati untuk menuju suatu kota dalam rangka memenuhi undangan, yaitu kota yang terletak di sebelah barat Mosul, yang ditempuh kurang lebih satu setengah jam dengan perjalanan mobil. Imam Khomeini memintaku untuk pergi bersamanya, maka saya pergi bersamanya. Kami disambut dan dimuliakan dengan pemuliaan keluarga Syiah yang tinggal di sana. Dia telah menyatakan janji setia untuk menyebarkan paham Syiah di wilayah tersebut.

Ketika berakhir masa perjalanan, kami kembali. Di jalan saat kami pulang, kami melewati Baghdad dan Imam hendak beristirahat dari keletihan perjalanan. Maka dia memerintahkan untuk menuju daerah peristirahatan, di mana di sana tinggal seorang laki-laki asal Iran yang bernama Sayid Shahib. Antara dia dan imam terjalin hubungan persahabatan yang cukup kental.

Sayid  Shahib merasa bahagia dengan kedatangan kami. Kami sampai ke rumahnya waktu zhuhur, maka dia membuatkan makan siang bagi kami dengan hidangan yang sangat luar biasa. Dia menghubungi beberapa kerabatnya dan mereka pun datang. Rumah menjadi ramai dalam rangka menyambut kedatangan kami. Sayid Shahib meminta kami untuk menginap di rumahnya pada malam itu, maka imam pun menyetujuinya.

Katika datang maktu Isya’ dihidangkan kepada kami makanm malam. Orang-orang yang hadir mencium tangan Imam dan menanyakannya tentang beberapa masalah dan imam pun menjawabnya. Ketiak tiba saatnya untuk tidur dan orang-orang yang hadir sudah pada pulang kecuali tuan rumah, Imam Khomeini melihat anak perempuan yang masih kecil, umurnya sekitar empat atau lima tahun, tetapi dia sangat cantik. Imam meminta kepada bapaknya, yaitu Sayid Shahib untuk menghadiahkan anak itu kepadanya agar dia melakukan mut’ah dengannya, maka si bapak menyetujuinya dan dia merasa sangat senang. Lalu Imam Khomeini tidur dan anak perempuan ada di pelukannya, sedangkan kami mendengar tangisan dan teriaknnya!.

Yang penting, berlalulah malam itu. Ketika tiba waktu pergi kami duduk untuk menyantap makan pagi. Sang Imam melihat kepadaku dan di wajahku terlihat tanda-tanda ketidaksukaan dan pengingkaran yang sangat jelas, karena bagaimana dia melakukan mut’ah dengan anak yang masih kecil, padahal di dalam rumah terdapat gadis-gadis yang sudah baligh, yang mungkin baginya untuk melakukan mut’ah dengan salah satu di antara mereka, tetapi mengapa dia melakukan hal itu dengan anak kecil?.

Dia berkata kepadaku, “Sayyid Husain, apa pendapatmu tentang melakukan mut’ah dengan anak kecil?”
Saya berkata kepadanya, “Ucapan yang paling tinggi adalah ucapanmu yang benar adalah perbuatanmu dan engkau adalah seorang imam mujtahid. Tidak mungkin bagiku untuk berpendapat atau mengatakan kecuali sesuai dengan pendapat dan perkataanmu. Perlu dipahami bahwa tidak mungkin bagi saya untuk menentang fatwamu.”

Dia berkata, “Sayid Husain, sesungguhnya mut’ah dengan anak kecil itu hukumnya boleh, tetapi hanya dengan cumbuan, ciuman dan himpitan paha. Adapun jima’, maka sesungguhnya dia belum kuat untuk melakukannya.”

Imam Khomeini berpendapat atas kebolehan melakukan mut’ah sekalipun dengan anak yang masih disusui. Dia berkata, “Tidak mengapa melakukan mut’ah dengan anak yang masih disusui dengan pelukan, humpitan paha –meletakkan kemaluannya di antara dua pahanya- dan ciuman. (lihat kitabnya berjudul Tahrir al-Wasilah, 1/241, nomor 12).

Naudzubillah tsumma naudzubillah….

(suaraislam.com – shodiq ramadhan, dinukil dari buku “Mengapa Saya Keluar dari Syiah”, yang diterbitkan Pustaka Al-Kautsar Jakarta)

Sumber: undergroundtauhid.com
---------
Artikel : My Diary

Baca juga :
- Kasih sayang Islam untuk kaum wanita.
- Malam nisfu sya'ban. 
- Kisah seorang pemuda dan bidadari bermata jeli. 
- Nasehat ibu kepada putrinya.
- Mandul.

Jumat, 23 Agustus 2013

Umar bin Khattab radhiallahu anhu.

Diantara sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, saya paling suka dengan Umar bin Khattab radhiallahu anhu. Dengan karakternya yang tegas kepada musuh-musuh Islam dan lemah lembut kepada sesama Muslim, membuat Umar bin Khattab mendapat nilai semakin plus kedudukannya di hati saya. ^^

Berikut artikel yang mengulas tentang Umar bin Khattab radhiallahu anhu.
--------------

Sejarah telah mencatat gambaran keindahan akhlak orang-orang shalih yang menjadi teladan bagi orang yang hidup setelahnya. Mencermati kehidupan mereka membuat hati yang keras dan gersang menjadi basah dan subur dengan keimanan.

Salah satu catatan sejarah yang indah, adalah kehidupan khalifah kedua setelah Abu Bakar ash-Shidiq, yang memiliki keberanian dalam kebenaran, keadilan, sifat tawadhu, kasih sayang terhadap orang miskin.
Itulah Amirul Mukminin Abu Hafs Umar bin Khaththab bin Nufail. Nasab beliau bertemu dengan Rasulullah di Kaab bin Luay. Beliau dijuluki dengan al-Faruq, karena beliau masuk Islam di Makkah, maka Allah memisahkan antara kekafiran dan keimanan. Umar bin al-Khaththab lahir sekitar 13 tahun setelah tahun gajah atau tahun kelahiran Rasulullah.

Umar Di Masa Jahiliyah
Umar tumbuh dalam kehidupan yang keras dan tegas yang diwariskan oleh ayah beliau al-Khaththab, dan beliau diharuskan untuk mengembala unta. Umar tidak hidup dalam kemewahan dan kekayaan, tetapi beliau mengembala unta milik bibi-bibi beliau dari bani Makhzum.

Setelah beranjak dewasa, Umar mulai menyibukkan diri dengan berdagang. Beliau berdagang ke negeri Syam ketika musim panas, dan mengalihkan perdagangannya ke negeri Yaman saat musim dingin. Perdagangan inilah yang menjadikan dia sebagai salah satu orang terkaya di Makkah, sehingga beliau menempati kedudukan yang mulia di masyarakat pada saat itu.

Kisah Keislaman Umar
Diriwayatkan oleh Imam Ibnul Jauzi dengan sanad tersambung sampai ke Anas bin Malik, beliau berkata, “Suatu hari Umar berjalan dengan pedang di pundaknya. Di tengah perjalanan Umar bertemu dengan seorang laki-laki dari bani Zuhrah. Laki-laki tersebut berkata, ‘Hendak kemana engkau wahai Umar?’ Umar menjawab, ‘Aku ingin membunuh Muhammad’, lelaki itu berkata, ‘Bagaimana engkau akan aman dari bani Hasyim dan bani Zuhrah ketika engkau telah membunuh Muhammad?’ Umar kemudian berkata, ‘Aku tidak melihatmu kecuali kamu telah masuk Islam dan meninggalkan agamamu yang dulu’. Laki-laki itu berkata, ‘Maukah aku tunjukan sesuatu yang lebih mengherankan bagimu wahai Umar? Sesungguhnya adik dan saudara iparmu telah masuk Islam dan meninggalkan agama yang engkau ada di dalamnya,’ maka Umar berjalan dengan marah mendatangi mereka berdua. Ketika Umar datang, keduanya bersama seorang muhajirin yang bernama Khabab sedang membaca al-Qur’an surat Thaha. Khabab mendengar suara Umar dan dia pun bersembunyi. Umar masuk seraya berkata, “Suara apa yang aku dengar dari kalian tadi?”

Mereka berdua menjawab, ‘tidak ada apa-apa, kami hanya sedang membicarakan perselisihan di antara kami’ Umar berkata, ‘Aku mengetahui bahwa kalian berdua telah masuk Islam’. Berkatalah saudara iparnya, ‘Bagaimana pendapatmu jika kebenaran berada pada selain agamamu?’ Seketika itu Umar meloncat dan menginjak dengan keras iparnya itu dan saudara perempuan beliau berusaha untuk menghalangi tetapi Umar yang terus menginjak suaminya, Umar pun memukul saudarinya hingga mengeluarkan darah. Saudarinya berkata dengan keras dan marah, ‘wahai Umar bagaimana jika kebenaran berada pada selain agamamu? Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.’ Melihat yang demikian Umar berkata, ‘Berikan kitab yang ada pada kalian agar aku bisa membacanya’. Saudarinya berkata, ‘Engkau masih najis, sesungguhnya tidak boleh menyentuhnya kecuali yang suci, silakan engkau mandi dan berwudhu. Maka Umar berdiri dan melakukan apa yang diperintahkan oleh saudarinya itu, setelah itu ia mengambil al-Quran dan membaca surat Thaha hingga sampai pada ayat,

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لا إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلاةَ لِذِكْرِي

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (QS. Thaha: 14)

Umar Berkata, ‘Tunjukan kepadaku dimana Muhammad.’ Ketika mendengar Umar berkata demikian, keluarlah Khabab dari persembunyiannya dan berkata, ‘Bergembiralah wahai Umar, sesungguhnya aku berharap yang dimaksud dalam doa Rasulullah adalah engkau pada saat Rasulullah berdoa,

اللَّهُمَّ أَعِزَ الإِسْلاَمَ بِعُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ أَوْ بِعَمْرُو بنِ هِشَام

“Ya Allah muliakanlah Islam dengan Umar bin Khaththab atau dengan Amru bin Hisyam (Abu Jahal)” (HR. Thabrani dalam Mu’jamul Awsath, no. 1860)

Maka Umar menuju tempat Rasulullah. Di pintu terdapat Hamzah dan Thalhah dan beberapa sahabat Nabi. Seketika itu para sahabat merasa takut. Melihat demikian Hamzah berkata, ‘Iya itu Umar, kalau seandainya Allah menghendaki kebaikan padanya maka dia akan masuk Islam dan mengikuti Nabi, jika Allah menghendaki selain itu, maka akan kita bunuh dengan mudah.” Saat itu Nabi di dalam sedang menerima wahyu, maka keluarlah Rasulullah menemui Umar dan berkata,

اللَّهُمَّ هَذَا عُمَرُ بنُ الخَطَّابِ ، اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ بِعُمَرَ بنِ الخَطَّابِ

“Ya Allah, ini Umar bin al-Khaththab, ya Allah muliakanlah Islam dengan Umar bin al-Khaththab”
Umar pun berkata, ‘Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah,’ Semenjak saat itu Umar masuk Islam.

Keutamaan Umar bin Khatthab
Banyak sekali keutamaan Umar bin Khaththab yang disebutkan oleh para ulama. Ini tentu menunjukkan keutamaan beliau di mata ulama. Di antara keutamaan beliau adalah:

1. Telah Dibangun Istananya di Surga
Dari Jabir bin Abdillah berkata, telah bersabda Rasulullah,

دَخَلْتُ الْجَنَّةَ فَإِذَا أَنَا بِقَصْرٍ مِنْ ذَهَبٍ فَقُلْتُ لِمَنْ هَذَا فَقَالُوا لِرَجُلٍ مِنْ قُرَيْشٍ فَمَا مَنَعَنِي أَنْ أَدْخُلَهُ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ إِلَّا مَا أَعْلَمُ مِنْ غَيْرَتِكَ قَالَ وَعَلَيْكَ أَغَارُ يَا رَسُولَ اللَّهِ

“Saya pernah masuk Surga, tiba-tiba saya berada di dekat sebuah istana emas, saya bertanya, ‘Milik siapa istana ini?’ Mereka menjawab, ‘Milik seseorang dari Quraisy (Umar bin al-Khaththab)’.” “Maka tidak ada yang menghalangiku untuk memasukinya wahai Ibnu al-Khaththab, kecuali karena aku mengetahui dari kecemburuanmu.” Umar mengatakan, “Apakah kepadamu aku cemburu wahai Rasulullah?” (H.R. al-Bukhari, no. 7024)

2. Allah Menurunkan Ayat Al-Qur’an Karenanya
Dari Anas bin Malik, bahwa Umar berkata,

وَافَقْتُ رَبِّي فِي ثَلَاثٍ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ لَوِ اتَّخَذْنَا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى فَنَزَلَتْ [وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى] وَآيَةُ الْحِجَابِ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ لَوْ أَمَرْتَ نِسَاءَكَ أَنْ يَحْتَجِبْنَ فَإِنَّهُ يُكَلِّمُهُنَّ الْبَرُّ وَالْفَاجِرُ فَنَزَلَتْ آيَةُ الْحِجَابِ وَاجْتَمَعَ نِسَاءُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْغَيْرَةِ عَلَيْهِ فَقُلْتُ لَهُنَّ [عَسَى رَبُّهُ إِنْ طَلَّقَكُنَّ أَنْ يُبَدِّلَهُ أَزْوَاجًا خَيْرًا مِنْكُنَّ] فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ

“Rabb-ku telah membenarkanku dalam tiga hal;

1. Aku (’Umar) berkata, ”Wahai Rasulullah, seandainya kita jadikan sebagian maqam Ibrahim sebagai tempat shalat. Maka turunlah ayat,


وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى

“Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat” (QS. al-Baqarah: 125)

2. Dan ayat tentang hijab. Aku berkata: “Wahai Rasulullah, seandainya engkau perintahkan istri-istrimu untuk berhijab, karena sesungguhnya yang mengajak berbicara mereka ada orang yang baik ataupun orang yang buruk/jahat. Turunlah ayat hijab,

وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ

“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir.” (QS. al-Ahzab: 53)

3. Dan ketika para istri Nabi berkumpul karena rasa cemburu terhadap beliau, maka aku katakan pada mereka,

عَسَى رَبُّهُ إِنْ طَلَّقَكُنَّ أَنْ يُبَدِّلَهُ أَزْوَاجًا خَيْرًا مِنْكُنَّ

“Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kamu” (QS. at-Tahrim: 5)
Maka turunlah ayat ini. (HR. al-Bukhari, no. 402 dan Muslim, no. 2399)

Cukuplah dua contoh ini menggambarkan keutamaan beliau, meskipun keutamaan beliau tak terhitung bahkan beliau senantiasa dipuji kawan dan lawan.

Wafatnya beliau

Setelah sekitar 10 tahun 7 bulan Umar bin Khaththab menjadi khalifah kedua setelah Abu Bakar ash-Shiddiq, Allah berkehendak untuk memanggilnya. Tepatnya pada tahun 23 Hijriyah beliau wafat. Beliau wafat karena ditikam oleh seorang budak yang beragama Majusi bernama Abu Lu’lu’ah –semoga Allah melaknatnya- pada waktu Umar tengah mengimami shalat Shubuh. Dengan kematiannya ini, maka sesungguhnya Allah telah mengabulkan doa Umar. Umar pernah berdoa,

اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي شَهَادَةً فِي سَبِيلِكَ وَاجْعَلْ مَوْتِي فِي بَلَدِ رَسُولِكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Ya Allah, karuniakanlah kepadaku syahadah (mati syahid) di jalan-Mu, dan jadikanlah kematianku di negeri Rasul-Mu.” (HR. al-Bukhari, no.1890)

Semoga Allah senantiasa merahmatinya, Wallahu a’lam bish shawab (Redaksi)

[Sumber: Diterjemahkan secara bebas dari kitab: "Qathfu af-Samri Bisyain min Shiirati Amiril Mukminin Umar (Syamilah)," Abdullah bin Abdullah as-Sakhim (Anggota Pusat Dakwah dan Irsyad Riyadh dan Pembina website: www.almeshkat.net)/alsofwah]

Sumber : kajian.net 
-------------
Artikel : My Diary

Baca juga :
- Mengenal Utsman bin Affan radhiallahu anhu.
- Kenikmatan Surga.
- Tanda-tanda Kiamat.
- Mus'ab bin Umair, bangsawan pengikut Rasulullah.
- Mujahidah di Medan Laga.
- Azdah al-Khaldah, kibaran jilbabnya menggetarkan musuh.
- Kisah taubatnya tiga wanita Syi'ah.  

Selasa, 20 Agustus 2013

Mengenal Utsman bin Affan radhiallahu anhu.




Utsman bin Affan bin Abi al-Ash bin Umayyah bin Abdi Syamsi bin Abdi Manaf bin Qushai al-Qurasyi al-Umawi. Menurut pendapat yang benar, beliau dilahirkan di Thaif 6 tahun setelah tahun gajah sekitar tahun 576 M. Beliau diangkat menjadi khalifah 3 hari setelah jenazah ‘Umar bin al-Khaththab dimakamkan.

Beliau berkunyah (gelar) “Abu Abdillah,” beristrikan Ruqayyah dan Ummu Kultsum putri Rasulullah, oleh karena itu beliau digelari “Dzunnurain”. Beliau mempunyai 16 anak, 9 laki-laki dan 7 perempuan. (Tarikh al-Umam wal-Muluk, ath-Thabari Juz 2, hal. 692, Taarikh al-Khulafa, as Suyuthi, hal.119 )

Banyak sekali keutamaan yang dimiliki oleh khalifah Utsman. Beliau adalah sosok yang suka sekali berderma dan berinfak untuk kepentingan kaum muslimin dalam jihad fii sabilillah (di jalan Allah). Kisah kedermawanan beliau sangat banyak. Berikut kami sebutkan sebagian saja, yaitu;

1. Membeli Sumur Rumah
Tatkala rombongan kaum Muhajirin sampai di Madinah, mereka sangat membutuhkan air. Di sana terdapat mata air yang disebut sumur rumah milik seorang laki-laki dari bani Ghifar. Laki-laki itu biasa menjual satu qirbah (kantong dari kulit) air dengan satu mud makanan. Melihat hal ini, Rasulullah bertanya kepadanya, “Sudikah kamu menjualnya dengan ganti satu mata air di Surga?” Laki-laki itu menjawab, “Wahai Rasulullah, aku tidak punya apa-apa lagi selain sumber air ini. Dan aku tidak bisa menjualnya memenuhi permintaan Anda.”

Pembicaraan tersebut didengar Utsman bin Affan. Tidak lama kemudian, ia membeli sumur tersebut dengan harga 35.000 dirham. Selanjutnya, dia menemui Nabi dan bertanya, “Akankah aku mendapatkan mata air di Surga seperti yang engkau janjikan kepada laki-laki dari bani Ghifar tadi?” Beliau menjawab, “Tentu” Utsman pun berkata, “Kalau begitu, biarlah aku yang membelinya, dan aku mewakafkan untuk kaum muslimin” (Siyar A’lamin Nubala, II/569)

2. Mendanai pasukan al-Usrah
(Pasukan al-Usrah adalah pasukan kaum muslimin yang dipersiapkan Rasulullah untuk menyerang pasukan Romawi di Tabuk-red)

“Abdurrahman bin Samurah bercerita, suatu ketika Utsman bin Affan menemui Nabi dengan mambawa seribu dinar di dalam baju, dan saat itu beliau sedang mempersiapkan pasukan untuk menghadapi Perang Tabuk, lalu ia meletakkan uang dinar tersebut di pangkuan Rasulullah. Beliau lantas membolak-balikkan dinar-dinar itu dengan tangannya, seraya bersabda, “Setelah hari ini, apa pun yang dilakukan Utsman tidak membahayakan dirinya (di akhirat)” (HR. at-Tirmidzi, no. 3701)

Khalid bin Sufwan menuturkan dari al-Hasan al Bashri, ia menyatakan, “Utsman bin Affan menyiapkan 750 ekor unta dan 50 ekor kuda guna menghadapi Perang tabuk.” (Siyar A’lamin Nubala, II/569)

3. Membebaskan dan memerdekakan hamba Sahaya
Dari Abu Tsaur al-Fahmi, ia pernah menemui Utsman bin Affan pada suatu hari. Utsman berkata, “Aku mengharapkan Rabbku; (1) Aku adalah orang keempat dari empat orang pertama yang masuk Islam ; (2) Aku tidak pernah berdusta (3) Aku tidak mengharapkan dunia dan mendambakannya (4) Setelah berbaiat di hadapan Rasulullah, aku tidak pernah meletakkan tangan kananku di kemaluanku (5) Sejak memeluk Islam, aku tidak pernah melewatkan satu jum’at pun tanpa membebaskan seorang budak (hamba sahaya) (6) Jika pada hari Jum’at itu aku tidak mempunyai budak, maka aku memerdekakannya pada hari berikutnya (7) Aku tidak pernah berzina, baik itu pada masa Jahiliyah maupun pada masa Islam (8) Aku ikut menyediakan perbekalan pasukan Islam dalam menghadapi Perang Tabuk (9) Nabi menikahkanku dengan putrinya (Ruqayyah) hingga dia meninggal dunia, kemudian beliau menikahkanku dengan putri beliau yang lain (Ummu Kultsum) dan (10) Aku tidak pernah mencuri semasa Jahiliyah maupun semasa Islam.” (Tarikh ath-Thabari, IV/390)

Beliau juga seorang yang zuhud dan tawadhu’. Mubarak bin Fadhalah meriwayatkan dari al-Hasan al-Bashri, ia bercerita, “Aku melihat Utsman bin Affan tidur di dalam Masjid dengan selendang yang terbentang di bawah kepalanya. Kemudian, seorang laki-laki datang dan duduk di atas selendang itu. Lalu, laki-laki yang lain datang dan duduk pula di atas selendang itu. Seolah-olah kedudukan Utsman (Sebagai Khalifah ummat) sama dengan mereka.”(Siyar A’lamin Nubala, II/572)

Yunus bin ‘Ubaid mengisahkan bahwa al-Hasan al-Bashri pernah ditanya tentang para sahabat yang tidur qailulah (istirahat di pertengahan siang) di dalam masjid. al-Hasan menjawab, “Aku melihat Utsman bin Affan tidur Qailulah di Masjid, padahal saat itu dia sudah menjadi Khalifah. Setelah bangkit, bekas kerikil terlihat menempel di pinggulnya. Kami pun berkata, Lihatlah, dia adalah Amirul Mukminin; lihatlah, dia adalah Amirul Mukminin.” (HR. Ahmad)

Walaupun demikian, khalifah kaum muslimin yang zuhud dan tawadhu’ ini tak luput dari tuduhan dusta atau batil yang dilontarkan oleh para tukang fitnah yang menjelek-jelekan khalifah yang shalih. Banyak tuduhan terhadap beliau, salah satunya yaitu: Bahwa beliau dituduh mempekerjakan anak-anak muda sebagai pejabat pemerintah; dan dia dituduh telah mengangkat kerabat-kerabat sendiri, bahkan mengutamakan mereka daripada orang lain. (Abdullah bin Saba’ wa Atsaruh fi Ahdatsil Fitnah fi Shadril Islam, hal.199)

Tuduhan ini tidak benar dan sang Khalifah menegaskan, “Aku hanya mempekerjakan seorang yang sudah dewasa, yang kuat mengemban jabatan, dan yang diridhai (kaum muslimin). Para pemimpin yang terpilih benar-benar kompeten dalam pekerjaan, silakan kalian selidiki sendiri; mereka penduduk asli wilayah yang dipimpinnya. Bahkan, Khalifah sebelumku pernah mengangkat pemimpin yang usianya lebih muda daripada orang-orang yang aku angkat. Sungguh, komentar orang-orang terhadap Rasulullah dalam hal ini lebih keras dari komentar mereka terhadap diriku, yaitu ketika beliau mengangkat Usamah bin Zaid (sebagai panglima perang pasukan muslim, padahal usianya belum mencapai 20 tahun).”

Ali bin Abi Thalib menyatakan, “Utsman selalu mengangkat orang yang punya sifat adil. Rasulullah sendiri mengangkat ‘Attab bin Usaid menjadi pejabat di Makkah, padahal ketika itu umur ‘Attab baru 20 tahun.”
Utsman tidak layak dikritik dalam pengangkatan orang-orang tertentu tanpa ada bukti kefasikan mereka dan pengakuan Khalifah tentang mereka. Akan tetapi, hal tersebut mungkin terjadi, tetapi mereka adalah orang-orang yang memiliki keberanian dan integritas yang kuat, mengetahui masalah pemerintahan dengan baik dan mampu mengemban amanah.

Selama kekhalifahan Utsman, beliau melaksanakan program-program yang mulia sebagai bentuk sumbangsih kepada Islam dan kaum muslimin. Di antara hasil kerja yang utama dan bermanfaat bagi ummat adalah; Memperluas areal Masjidil Haram(th.26 H), memperluas Masjid Nabawi dan dengan dinding-dinding dan tiang-tiangnya dari batu ukir, atapnya dari kayu jati, serta menjadikan panjang masjid 160 hasta dan lebarnya 150 hasta. (Tarikhur Rusul, ath-Thabari, IV/251 dan Tarikhul Khulafa, hal. 249), melipat gandakan jumlah pemberian yang jangkauannya sampai kepada kaum muslimin dengan nikmat-nikmat yang telah Allah berikan, menghidupkan kembali tanah yang mati, dan mengizinkan orang-orang untuk memanfaatkan dan mengolah tanah-tanah yang telah dibebaskan kaum muslimin, membangun Darul Qadha atau kantor pengadilan, menyatukan kaum muslimin dalam program satu mushaf.

Khalifah Utsman terbunuh pada bulan Haram pada 18 Dzulhijjah tahun 35 H, di Tanah Haram (Madinah). Saat terbunuh, beliau berusia 82 tahun. Beliau wafat terbunuh karena persekongkolan keji yang didalangi seorang Yahudi bernama ‘Abdullah bin Saba.

Semoga Allah membalas Utsman bin Affan dengan balasan terbaik atas perhatiannya terhadap kitabullah dan keteguhannya dalam menjaga persatuan umat Islam.

Itulah sekelumit kisah hidup tentang Khalifah kaum muslimin yang ke-3, ‘Utsman bin Affan. Umar bin al-Khatthab pernah berkata, “Rasulullah wafat sedang beliau ridha kepadanya.”(HR.al-Bukhari). Mudah-mudahan Allah memberikan taufiq kepada kita untuk bisa meneladaninya, amin. Wallahu a’lam (Redaksi)

[Sumber: Al-'Asyarah al-Mubasysyaruna bil Jannah, Muhammad Ahmad 'Isa. Edisi Indondesi, 10 Sahabat Nabi Dijamin Surga, Pustaka Imam Syafi'i, dengan sedikit gubahan/alsofwah]

Sumber: kajian.net
-------------
Artikel: My Diary

Baca juga:
- Nasehat Rasulullah kepada putrinya.
- Mengapa aku harus menikahimu?
- Nasehat untuk puteriku.
- Hajar Aswad, permata dari Surga.
- Tetap saja...



Dasyatnya Neraka.


"Dan barangsiapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam neraka jahanam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali." (Q.S. An Nisa' : 115)


Edisi Th. XVIII No. 917/ Jum`at I/Rajab 1434 H/ 07 Juni 2013 M.

Pembaca yang dirahmati Allah Ta’ala, setelah pada pekan sebelumnya kita membahas tentang Surga dengan berbagai kenikmatannya. Kali ini kita akan membahas tentang kengerian adzab dan kedahsyatan Neraka.
Allah Ta’ala telah menciptakan Neraka, sifat-sifat Neraka telah dijelaskan oleh al-Qur’an dan hadits Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wasallam. Berikut kami sebutkan nama-nama Neraka dan sebagian sifat-sifat Neraka,

Nama-Nama Neraka
1. Lazha, firman Allah Ta’ala,
كَلا إِنَّهَا لَظَى
“Sekali-kali tidak dapat, sesungguhnya Neraka itu adalah api yang bergolak” (QS. al-Ma’arij: 15)

2. Saqar, firman Allah Ta’ala, artinya, “Tahukah kamu apakah (Neraka) Saqar itu?” (QS. al-Mudatsir: 27). 

3. Al-Hawiyah, Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Maka tempat kembalinya adalah Neraka Hawiyah.” (QS. al-Qariah: 9).

4. Al-Huthamah, Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah.” (QS. al-Humazah: 4).

5. Al-Jahim, Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Maka ia meninjaunya, lalu dia melihat temannya itu di tengah-tengah Neraka Jahim (menyala-nyala).” (QS. as-Shaffat: 55).

6. As-Sa’ir, Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Mereka akan masuk ke dalam Sa’ir (api yang menyala-nyala (Neraka)).” (QS. an-Nisa’: 10).

7. Jahanam, Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Dan orang-orang kafir bagi mereka Neraka Jahannam.” (QS. Fathir: 36).

8. An-Nar, Allah Ta’ala berfirman, artinya, “(Dikatakan kepada mereka),“Inilah Neraka (an-Nar) yang dahulu kamu selalu mendustakannya.”” (QS. at-Thur: 14)

Itulah nama-nama Neraka, Neraka paling dalam adalah Jahanam yang mana merupakan Neraka yang memiliki adzab yang sangat pedih dan Neraka paling bawah adalah Hawiyah atau yang disebut dalam al-Qur’an dengan ad-Darkil Asfal yang disiapkan untuk orang-orang munafik sebagaimana firman Allah Ta’ala,
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari Neraka.” (QS. an-Nisa’: 145) 

Pintu Neraka
Neraka memiliki pintu sebagaimana di sebutkan dalam firman Allah Ta’ala, artinya, “Sehingga apabila mereka sampai ke Neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya” (QS. az-Zumar: 71)
Pintu Neraka terdiri dari 7 pintu, sebagaimana firman Allah Ta’ala, artinya, “Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka.” (QS. al-Hijr: 44)

Penjaga Neraka
Neraka dijaga oleh 19 malaikat sebagaimana firman Allah Ta’ala, artinya, “Dan di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga).” (QS. al-Muddatsir: 30).

Ada yang menafsirkan bahwa maksudnya adalah sembilan belas golongan malaikat.

Ketika ayat ini di dengar oleh Abu Jahal dia berkata, “Nabi Muhammad hanya memiliki 19 penolong saja, apakah tidak bisa tiap seratus lelaki dari kalian menyergap satu dari mereka dan mengeluarkannya dari Neraka?”

Maka Allah Ta’ala menurunkan firman-Nya, artinya, “Dan tiada Kami jadikan penjaga Neraka itu melainkan dari malaikat.” (QS. al-Muddatsir: 31)

Para malaikat penjaga Neraka memiliki perangai yang sangat keras dan kasar, kasih sayang telah diangkat dari hati mereka. Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. at-Tahrim: 6)

Ibnu Katsir Rahimahullah mengatakan, “Tabiat mereka kasar, telah diangkat dari hati mereka rasa kasih sayang kepada orang-orang yang kafir kepada Allah Ta’ala.”

Bahan bakar Neraka
Bahan bakar Neraka adalah sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an, artinya, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu” (QS. at-Tahrim: 6)

Bahan bakarnya adalah jasad anak adam dan bebatuan dari para patung yang disembah. Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah umpan Jahannam” (QS. al-Anbiya: 98)

Luasnya Neraka
Neraka sangat luas, antara sisinya saling berjauhan dan jurangnya sangat dalam. Keluasan Neraka digambarkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wasallam dalam sabdanya dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, “Kami pernah bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam maka tiba-tiba ia mendengar suara gemuruh. Maka Nabi Shalallahu ‘alaihi Wasallam bersabda, “Apakah kalian tahu suara apa itu?” Kami menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Beliau Shalallahu ‘alaihi Wasallam bersabda, “Itu adalah suara batu yang dilempar di dalam Neraka sejak 70 tahun yang lalu, batu itu jatuh ke dalam Neraka dan sekarang dia baru sampai di dasarnya.” (HR. Muslim, no. 7346)

Meskipun demikian luas dan besar, namun Neraka telah dijanjikan akan dipenuhi. Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi Neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.” (QS. Hud: 119)

Tubuh penghuni Neraka
Allah Ta’ala menjadikan penghuni Neraka bertubuh besar dan tinggi, sampai-sampai jika berdiri hampir setara dengan gunung Uhud dan jarak antara kedua bahunya sejauh perjalanan tiga hari. Rasulullah Shallallohu ‘alaihi Wasallam bersabda,
ضِرْسُ الْكَافِرِ أَوْ نَابُ الْكَافِرِ مِثْلُ أُحُدٍ وَغِلَظُ جِلْدِهِ مَسِيرَةُ ثَلاَثٍ
“(Besar) gigi geraham orang kafir atau gigi taringnya (di Neraka) seperti gunung uhud, dan tebal kulitnya jarak perjalanan tiga hari.” (HR. Muslim: 7364).

Dalam riwayat lain Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya tebal kulit orang kafir (di Neraka) seukuran empat puluh dua hasta, dan gigi gerahamnya seperti gunung Uhud, dan sesungguhnya tempat duduk mereka di Neraka Jahanam sejauh jarak antara Makkah dan Madinah.” (HR. at-Tirmidzi, no. 2577, dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Targhib wa Tarhib).

Ranjang penghuni Neraka
Ranjangnya digambarkan dalam firman Allah Ta’ala, artinya, “Mereka mempunyai tikar tidur dari api Neraka dan di atas mereka ada selimut (api Neraka).” (QS. al-A’raf: 41)

Pakaian penghuni Neraka
Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka ditutup oleh api Neraka,” (QS. Ibrahim: 50)

Maksudnya adalah bahwa pakaian mereka dari ter yang dilumurkan ke badan dan tembaga yang memisahkan pakaian.

Allah juga berfirman, artinya, “Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api Neraka” (QS. al-Hajj: 19)

Makanan dan minuman ahli Neraka
Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Sesungguhnya pohon zaqqum itu, makanan orang yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang amat panas.” (QS. ad-Dukhan: 43-46)

Zaqum adalah pohon yang berbuah sangat pahit dan berbau sangat busuk. Penghuni Neraka sangat membenci memakan buah tersebut, padahal itulah jamuan mereka.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لَوْ أَنَّ قَطْرَةً مِنَ الزَّقُّومِ قُطِرَتْ فِي دَارِ الدُّنْيَا لأَفْسَدَتْ عَلَى أَهْلِ الدُّنْيَا مَعَايِشَهُمْ ، فَكَيْفَ بِمَنْ يَكُونُ طَعَامَهُ؟
“Jika satu tetes dari zaqqum menetes ke dunia, niscaya akan mengancurkan kehidupan penduduk dunia, lalu bagaimana dengan orang yang memakannya?!” (HR. at-Tirmidzi, no. 2585)

Sedangkan minuman mereka seperti difirmankan Allah Ta’ala, artinya, “Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak pula (mendapat) minuman, selain air mendidih dan nanah.” (QS. an-Naba ‘:24-25)

Maksudnya mereka tidak bisa mendapatkan apa yang mendinginkan hati mereka dan minuman enak yang bisa mereka nikmati kecuali air yang sangat panas dan nanah yang dikumpulkan dari penghuni Neraka.

Keadaan penghuni Neraka
Banyak sekali yang terjadi pada penghuni Neraka, di antaranya yaitu,

Keadaan pertama, Selalu berganti kulit.
Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam Neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. an-Nisa’: 56)

Keadaan kedua, Diikat dengan rantai yang membelenggu tangan dan leher mereka.
Firman Allah Ta’ala, artinya, “Sesungguhnya Kami menyediakan bagi orang-orang kafir rantai, belenggu dan Neraka yang menyala-nyala.” (QS. al-Insan: 4)

Firman AllahTa’ala, artinya, “Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.” (QS. al-Haaqah: 32)

Keadaan ketiga, tertimpa air yang sangat panas.
Firman Allah Ta’ala, artinya, “Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka. Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit (mereka).” (QS. al-Hajj: 19-20)

Keadaan Keempat, dicambuk besi.
Firman Allah Ta’ala, artinya, “Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari besi. Setiap kali mereka hendak ke luar dari Neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (Kepada mereka dikatakan), “Rasakanlah azab yang membakar ini.”” (QS. al-Hajj: 21-22)

Keadaan kelima, Rugi dan menyesal.
Firman Allah Ta’ala, artinya, “Dan mereka membunyikan penyesalannya ketika mereka telah menyaksikan azab itu” (QS. Yunus: 54)

Dan firman Allah Ta’ala, artinya, “Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di Neraka itu dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan” (QS. al-Furqan: 13)

Allah Ta’ala juga berfirman, artinya, “Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni Neraka yang menyala-nyala.”” (QS. al-Mulk: 10)

Demikianlah gambaran Neraka dan kengeriannya. Semoga Allah Ta’ala melindungi kita dari adzab Neraka. Aamiin. Wallahu a’lam bish shawab. (Redaksi)

[Sumber: diterjemahkan secara bebas dari makalah Hadzihi Nar (Maktabah Syamillah) dengan beberarap tambahan dari sumber lain/ alsofwah]

Sumber: kajian.net
--------------
Artikel: My Diary

Baca juga:
- Kenikmatan Surga.
- Tanda-tanda Kiamat.
- Yahudi budidayakan pohon Ghorgod.
- Miss Frace VS Muslimah berniqab.
- Misteri kapal hantu di dunia.

Kenikmatan Surga.




Edisi Th. XVIII No. 916/ Jum`at IV/Rajab 1434 H/ 31 Mei 2013 M.

الْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ لِلَّهِ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فَالَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ
“Kekuasaan di hari itu ada pada Allah, Dia memberi keputusan di antara mereka. Maka orang-orang yang beriman dan beramal shalih adalah di dalam Surga yang penuh kenikmatan.” (Qs.al-Hajj:56)

Pembaca yang budiman…
Ayat tersebut di atas menunjukkan adanya Surga dan adanya kenikmatan di dalamnya. Barangkali Anda bertanya, “Bagaimana sifat Surga dan apa sajakah bentuk kenikmatan yang ada di dalamnya?” Marilah kita simak beberapa kabar dari al-Qur’an dan Hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam tentang masalah ini.

Luasnya
Allah Subhana wa ta’ala berfirman yang artinya, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari tuhanmu dan kepada Surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (QS.Ali Imran :133)

Nama Surga
Surga diberi beberapa nama, di antaranya,
1. Darussalam (QS. al-An’am: 127)
2. Darul Muttaqin. (QS. an-Nahl: 30)
3. Darul Muqamah. (QS. Fathir: 35)
4. Jannaatu ‘Adn. (QS. Maryam: 61)
5. Jannatu an-Na’im. (QS. Luqman: 8)
6. Al-Husna. (QS. Yunus : 26)
7. Jannatul Khuldi. (QS. al-Furqan: 15)
8. Jannatun ‘Aliyah. (QS. al-Haqah: 22 dan al-Ghasyiyah:10)
9. Jannatul Firdaus. (QS. al-Kahfi:107 dan al-Mukminun:11)
10. Jannatul Ma’wa. (QS. an-Najm:15)

Tingkatan Surga
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ
“Sesungguhnya di dalam Surga terdapat seratus derajat.” (HR. al-Bukhari)


Pintu Surga
Jumlah pintunya ada 8 buah. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
فِي الْجَنَّةِ ثَمَانِيَةُ أَبْوَابٍ فِيهَا بَابٌ يُسَمَّى الرَّيَّانَ لَا يَدْخُلُهُ إِلَّا الصَّائِمُونَ
“Di Surga ada delapan pintu, di antaranya ada yang dinamakan pintu ar-Rayyan yang tidak akan memasukinya kecuali orang-orang yang berpuasa.” (HR.Muslim)

Pintu Surga memiliki nama sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, “Barangsiapa yang menginfaqkan dua jenis (berpasangan) dari hartanya di jalan Allah, maka dia akan dipanggil dari pintu-pintu Surga; (lalu dikatakan kepadanya): “Wahai hamba Allah, inilah kebaikan (dari apa yang kamu amalkan). Maka barangsiapa dari kalangan ahli shalat dia akan dipanggil dari pintu shalat, dan barangsiapa dari kalangan ahli jihad dia akan dipanggil dari pintu jihad, dan barangsiapa dari kalangan ahli shadaqah dia akan dipanggil dari pintu shodaqah, dan barangsiapa dari kalangan ahli shiyam (puasa) dia akan dipanggil dari pintu ar-Rayyan “. Lantas Abu Bakar bertanya; “Jika seseorang dipanggil dari satu pintu dari pintu-pintu yang ada, itu sebuah kepastian!”. Dia bertanya lagi; “Lantas apakah mungkin seseorang akan dipanggil dari pintu-pintu itu semuanya?”. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab; “Benar, dan aku berharap kamu termasuk di antara mereka, wahai Abu Bakar’.” (HR. al-Bukhari-Muslim)

Kemudian pintu Surga tidak akan dibuka untuk siapapun sebelum Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam masuk. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
آتِي بَابَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَسْتَفْتِحُ فَيَقُولُ الْخَازِنُ مَنْ أَنْتَ فَأَقُولُ مُحَمَّدٌ فَيَقُولُ بِكَ أُمِرْتُ لَا أَفْتَحُ لِأَحَدٍ قَبْلَكَ
“Saya mendatangi pintu Surga pada hari Kiamat, lalu saya meminta dibukakan. Lalu seorang penjaga (Malaikat) bertanya, ‘Siapa kamu? ‘ Maka aku menjawab, ‘Muhammad’. Lalu ia berkata, “Khusus untukmu, aku diperintahkan untuk tidak membukakan pintu untuk siapapun, sebelum kamu masuk.” (HR.Muslim) 

Bangunan Surga
Abu Hurairah berkata; Kami bertanya, “Wahai Rasulullah, beritakanlah kepada kami tentang Surga, bagaimana bangunannya?” beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Batu batanya dari emas dan perak, adukan semennya adalah minyak misik adzfar, kerikilnya adalah intan dan permata, lalu debunya adalah waros (semacam tumbuhan yang harum) dan za`faran, barangsiapa masuk ke dalamnya maka dia akan kekal dan tidak mati, merasakan nikmat yang abadi dan tidak merasa bosan, masa muda mereka tidak pernah hilang dan pakaian mereka tidak pernah usang.” (HR. Ahmad)

Sifat penghuni Surga
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Penduduk Surga akan masuk Surga dalam keadaan tidak berjenggot, wajah mereka putih berseri-seri, kepala mereka berambut pendek serta mata mereka bercelak, mereka seperti anak muda yang berumur tiga puluh tiga tahun, ukuran tubuh mereka sebagaimana penciptaan Adam dengan tinggi tujuh puluh hasta dan lebar tujuh hasta.” (HR. Ahmad)

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
أَوَّلُ زُمْرَةٍ تَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِى عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ عَلَى أَشَدِّ نَجْم فِى السَّمَاءِ إِضَاءَةً ثُمَّ هُمْ بَعْدَ ذَلِكَ مَنَازِلُ لاَ يَتَغَوَّطُونَ وَلاَ يَبُولُونَ وَلاَ يَمْتَخِطُونَ وَلاَ يَبْزُقُونَ أَمْشَاطُهُمُ الذَّهَبُ وَمَجَامِرُهُمُ الأَلُوَّةُ وَرَشْحُهُمُ الْمِسْكُ أَخْلاَقُهُمْ عَلَى خُلُقِ رَجُلٍ وَاحِدٍ عَلَى طُولِ أَبِيهِمْ آدَمَ سِتُّونَ ذِرَاعًا
“Sesungguhnya golongan pertama dari ummatku yang masuk Surga rupanya seperti bulan di malam purnama, golongan selanjutnya rupanya seperti bintang paling terang di langit, setelah itu mereka bertingkat-tingkat, mereka tidak kencing, tidak buang air besar, dan tidak meludah, sisir mereka emas, tempat bara api mereka kayu wangi dan keringat mereka minyak kesturi, postur mereka sama seperti wujud ayah mereka, Adam, enampuluh dzira’.” (HR.Muslim) 

Bidadari dan wanita Surga
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
خَلَقَ اللَّهُ الْحُورَ الْعِينَ مِنَ الزَّعْفَرَانِ
“Allah menciptakan para bidadari dari Za’faron” (HR.ath-Thabrani di dalam al-Mu’jam al-Kabir)
Firman Allah Ta’ala, artinya, “Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya,” (QS. ash-Shaffat: 48)

Juga firman Allah Ta’ala, artinya, “Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhaan Allah.” (QS.Ali Imran: 15)

لِكُلِّ رَجُلٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ عَلَى كُلِّ زَوْجَةٍ سَبْعُونَ حُلَّةً يَبْدُو مُخُّ سَاقِهَا مِنْ وَرَائِهَا
“Setiap lelaki di antara mereka mendapatkan dua istri, setiap istri mengenakan tujuhpuluh perhiasan, sungsumnya terlihat dari belakang.” (HR.at-Tirmidzi, berkata Abu Isa: Hadits ini hasan shahih)

Penghuni Surga Saling Pandang
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ لَيَتَرَاءَوْنَ الْغُرْفَةَ فِى الْجَنَّةِ كَمَا تَرَاءَوْنَ الْكَوْكَبَ فِى السَّمَاءِ
“Sesungguhnya penghuni Surga saling melihat kamar-kamar di Surga seperti melihat bintang di langit.” (HR.al-Bukhari-Muslim) 

Makanan dan minuman penghuni Surga
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Penghuni Surga makan dan minum di dalamnya, mereka tidak buang air besar, tidak ingusan dan tidak kencing, tapi makanan mereka itu (menjadi) sendawa, keringat mereka seperti minyak kesturi, mereka diilhami tasbih dan tahmid seperti kalian diilhami nafas.” (HR.Muslim)

Penghuni Surga memperoleh apa yang ia inginkan dan apa yang ia minta.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.” (QS. Fushshilat: 31)

Di dalam Surga terdapat segala yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Dan di dalam Surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya.” (QS. az-Zuhruf : 71)

Kenikmatan terbesar penghuni Surga adalah memandang Wajah Allah
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bila penduduk Surga telah masuk ke Surga, maka Allah berfirman, ‘Apakah kalian ingin sesuatu yang perlu Aku tambahkan kepada kalian? ‘Mereka menjawab, ‘Bukankah Engkau telah membuat wajah-wajah kami putih? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam Surga dan menyelamatkan kami dari Neraka? ‘ (Beliau bersabda): “Lalu Allah membukakan hijab pembatas, lalu tidak ada satu pun yang dianugerahkan kepada mereka yang lebih dicintai daripada anugerah (dapat) memandang Rabb mereka.” (HR.Muslim).
Demikianlah sekilas tentang Surga dan kenikmatannya yang bisa kami sebutkan. Mengingat keterbatasan lembaran buletin ini, maka tidak berarti bahwa itu sajalah gambaran tentang Surga beserta nikmat-nikmat yang ada di dalamnya. Akhirnya, Semoga Allah Ta’ala memasukkan kita ke dalam Surga-Nya dan mengaruniakan kepada kita nikmat-Nya yang teragung, yaitu, memandang wajah-Nya Ta’ala. Aamiin. Wallahu a’lam bish Shawab. (Redaksi)
[Sumber : Diringkas dari "al-Jannatu wa Na'imiha ad-Daim Ghairu al-Munqathi'." karya; Abu al-Barra Usamah bin Yasin al-Ma'aniy, dengan gubahan dan sedikit tambahan dari sumber lainnya/ alsofwah]

Sumber : kajian.net
---------------
Artikel : My Diary

Baca juga:
- Tanda-tanda Kiamat.