Minggu, 25 Agustus 2013

Imam spesialis fatwa sex (Ali Sistani Laknatullah) ternyata anak hasil Mut'ah

Seperti inilah 'imam' syi'ah yang untuk menarik minat kaum muda agar mau masuk agama syi'ah, menggunakan sex sebagai umpan dan mengatas namakan mut'ah sebagai cara mendekatkan diri kepada Allah. Mereka (para imam syi'ah), manusia apa bukan? Seenaknya membuat fatwa yang menjijikkan dan menghalalkan yang haram dari agama Islam. Perangai dan fatwa mereka benar-benar KOTOR dan MENJIJIKKAN!!!
---------------------

Al-Sistani sendiri merupakan anak hasil mut’ah, dan tentu saja musibahnya lebih besar, karena ia tidak mengetahui siapa bapaknya. Kisah hidupnya sudah popular. Berdasarkan biografinya yang tersebar dalam dunia maya bahwa ia dilahirkan di kota Mashad Iran, ibunya sangat sering melakukan mut’ah untuk mendekatkan diri kepada Allah berdasarkan akidah mereka yang menyimpang.

Setelah melahirkan putranya, al-Sistani, ibunya kebingungan, dari siapakah benih hasil mut’ah itu ia nasabkan. Maka ia memutuskan untuk pergi ke Hauzah (semacam pesantren) di kota Qum yang disucikan untuk meminta fatwa. Maka mufti besar yang menjadi rujukan tama, Syayyid Husein al-Thabathabai memberikan fatwa untuk mengundi nama-nama pria yang telah melakukan mut’ah dengannya. Setelah diundi, keluarlah nama Sayyid Muhammad Bakir untuk menjadi ayah al-Sistani di hadapan manusia. Itu terjadi pada tahun 1930. Demikianlah seorang rujukan utama Syi’ah anak hasil undian. Seiring dengan pergantian waktu, ia menjadi referensi utama.

Sekedar diketahui, seperti halnya al-Khomaeni, ia belum pernah sekalipun pergi melaksanakan haji. Sebagaimana ia juga tidak bisa berbahasa Arab, sehingga tidak dikenal rekaman suaranya –meski hanya sekali—yang menggunakan bahasa Arab atau membaca Al-Qur’an. Umumnya masyarakat syi’ah tidak memiliki rekaman darinya walau hanya satu yang berisi pelajaran atau nasehat. Sebaliknya, ia hanyalah sosok misterius yang tersembunyi dari penglihatan manusia sejak lama.Sosok seperti ini yang mereka pilihkan bapak baginya melalui undian.

Tidaklah mengherankan jika ia kemudian membolehkan seorang suami melakukan sodomi terhadap istrinya. Tidak pula mengherankan ketika ia berfatwa memperbolehkan mut’ah dengan pelayan (pembantu rumah tangga) dari Indonesia sekalipun tanpa restu keluarganya. Fatwa-fatwa ini disebutkan dan tersebar dalam internet syi’ah, dan menjadi konsumsi masyarakat awam syi’ah di manapun berada.

ALI AL SISTANI ADALAH SYIAH PENGHIANAT YG BERKERJASAMA DENGAN AMERIKA MEMBANTAI IRAK (mirip kelakuan atusy si penghianat bagdad zaman abasyiah)

Ali Sistani adalah marja’ (rujukan) syi’ah terbesar hari ini setelah meninggalnya al-Khu’I tahun 1413H. Dia adalah orang Persia Iran yang bermukim di Negeri Arab, Najaf Irak. Asli Persia, tidak bisa berbahasa Arab. Dia terkenal dengan seruannya kepada Amerika untuk menjajah Irak, dan terkenal dengan fatwanya bahwa orang Syi’ah harus membuka jalan selebar-lebarnya untuk pasukan AS dalam menyerang dan memasuki Irak. Dia yang bertanggung jawab terhadap pembunuhan dan pembantaian Ahlus Sunnah di Irak yang dilakukan oleh milisi-milisi syi’ah yang loyal kepada Iran.

Dia mendiamkan dan meridhai kitab-kitab syi’ah yang mengkafirkan Abu Bakar, Umar, Utsman, ‘Aisyah dan Hafshah dan memvonis mereka sebagai ahli neraka jahannam, lebih najis daripada anjing dan babi. Dia berfatwa: Tidak boleh memberi zakat kepada fakir miskin Ahlus Sunnah, tidak sah shalat orang syi’ah di masjid Ahlus Sunnah. Yang tidak beriman dengan imamah syi’ah kafir di dunia kekal di neraka jahannam. Shalat di masjid Ali lebih afdhal daripada shalat di Masjid Nabawi. Dia juga yang berfatwa dengan ratusan fatwa tentang seks yang memalukan setiap muslim, karena kotor dan jijiknya serta jauhnya dari Islam.

Sumber : forum-unand.blogspot.com
--------------
Artikel : My Diary

Baca juga :
- Yahudi budidayakan pohon Ghorgod.
- Sesatnya Syi'ah: Khomaini mut'ah dengan anak kecil.
- Hadits tentang sabar.
- Guncangan dasyat menimpa Syi'ah!!
- Hanzhalah bin Abi Amir, seorang syahid yang dimandikan Malaikat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar