Minggu, 24 November 2013

PERANG BADAR


Perang Badar merupakan pertempuran pertama yang menjadi peristiwa pembeda dalam sejarah Islam. Oleh sebab itu, hari Perang Badar disebut dengan Hari Pembeda (Yaumul Furqan) karena pada hari itu Allah memisahkan (membedakan) antara kebenaran dan kebatilan.

Latar belakang Perang Badar adalah ketika Rasulullah ingin mengambil kembali harta yang diambil oleh orang-orang kafir Quraisy dari kaum muslim Muhajirin. Proses pengambilan kembali harta tersebut dengan menghadang kafilah Quraisy yang datang dari Syam yang dipimpin oleh Abu Sufyan. Rasulullah bersabda kepada para sahabat, "ini ada rombongan dagang Quraisy. Dalam rombongan dagang tersebut ada harta milik mereka. Biarkan harta itu menjadi milik mereka (dan ambillah harta kalian). Semoga Allah memberikan harta rampasan perang buat kalian."

Sebagian kaum muslim keluar dan yang lain tidak ikut karena merka mengira tidak akan terjadi peperangan. Sebab, kafilah Quraisy hanya terdiri dari 40 orang. Rasulullah bersama sebagian kaum muslim keluar pada tanggal 8 Ramadhan tahun ke-2 Hijriah. Beliau meninggalkan Madinah dan menyerahkan kepemimpinan sementara kepada Abu Lubabah dan menjadikan Ibnu Maktum sebagai imam shalat berjamaah untuk sementara.

Abu Sufyan Memprovokasi Orang-Orang Quraisy

Abu Sufyan mengetahui kabar keluarnya Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam. Ia lantas mengutus Amr bin Dhamdham Al-Ghifari ke Makkah untuk memprovokasi orang-orang Quraisy agar mereka melindungi kafilah Abu Sufyan. Amr bin Dhamdham masuk ke Makkah dengan berpura-pura seperti orang yang mengalami serangan; pelana ontanya dibuat compang-camping, hidung ontanya dibuat berdarah dan bagian belakang pakaian Amr dirobah sendiri. Lantas ia berteriak, "Wahai orang-orang Quraisy, kafilah (diserang), kafilah (diserang)! Harta kalian yang ada di tangan Abu Sufyan akan diarampas oleh Muhammad dan sahabat-sahabatnya. Kalian harus melindunginya. Bantulah, bantulah." Maka, orang-orang Quraisy segera menyiapkan diri dan berangkat untuk melindungi kafilah. Semua orang Quraisy ikut berangkat kecuali Abu Lahab. Jumlah mereka mencapai 950 orang. Mereka membawa 100 ekor kuda dan 700 ekor onta.

Abu Sufyan Selamat dalam Kafilah

Abu Sufyan berhasil melarikan diri dengan kafilahnya. Ia mengirim seseorang kepada orang-orang Quraisy untuk menenangkan mereka. Akan tetapi Abu Jahal berkata, "Kita tidak akan kembali hingga kita sampai di Badar. Kita akan tinggal di sana beberapa hari sambil menyembelih hewan, memasak makanan, minum khamar, memainkan musik agar orang-orang Arab mendengar kita. Dengan demikian akan tetap gentar melihat kita. Teruskan!!!"

Rasulullah Meminta Pendapat Para Sahabat

Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam mengumpulkan para sahabatnya untuk mendiskusikan masalah tersebut. Beliau meminta pendapat terutama kepada orang-orang Anshar yang telah berbai'at untuk melindungi beliau di dalam Madinah. Sedangkan di luar Madinah, beliau merasa perlu untuk meminta pendapat mereka lagi.

Rasulullah berkata, "Sampaikan pendapat kalian kepadaku, wahai para sahabat!" Abu Bakar berdiri lantas mengucapkan kata-kata yang positif. Begitu pula dengan Umar bin Khattab. Disusul oleh Al-Miqdada bin Amr yang berkata, "Wahai Rasulullah, laksanakanlah apa yang telah Allah perlihatkan kepadamu. Kami akan tetap bersamamu. Demi Allah, kami tidak akan mengatakan sebagaimana ucapan Bani Israil kepada Musa, "Pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah. Kami cukup diam di sini saja!." (Q.S al-Ma'idah:24). Akan tetapi pergilah engkau dan Tuhanmu dan berperanglah. Kami pun akan ikut berperang bersama engkau dan Tuhanmu. Demi Allah yang telah mengurusmu dengan kebenaran, andai engkau mengajak kami ke Barku Al-Ghimad -pinggiran Yaman wilayah Jazirah Arab terjauh- kami akan memukul setiap orang yang menghalangi langkahmu higga kamu sampai ke sana." Rasulullah lantas berdo'a untuk Al-Miqdad dan memujinya.

Rasulullah kemudian berkata lagi, "Sampaikanlah pendapat kalian, wahai para sahabat!" Said bin Muadz, pemimpin suku Aus dan Anshar lantas berkata, "Demi Allah, tampaknya engkau menginginkan kami, wahai Rasulullah!" Rasulullah berkata, "Benar". Said berkata, "Kami telah beriman kepadamu dan kami membenarkan engkau. Kami bersaksi bahwa agama ayng engkau bawa adalah benar. Atas persaksian itu kami serahkan janji dan kesetiaan kami untuk selalu mendengarkan dan menaatimu. Teruskanlah rencana yang engkau inginkan. Kami akan bersamamu. Demi Allah yang mengutusmu dengan kebenaran. Andai engkau mengajak kami mengarungi laurang ini, kami akan mgnerungi bersamamu. Tidak seorang pun dari kami yang tidak ikut bersamamu. Kami sama sekali tidak gentar engkau pertemukan dengan musuh kita esok hari. Kami memang terbiasa berperang. Kami selalu jujur dalam persahabatan. Semoga Allah memperlihatkan kami kepadamu sebagai sesuatu yang menyenangkan hatimu. Teruskanlah bersama kami di atas keberkahan dari Allah!"

Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam merasa senang dengan ucapan Sa'ad kemudian beliau berkata, "Berjalanlah dan bergembiralah. Sungguh Allah telah menjanjikan salah satu pasukan kepadaku. Demi Allah, seolah-olah aku melihat tempat gugurnya suatu kaum (musuh)."

Pendapat Al-Hubab bin Al-Mundzir

Rasulullah bergerak bersama dua pasukan tentara, kemudian berhenti di salah satu oase Badar. Al-Hubab bin Al-Mundzir lantas berdiri dan berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang tempat ini? Apakah ini tempat yang Allah tetapkan untukmu dan kami tidak boleh memilih tempat lain? Atau engkau memilih tempat ini berdasarkan pertimbangamu peribadi, sedangkan perang adalah tipu daya?" Rasulullah berkata, "(Pemilihan tempat ini) berdasarkan pertimbangan rasional, sedangkan perang adalah tipu daya."

Al-Hubab lantas berkata lagi, "Tempat ini tidak layak dijadikan tempat menetap. Bangkitlah bersama yang lain hingga smpai di sumber air yang paling dekat kaum (pasukan musuh) dan kita menetap di sana. Kiga tali semua sumber air yang ada dan kita buat kolem yang kita isikan air kedalamnya. Kita kemudian melakukan pertempuan dengan kaum (musuh-musuh) hingga kita dapat minum dan mereka tidak bisa minum."

Rasulullah lantas berkata, "Pendapatmu sangat bagus." Maka Rasulullah bangkit dan berjalan bersama kaum muslim menuju sumber air terdekat daru kaum (musuh-musuh) dan menetap di sana. Rasulullah kemudian memerintahkan para sahabat untuk menggali sumber air dan membuat kolem di tempat tersebut. Kolam itu diisi air penuh kemudian mereka melepaskan kelelahan.

Jumlah Tentara Muslim dan Jumlah Tentara Musyrik

Jumalah pasukan muslim adalah 314 orang, 83 orang dari Muhajirin, 61 orang dari suku Aus dan 170 orang dari suku Khazraj. Mereka membawa dua kuda milik Zubair bin Awam dan Miqdad bin Aswad. Mereka juga membawa 70 onta. Setiap onta ditumpangi oleh 2 atau 3 orang. Pembawa panji utama adalah Musha'ab bin Umair. Pembawa bendera kaum Muhajirin adalah Ali bin Abi Thalib. Pembawa bendera kaum Anshar adalah Sa'ad bin Muadz. Di sisi kanan ada Zubair bin Awam dan di sisi kiri ada Miqdad bin Aswad. Di belakang ada Qais bin Abi Sha'sha'ah. Pemimpin utamanya adalah Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam.

Sementara itu, tentara musyrikin berjumlah 950 orang. Mereka membawa 100 kuda, 700 onta dan 600 baju besi untuk perang. Pemimpin tentara mereka adalah Abu Jahal.

Usulan Sa'ad bin Muadz

Setelah kaum muslim menetap di dekat sumber air, Sa'ad bin Muadz mengusulkan kepada Rasulullah agar kaum muslim membangun sebuah wilayah sebagai pusat kepemimpinan Rasulullah. Rasulullah memuji usulan Sa'ad dan mendo'akan kebaikan baginya. Kaum muslim lantas membangun pusat komando di tempat tinggi yang terletak di sebelah tenggara dari medan pertempurang hingga Rasulullah dapat mengawasi dan memberikan petunjuk kepada tentara yang ada di medan pertempuran. Selain itu, kaum muslim juga memilih sekelompok pemuda Anshar yang dipimpin Sa'ad bin Muadz untuk menjaga dan melindungi Rasulullah. Mereka mejaga di sekitar pusat komando Rasulullah.

Malam (sebelum) Pertempuran

Pada malam sebelum pertempuran, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam berdiam sambil berdo'a dengan khusyu', "Ya Allah, jika Engkau hancurkan pasukan ini (kaum muslim), maka setelah hari ini Engkau tidak akan pernah disembah di muka bumi ini." Melihat Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam berdo'a sedemikian khusyu' dan keras. Abu Bakar merasa iba padanya dan ia berusaha menghibur dengan mengingatkan akan janji Allah kepada beliau. Rasulullah lantar tertidur kemudan terjaga dan berkata, "Bergembiralah, wahai Abu Bakar. Pertolongan Allah telah datang kepadamu. Jibril telah mengambil tali kekang kudanya dan mengendalikannya sambil menyebarkan debu."

Rasulullah memberikan motivasi kepada tentara muslim sebelum pertempuran. Beliau berkata kepada mereka, "Demi Zat yang jiwa Muhammad ada dalam kekuasaan-Nya. Setiap orang yang berjuang melawan mereka (kaum musryik) dengan sabar, ikhlas, teguh dan tidak melahirkan diri, pasti Allah memasukkannya ke surga!"

Api Pertempuran dan Kekalahan Kaum Musyrik

Pertempuran dimulai sejak pagi hari tanggal 17 Ramadhan tahun ke 2 Hijriah. Hamzah bin Abdul Muthalib berhasil membunuh Al-Aswad bin Abdul Asal Al-Makhzumi. Al-Aswad bersumpah akan meminum air yang ada di kome yang dibut oleh pasukan muslim atau mengeruknya atau ia mati di dalam kolam tersebut. Maka Hamzah membunuhnya. Tiga orang kafir Quraisy lantas keluar. Mereka adalah Utbah bin Rabiah, Syaibah (saudara Utbah) dan Al-Walid (anaknya). Mereka keluar untuk bertarung.

Rasulullah lantas memerintahkan Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Rasulullah), Ali bin Abi Thalib (sepupu Rasulullah) dan Ubaidah bin Harits (sepupu Rasulullah). Hamzah dan Ali berhasil membunuh Syaibah dan Al-Walid. Sementara itu, Ubaidah bertarung dengan Utbah dan saling membantai. Maka, Hamzah dan Ali merawat Ubaidah yang terluka dan segera membawa Ubaidah bin Harits kepada Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam.

Perang berkecamuk antara dua pasukan. Pasukan muslim berhasil meraih kemenagan semntara kaum kafir mengalami kekalahan. Sekitar 70 kaum kafir terbunuh dan banyak yang ditawan. Sementara kubu pasukan muslim hanya 14 orang yang terbunuh sebagai syuhada.

Musyawarah Rasulullah dengan Para Sahabat Soal Tawanan

Rasulullah meminta pendapat para sahabat soal tawanan. Beliau bertanya kepada Abu Bakar dan Umar, "Apa pendapat kalian soal mereka, para tawanan?" Abu Bakar menjawab, "Wahai Nabi Allah, mereka adalah anak dari paman-paman dan keluarga besar (kita). sebaiknya cukup minta tebusan (fidyah) dari mereka. Dengan demikian kita menjadi kuat berhadapan dengan orang-orang kafir. Mudah-mudahan Allah memberikan hidayah kepada mereka untuk memeluk Islam." Rasulullah lantas bertanya kepada Umar, "Apa pendapatmu, wahai Ibnu Khattab?" Umar menjawab, "Demi Allah. Aku tidak sependapat dengan Abu Bakar. Aku berpendapat mereka harus dipenggal. Ali bertugas memenggal Uqail dan aku bertugas memenggal fulan (bagian Umar). Sungguh mereka adalah para dedengkot kekufuran." Rasulullah ternyata memilih pendapat Abu Bakar dan tidak memilih pendapat Umar hingga turun ayat, "Tidaklah pantas seorang Nabi memiliki tawanan sebelum ia melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana." (Q.S al-Anfal:67). Ayat ini turun memperkuat pendapat Umar bin Khattab.

Mayat orang-orang Musyrik di Sumur

Setelah pertempuran selesai, kaum muslim membuang mayat orang-orang musyrik ke dalam sumur. Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam berdiri di bibir sumur dan berkata, "Wahai penghuni sumur. Apakah kalian menemukan janji Tuhan kalian benar adanya? Aku menemukan janji Tuhanku benar adanya."

Kabar Kemenangan Sampai ke Madinah

Rasulullah mengutus Abdullah bin Rawahah dan Zaid bin Haritsah untuk menyampaikan kabar gembira tentang kemenangan ke Madinah sebelum tentara muslim kembali ke Madinah. Orang-orang Yahudi dan munafik di Madinah menghembuskan kabar bahwa pasukan muslim mengalami kekalahan sampai datanglah utusan membawa kabar kemenangan. Sementara Al-Haisaman bin Iyas datang ke Makkah menyamaikan kabar kekalahan pasukan kafir Quraisy sebelum sisa-sisa pasukan itu kembali ke Makkah. Dan pada perang Badar surat Al-Anfal diturunkan.

Sumber : Ensiklopedi Sejarah Islam Jilid I (edisi bahasa Indonesia). Penulis: Tim Riset dan Studi Islam Mesir dan Dr. Raghib As-Sirjani. Penerbit : Pustaka Al-Kautsar. hal:28-33
----------------
Artikel : My Diary

Baca juga :
Nasab Umar bin Khattab (1)
Nasab Umar bin Khattab (2)
Kasih Sayang Islam untuk Kaum Wanita
Hadits Tentang Wanita bagian ke:2
Kisah Nikah Mut'ah

1 komentar: