Sabtu, 03 Agustus 2013

Dosa-dosa yang sering dianggap suami biasa didalam keluarga.




Mukaadimah

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ ناراً وقودها النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عليها مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدادٌ لاَّ يَعْصُونَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Qs. At-Tahrim [66]:6)

Didalam ayat diatas, terdapat perintah yang sangat jelas, bahwasannya, setiap kita (suami) sebagai kepala keluarga, diwajibkan untuk menjaga diri dan keluarganya dari keburukan.

Terlebih, sebagai seorang pemimpin, kelak akan dimintai pertanggung jawabannya, sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالأَمِيْرُ رَاعٍ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَّةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ، فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّت) متفق عليه

“Kalian semua adalah pemimpin dan seluruh kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin. Penguasa adalah pemimpin dan seorang laki-laki adalah pemimpin, wanita juga adalah pemimpin atas rumah dan anak suaminya. Sehingga seluruh kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin.” (Muttafaqun alaihi)

Mengingat pentingnya hal ini diketahui oleh kebanyakan suami dan keluarga muslim, maka Insya Allah tulisan dengan tema diatas akan saya tulis secara berseri, semoga dimudahkan...

1. Tidak memerintahkan anak dan istrinya berjilbab secara benar.

Hal ini adalah diantara hal hal yang seringkali diabaikan seorang suami selaku pemimpin didalam keluarganya. Dia lalai dalam melihat kemunkaran ini, entah mungkin karena kurang memahami syari'at Islam, atau memang tiada kecemburuan. Yang jelas, ini merupakan sebuah fenomena menyedihkan yang terjadi dimasyarakat kita, bahkan tak pelak, seringkali kita temui bahwasannya ada diantara masyarakat, yang mereka merupakan tokoh agama, tokoh suatu ormas Islam tertentu, namun tidak memiliki perhatian terhadap hal ini. sehingga kita dapati, bahwa anak perempuannya dan istrinya tidak berjilbab secara benar, atau buka tutup, keluar rumah pakai jilbab sekadarnya, disaat menjemur pakaian dihalaman, keluar dari pintu rumah ke warung, tatkala ada tamu teman suami, tidak menggunakan jilbab sama sekali.

Padahal Allah telah memerintahkan :

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” [Al-Ahzab: 59]

وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ
“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya” [An-Nur: 31]

Aisyah radhiyallahu’anha berkata tentang ayat diatas,

يرحم الله نساء المهاجرات الأول، لما أنزل الله: { وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ } شقَقْنَ مُرُوطهن فاختمرن به

Semoga Allah ta’ala merahmati wanita-wanita sahabat muhajirin generasi pertama, ketika Allah ta’ala menurunkan firman-Nya, “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya” [An-Nur: 31] maka para wanita tersebut segera memotong kain-kain mereka lalu mereka berkerudung dengannya.” [HR. Al-Bukhari]

Maka, sebagai suami yang baik, tentulah kita mesti menyadari akan wajibnya perintah ini, sehingga menerapkannya kepada istri dan anak perempuan kita disaat mereka masuk usia baligh. Sebagian para ulama berpendapat, di usia 7 tahun mereka mesti diajarkan, dan usia 10 tahun mereka mesti sudah membiasakan.

Terbayangkah,bahwasannya melalaikan kewajiban ini merupakan dosa yang berjalan setiap waktu ? setiap detik disaat terjadi kemunkaran, maka dosa akan terus bertambah, terbayangkah hal ini wahai suami ? berapa sering istri kita melalaikannya disaat keluar rumah ? disaat menjemur pakaian di halaman rumah yang terbuka? disaat belanja ke warung, ke pasar, ke mall ? disaat berjumpa dengan lelaki asing dijalanan? berapa sering ? Terbayangkah tumpukan dosa tersebut setiap detik dari hari kehari dari minggu ke minggu, bulan berganti bulan dan tahun datang silih berganti ? Sanggupkah kita membayangkannya ?

Semoga Allah menerima taubat kita, dan memudahkan kita memerintahkannya kepada anak Istri dan menjadikan mereka taat didalam meniti syari'atNya sepanjang hayatnya, bahkan hingga kita wafat kelak jika mendahului mereka ..

2. Tidak konsekuen dalam mendidik keluarga.

Permasalahan ini sebenarnya adalah sebuah permasalahan yang sangat besar bagi seorang pendidik, termasuk suami. Sungguh melalaikan hal ini merupakan hal yang bisa membuat makna pendidikan itu menjadi pudar, bahkan menemui kegagalan.

Memang tak mudah menjadi seorang pendidik yang bisa konsekuen atas apa yang dia keluarkan, karena itulah Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wasallam memiliki keberhasilan yang sangat gemilang. Beliau memerintahkan kepada ummatnya, dan beliau lah yang pertama kali melaksnakannya, sedangkan kita ?

Berat sekali ancaman kepada para Ulama, yang mereka memerintahkan ini dan itu, namun tidak mengamalkannya,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan. Hal (itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” [Ash-Shaff: 3]

Demikian juga Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan dalam sahihnya, beliau berkata,

حَدَّثَنَا عَلِيٌّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي وَائِلٍ قَالَ قِيلَ لِأُسَامَةَ لَوْ أَتَيْتَ فُلَانًا فَكَلَّمْتَهُ قَالَ إِنَّكُمْ لَتُرَوْنَ أَنِّي لَا أُكَلِّمُهُ إِلَّا أُسْمِعُكُمْ إِنِّي أُكَلِّمُهُ فِي السِّرِّ دُونَ أَنْ أَفْتَحَ بَابًا لَا أَكُونُ أَوَّلَ مَنْ فَتَحَهُ وَلَا أَقُولُ لِرَجُلٍ أَنْ كَانَ عَلَيَّ أَمِيرًا إِنَّهُ خَيْرُ النَّاسِ بَعْدَ شَيْءٍ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا وَمَا سَمِعْتَهُ يَقُولُ قَالَ سَمِعْتُهُ يَقُولُ يُجَاءُ بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُهُ فِي النَّارِ فَيَدُورُ كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِرَحَاهُ فَيَجْتَمِعُ أَهْلُ النَّارِ عَلَيْهِ فَيَقُولُونَ أَيْ فُلَانُ مَا شَأْنُكَ أَلَيْسَ كُنْتَ تَأْمُرُنَا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَانَا عَنْ الْمُنْكَرِ قَالَ كُنْتُ آمُرُكُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا آتِيهِ وَأَنْهَاكُمْ عَنْ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ رَوَاهُ غُنْدَرٌ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ

Ali menuturkan kepada kami, Sufyan menuturkan kepada kami dari al-A’masy dari Abu Wa’il dia berkata;ada orang yang berkata kepada Usamah, “Seandainya saja engkau mau mendatangi si fulan dan berbicara menasihatinya.” Maka dia menjawab, “Apakah menurut kalian aku tidak berbicara dengannya melainkan aku harus menceritakannya kepada kalian. Aku sudah menasihatinya secara rahasia. Aku tidak ingin membuka pintu yang menjadikan aku sebagai orang pertama yang membuka pintu fitnah itu -menasihati penguasa dengan terang-terangan-. Aku pun tidak akan mengatakan kepada seseorang sebagai orang yang terbaik -walaupun dia adalah pemimpinku- setelah aku mendengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Mereka bertanya, “Apa yang kamu dengar dari beliau itu?”. Dia menjawab; Aku mendengar beliau bersabda, “Akan didatangkan seorang lelaki pada hari kiamat kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka danterburailah isi perutnya di neraka sebagaimana seekor keledai yang berputar mengelilingi penggilingan. Maka berkumpullah para penduduk neraka di sekitarnya. Mereka bertanya, “Wahai fulan, apa yang terjadi padamu, bukankah dahulu kamu memerintahkan yang ma’ruf kepada kami dan melarang kami dari kemungkaran?”. Lelaki itu menjawab, “Dahulu aku memerintahkan kalian mengerjakan yang ma’ruf sedangkan aku tidak melakukannya. Dan aku melarang kalian dari kemungkaran namun aku justru melakukannya.” (HR. Bukhari no. 3027)

Sebagai contoh, sang ayah memerintahkan shalat kepada anaknya, sedangkan dia sendiri sibuk dengan urusan lainnya, ini merupakan sebuah kekeliruan dalam mendidik. Dan masih banyak sekali contoh contoh yang bisa kita dapati didalam keseharian kita.

Sangat disadari, memang sulit untuk menjadi seorang pendidik sejati yang komitmen, konsekuen, namun setidaknya kita berusaha menuju kesana..

Semoga Allah menolong kita untuk menjadi pendidik yang baik dan komitmen serta konsekuen dengan apa yang kita sampaikan..

3. Tidak memberikan perhatian yang layak, secara berimbang kepada Istri.

Diantara bentuk kesederhanaan sebuah pernikahan, adalah berimbangnya antara apa yang suami rasakan dengan apa yang istri rasakan, dengan kata lain, jika suami makan, maka istri pun ikut makan, jika suami membeli pakaian, maka istri pun demikian.

Yang di tuntut disana bukanlah sebuah hal yang mesti sama rata, tetapi keseimbangannya atau dengan kata lain keadilannya. Dan bukan mesti di tafsiri setiap suami membeli pakaian, karena sudah rusak dipakai kerja, maka istri pun harus dibelikan padahal pakaian pakaiannya di lemari bertumpuk, dan masih bagus dan layak digunakannya . Akan tetapi ,sesuai porsinya.

Kita sering melihat pemandangan yang sangat kontras, mencolok mata, yaitu seorang suami yang berdandan rapi, style selalu gaya baru, model rambut mengikuti trend, keren pokoknya, tetapi sang istri dirumahnya berdandan seperti seorang yang serba kekurangan. Pakaiannya lusuh, ketika di tanyakan memang tak pernah dibelikan sang suami. Karena suami lebih kerap memerlukan keperluan yang terkait dengan dirinya sendiri. Inilah yang Islam maksudkan tidak seimbang dan tidak adil!!

Dari Hakim bin Mu’awiyah Al-Qusyairi dari ayahnya dia berkata: Aku pernah bertanya.

“Wahai Rasulullah, apakah hak isteri salah seorang di antara kami atas dirinya? Beliau menjawab:

“Engkau memberinya makan apabila engkau makan, memberinya pakaian apabila engkau berpakaian, janganlah engkau memukul wajah, jangan engkau menjelek-jelekkannya (dengan perkataan atau cacian), dan jangan engkau tinggalkan kecuali di dalam rumah.” (HR. Abu Daud no. 2142)

Perhatikanlah bagaimana Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam begitu memperhatikan keseimbangan didalam hak dan kewajiban seorang suami. Suami tak hanya wajib menuntut kewajiban istrinya tetapi mesti juga menunaikan hak hak istrinya, dalam segala hal. Maka sungguh berdosa suami yang bisa “mak mak mek mek” diluaran sendirian, sedangkan istrinya dirumah makan kekurangan dan dijatah, maka berdosalah suami yang selalu trendy mengikuti gaya, membeli setiap barang barang yang baru yang digemarinya, sedangkan istri hanya melamunkan diri “kapan ya saya bisa seperti tetangga depan rumah…?”

Seorang istri juga mempunyai keinginan, maka disaat keinginannya merupakan sebuah hal yang wajar, maka tentulah suami tak salah jika memberikannya, dan seorang istri juga bukan budak belian, maka perhatikanlah pakaiannya, kesehatannya, dan istri juga bukan kuda perahan, yang siang kamu cambuk malamnya kamu tunggangi, dan hati seorang istri sangat lembut, maka jangan engkau tampar wajahnya dengan tangan kokoh mu dan jangan engkau lukai dengan makian dan cacian yang menyakitkan hati.

Sungguh, seorang suami memiliki nilai lebih tatkala dia beriman, bertaqwa dan baik kepada istrinya, dan ini merupakan sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam:

ﺃَﻛْﻤَﻞُ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﺇِﻳﻤَﺎﻧًﺎ ﺃَﺣْﺴَﻨُﻬُﻢْ ﺧُﻠُﻘًﺎ ﻭَﺧِﻴَﺎﺭُﻛُﻢْ ﺧِﻴَﺎﺭُﻛُﻢْ ﻟِﻨِﺴَﺎﺋِﻬِﻢْ ﺧُﻠُﻘًﺎ
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik
terhadap para istrinya.” (HR. At-Tirmizi no.1162)


Suami suami yang baik akan dikenang sepanjang zaman, dirindukan, sekalipun dia telah tiada dipanggil lebih dulu oleh RabbNya, dan seorang suami yang kasar, jahat, pelit, beringas dan ringan tangan, kejam, akan selalu dikenang dalam kesakitan, dalam kepiluan dalam laknat sekalipun dia sudah terkubur didalam sekian lapisan tanah. 

Nah sudahkan anda wahai suami memberikan perhatian yang layak, secara berimbang kepada istrimu?.

Sumber : Facebook Abu Iram Al-Atsary 

Baca kelanjutannya Dosa-dosa yang sering dianggap suami biasa di dalam keluarga (bagian kedua)
--------------------  
Artikel : My Diary

Baca juga :
- Ayat-ayat hitam Talmud.
- Penjarahan Hajar Aswad.
- Kisah telur mata sapi dan tempe gosong.
- Ini lagi ngetrend, gaul dikit napa..!!!
- Kisah sahabat Salman al Farisi radhiallahu anhu.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar