Wanita itu menyayangi anak suaminya atau tidak, tetap saja dia tidak dicintai oleh suami dan anaknya. |
"Bawa saja anakmu ketempat yang kau anggap lebih bijaksana, lebih menyayangi dan lebih kau percayai. Daripada kau semakin membenciku karena pengaduan anakmu dan berbuat tidak adil padaku karena aku akan sangat merasa sakit hati dan kaupun semakin berdosa."
wanita itu tidak punya pilihan lain selain mengatakan hal ini. Hatinya masih sangat sakit karena semua rasa curiga yang selalu ditujukan padanya. Sangat sakit ketika ketulusan dibalas curiga dan pengkhianatan. Sangat tidak nyaman ketika orang yang seharusnya menjadi tumpuan harapannya ternyata tidak mempercayainya dan berbuat tidak adil.
Wanita itu menangis, menumpahkan semua rasa sedih dan sakit hatinya lewat airmata. Wanita itu telah sangat banyak mengalah dengan semua ketidak adilan yang dia rasakan. Dia tahu bahwa dirinya bukan wanita sempurna seperti yang lain, karenanya dia menerima ketika adilan yang diberikan suaminya dengan sabar dan banyak mengalah, wanita itu tidak memiliki anak yang bisa menjadi penghibur dan alasan bagi suaminya untuk bersikap adil terhadapnya. Wanita itu tidak punya siapa-siapa untuk membelanya ketika semua curiga dan tuduhan ditujukan kepadanya. Wanita itu harus berusaha keras agar bisa melindungi diri dan hatinya yang rapuh.
Wanita itu semakin membenci anak suaminya. Dia merasa bahwa semua usahanya selama ini dalam mencintai dan menyayangi anak tersebut tidak ada artinya dan berakhir sia-sia. Si anak tetap saja tidak menyayanginya dan semakin memojokkannya dengan aduan-aduan berlebihan kepada ayahnya. Dan sang ayah menerima semua aduan anaknya tanpa bertanya lagi apakah semua aduan itu benar atau tidak. Si ayah yang memang tidak menyukai wanita tersebut, semakin berbuat tidak adil dan selalu menempatkan wanita itu kedalam posisi yang sulit.
Wanita itu telah sangat sedih dan sepi karena tidak dicintai oleh laki-laki yang telah menikahinya, ditambah lagi dengan anak yang bawaan suaminya yang selalu membuat aduan, akhirnya membuat wanita itu melepaskan semua tanggung jawabnya terhadap si anak. Yang ada dalam pikirannya saat ini adalah, buat apa menyayangi orang yang tidak menyayanginya, buat apa berbelas kasih terhadap orang yang mengkhianatinya, buat apa berbuat baik toh akhirnya tetap saja dicurigai dan tidak dipercayai. Kalau si suami tidak ingin berbuat adil, wanita itu bisa menerima semua ketidak adilan itu dan bersabar tapi jangan lagi ditambah dengan rasa benci yang tidak beralasan, hal itu membuat si wanita semakin terpuruk dan sedih.
Wanita itu sering berpikir mungkin lebih baik anak tersebut tidak dibawah asuhaannya. Meski rasa sepi akan semakin dia rasakan (suaminya akan lebih jarang menemaninya dirumah) tapi itu pilihan terbaik untuk saat ini daripada semakin dibenci dan dicurigai oleh suami. Toh sama saja, suaminya ada atau tidak, wanita itu tetap saja kesepian karena perlakuan tidak adil suami dan tidak dicintai. Dengan rasa sakit dan resiko yang sama saja (sepi dan sedih) mengapa harus mempertahankan keadaan yang semakin membuat hati sakit?. Wanita itu akhirnya merelakan si anak pergi dengan ibunya yang lain daripada wanita itu merasakan sakit yang lebih parah. Dia menyayangi anak itu atau tidak, tetap saja dia tidak dicintai oleh suami dan anaknya.
------------------
Artikel : My Diary
------------------
Artikel : My Diary
Tidak ada komentar:
Posting Komentar