Hajar Aswad adalah 'batu hitam' yang terletak di sudut sebelah tenggara Ka'bah, yaitu sudut dari mana Tawaf dimulai. Hajar Aswad merupakan jenis batu 'RUBI' yang diturunkan Allah dari surga melalui malaikat Jibril.
Pada saat Nabi Ibrahim Alaihissalam diperintahkan Allah Subhanahu Wata'ala membangun kembali Ka'bah. Ia memenuhi perintah itu dibantu putranya Ismail Alaihissalam. Saat hampir selesai mengerjakannya, Ibrahim Alaihissalam merasa ada yang kurang pada Ka'bah. Kemudian ia memerintahkan putranya, "Pergilah engkau mencari sebuah batu lagi ang akan aku letakkan di Ka'bah sebagai penanda bagi manusia."
Ismail Alaihissalam mematuhi perintah ayahnya. Ia pergi dari satu bukit ke bukit yang lain untuk mencari batu yang paling baik. Ketika sedang mencari, malaikat jibril datang pada Ismail Alaihissalam dan memberikan sebuah batu yang cantik. Dengan senang hati ia menerima batu itu dan segera membawa batu itu untuk diberikan pada ayahnya. Nabi Ibrahim Alaihissalam pun gembira dan mencium batu itu beberapa kali.
Kemudian Ibrahim Alaihissalam bertanya pada putranya, "Dari mana kau peroleh batu ini?" Ismail Alaihissalam menjawab, "Batu ini aku dapat dari yang tidak memberatkan cucuku dan cucumu." Ibrahim alaihissalam mencium batu itu lagi dan diikuti juga oleh Ismail Alaihissalam.
Dalam riwayat yang lain mengatakan bahwa Hajar Aswad pernah terkubur pasir selama beberapa lama dan secara ajaib ditemukan kembali oleh Nabi Ismail Alaihissalam ketika ia berusaha mendapatkan batu tambahan untuk menutupi dinding Ka'bah yang masih sedikit kurang. Batu yang ditemukan inilah rupanya yang sedang dicari oleh Nabi Ibrahim Alaihissalam, yang serta merta sangat gembira dan tak henti-hentinya menciumi batu tersebut. Bahkan ketika sudah tiba di dekat Ka'bah, batu itu tak segera diletakkan di tempatnya. Nabi Ibrahim Alaihissalam dan Ismail Alaihissalam menggotong batu itu sambil memutari Ka'bah tujuh putaran.
Pencurian Hajar Aswad.
Karena sangat bersejarahnya, ada juga orang yang ingin mencuri Hajar Aswad. Adalah Abu Thahir, Sulaiman bin Abu Said al-Husain al Janabi tokoh Qaramithah pada masanya, telah mengegerkan dunia Islam dengan melakukan kerusakan dan peperangan terhadap kaum Muslimin. KOta yang suci, Makkah dan Masjidil Haram tidak luput dari kejahatannya. Dia dan pengikutnya melakukan pembunuhan, perampokan dan merusak tumah-rumah. Bila mendengar namanya orang-orang akan berusaha lari untuk menyelamatkan diri.
Kisahnya pada musim Haji tahun 317H, tersebutlah rombongan Haji dari Irak pimpinan Manshur ad Dailami bertolak menuju Makkah dan sampai dalam keadaan selamat. Namun tiba-tiba pada hati Tarwiyah (tanggal 8 Dzul Hijjah), orang-orang Qaramithah (salah satu sekte Syi'ah Islamiyah) melakukan huru-hara di tanah Haram.
Mereka merampok harta-harta jamaah haji dan menghalalkan untuk memeranginya. Banyak jamaah haji yang menjadi korban, bahkan meskipun berada di dekat Ka'bah. Sementara itu, pimpinan orang-orang Qatamithah ini, yaitu Abu Thahir - semoga mendapatkan balasan yang sepadan dari Allah - berdiri di pintu Ka'bah dengan pengawalan, menyaksikan pedang-pedang pengikutnya merajalela, menyudahi nyawa-nyawa manusia. Dengan congkak ia berkata:
"Saya adalah Allah. Saya bersama Allah. Sayalah yang menciptakan makhluk-makhluk. Dan sayalah yang akan membinasakan mereka."
Masa berlarian menyelamatkan diri. Sebagian berpegang dengan kelambu Ka'bah. Namun, mereka tetap menjadi korban, pedang-pedang kaum Syi'ah Qaramithah ini menebasnya. Begitu juga, orang-orang yang sedang Thawaf, tidak luput dari pedang-pedang mereka, termasuk di dalamnya sebagian ahlil hadits. Usai menuntaskan kejahatannya, Abu Thahir memerintahkan pasukannya untuk mencongkel Hajar Aswad dari tempatnya, maka seorang lelaki memukul dan mencongkelnya. Dengan nada menantang Abu Thaihir sesumbar:
"Mana burung-burung Ababil? Mana bebatuan dari Neraka Sijjil?"
Peristiwa penjarahan Hajar Aswad ini membuat Amir Makkah dan keluarganya didukung sejumlah pasukan mengejar mereka. Amir Makkah berusaha membujuk Abu Thahir agar mau mengembalikan Hajar Aswad ketempat semula. Seluruh harta yang dimiliki Amir telah ia tawarkan untuk menebus Hajar Aswad itu, namun Abu Thahir tidak bergeming. Bahkan sang Amir, anggota keluarga dan pauskannya menjadi korban berikutnya. Abu Thahir pun melenggang menuju daerahnya dengan membawa Hajar Aswad dan harta-harta rampasan dari jamaah haji. Batu dari surga itu, ia bawa pulang ke daerahnya, yaitu Hajr (Ahsa) dan berada di sana selama 22 Tahun.
Menurut Ibnu Katsir, golongan Qaramithah membabi buta semacam itu, mereka sebenarnya kuffar zanadiqah. Mereka berafiliasi kepada regim Fathimiyyun yang telah menancapkan hegemoninya pada tahun-tahun itu di wilayah Afrika. Pemimpin mereka bergelar al Mahdi, yaitu Abu Muhammad "Ubaidillah bin Maimun al Qadah. Sebelumnya ia seoerang Yahudi, yang berprofesi sebagai tukang emas. Lantas mengaku telah masuk Islam, dan mengklaim berasal dari kalangan syarif (keturunan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam). Banyak orang dari suku Barbar mempercayainya. Hingga pada akhirnya ia dapat memegang kekuasaan sebagai kepala negara di wilayah tersebut. Orang-orang Qaramtihah menjalin hubungan baik dengannya. Mereka (Qaramtihah) akhirnya menjadi semakin kuat dan terkenal.
Perbuatan Abu Thahir al Qurmuthi, oleh Ibnu Katsir dikatakan; "Dia telah melakukan ilhad (kekufuran) di Masjidil Haram, yang tidak pernah dilakukan oleh orang sebelumnya dan orang sesudahnya." (Al Bidayah wan Nihaya, 11/191)
Setelah masa 22 tahun Hajar Aswad dalam penguasaan Abu Thahir, Hajar Aswad kemudian dikembalikan. Tepatnya pada tahun 339H. Pada saat mengungkapkan kejadian tahun 339H, Ibnu Katsir menyebutnya sebagai tahun berkah, lantaran pada bulan Dzul Hijjah di tahun itu Hajar Aswad dikembalikan ke tempat semula. Peristiwa kembalinya Hajar Aswad sangat menggembirakan segenap kaum Muslimin. Pasalnya, berbagai usaha dan upaya untuk mengembalikannya sudah dilakukan. Amir Bajkam at Turki pernah menawarkan 50 Dinar sebagai tebusan Hajar Aswad. Tetapi tawaran itu tidak meluluhkan hati Abu Thahir.
Pada tahun 339H, sebelum mengembalikan Hajar Aswad ke Makkah, orang-orang Qaramithah mengusung Hajar Aswad ke Kufah, dan menggantungkannya pada tujuh tiang Masjid Kufah. Agar orang-orang menyaksikannya. Lalu saudara Abu Thahir menulis ketetapan:
"Kami dahulu mengambilnya dengan sebuah perintah. Dan sekarang kami mengembalikannya dengan perintah juga, agar pelaksanaan manasik haji umat menjadi lancar."
Akhirnya, Hajar Aswad dikirim ke Makkah di atas satu tunggangan tanpa halangan. Dan sampai di Makkah pada bulan Dzul Qa'adah tahun 339H. (Al Bidayah wan Nihayah,11/265)
Dikisahkan oleh sebagian orang, bahwa pada saat penjarahan Hajar Aswad, orang-orang Qaramithah terpaksa mengangkut Hajar Aswad di atas beberapa Onta. Punuk-punuk onta sampai terluka dan mengeluarkan nanah. Tetapi, saat di kembalikan hanya membutuhkan satu tunggangan saja, tanpa terjadi hal-hal aneh dalam perjalanan.
Sumber : Buku 13 Misteri di kota Mekkah.
-----------------
Artikel : My Diary
Baca juga :
- Awas istri anda dilarikan Syi'ah!!!
- Senyuman.
- Do'a...
- Sebab-sebab terkabulnya do'a.
- Hati...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar