Ini lagi ngetrend, "Gaul" dikit napa sih....!!!!
Kata-kata ini seringkali terdengar bila kita "sedikit" berbeda pendapat dengan teman atau keluarga tentang sebuah model busana.
Di zaman yang "katanya" kalau tidak mengikuti mode atau trend busana terbaru atau apapun yang "katanya juga" sedang trend, maka kita akan dikatakan norak, katrok, kampungan, tidak gaul. Sepertinya semua hal yang ingin dilakukan telah ditentukan oleh dengan yang namanya Ngetrend dan tidak boleh keluar dari peraturan trend itu, harus berpenampilan lain dari yang lain dan terlihat Keren.
Bahkan busana Muslimah latah mengikuti istilah harus Trend tersebut. Aturan dalam berbusana Muslimah pun akhirnya menjadi kabur. Busana yang seharusnya tidak menampakkan lekuk tubuh pemakainya dibuat menjadi "sedikit" ramping demi penampilan yang modis. Kata-kata modis tadi ikut bagian dalam membuat busana Muslimah yang tadinya lurus aja menjadi berbentuk mengikuti tubuh pemakainya.
Modis dan Trendy adalah dua kata yang membuat busana Muslimah yang fungsi awalnya untuk menyamarkan bentuk tubuh wanita menjadi busana yang memperlihatkan bentuk tubuh wanita. Disadari atau tidak kata-kata tersebut membuat banyak kaum Muslimah merasa wajar-wajar aja memakainya, padahal itu sama saja dengan berpakaian tapi telanjang.
Bagaimana bisa???. Pasti banyak yang pertanyaan seperti ini, karena mereka meyakini mereka memakai pakaian yang tertutup rapat.
Pakaiannya memang menutupi semua aurat wanita tapi bentuk pakaian yang memperlihatkan lekuk tubuh itulah yang membuat pakaian tersebut tidak bisa digolongkan dalam pakaian Muslimah yang Syar'i. Karena pakaian akan mengikuti gerak tubuh dari pemakainya maka itulah mengapa disebut berpakaian tapi telanjang.
Coba kita baca kutipan artikel yang sangat bermanfaat berikut ini;
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekiandan sekian.”
(HR. Muslim no. 2128)
Saudariku, pahamilah makna ‘kasiyatun ‘ariyatun’
An Nawawi dalam Syarh Muslim ketika menjelaskan hadits di atas mengatakan bahwa ada beberapa makna kasiyatun ‘ariyatun.
Makna pertama: wanita yang mendapat nikmat Allah, namun enggan bersyukur kepada-Nya.
Makna kedua: wanita yang mengenakan pakaian, namun kosong dari amalan kebaikan dan tidak mau mengutamakan akhiratnya serta enggan melakukan ketaatan kepada Allah.
Makna ketiga: wanita yang menyingkap sebagian anggota tubuhnya, sengaja menampakkan keindahan tubuhnya. Inilah yang dimaksud wanita yang berpakaian tetapi telanjang.
Makna keempat: wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya telanjang. (Lihat Syarh Muslim, 9/240)
Pengertian yang disampaikan An Nawawi di atas, ada yang bermakna konkrit dan ada yang bermakna maknawi (abstrak). Begitu pula dijelaskan oleh ulama lainnya sebagai berikut.
Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullah mengatakan, “Makna kasiyatun ‘ariyatun adalah para wanita yang memakai pakaian yang tipis yang menggambarkan bentuk tubuhnya, pakaian tersebut belum menutupi (anggota tubuh yang wajib ditutupi dengan sempurna). Mereka memang berpakaian, namun pada hakikatnya mereka telanjang.” (Jilbab Al Mar’ah Muslimah, 125-126)
Al Munawi dalam Faidul Qodir mengatakan mengenai makna kasiyatun ‘ariyatun, “Senyatanya memang wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya dia telanjang. Karena wanita tersebut mengenakan pakaian yang tipis sehingga dapat menampakkan kulitnya. Makna lainnya adalah dia menampakkan perhiasannya, namun tidak mau mengenakan pakaian takwa. Makna lainnya adalah dia mendapatkan nikmat, namun enggan untuk bersyukur pada Allah. Makna lainnya lagi adalah dia berpakaian, namun kosong dari amalan kebaikan. Makna lainnya lagi adalah dia menutup sebagian badannya, namun dia membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib ditutupi) untuk menampakkan keindahan dirinya.” (Faidul Qodir, 4/275)
Hal yang sama juga dikatakan oleh Ibnul Jauziy. Beliau mengatakan bahwa makna kasiyatun ‘ariyatun ada tiga makna.
Pertama: wanita yang memakai pakaian tipis, sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita seperti ini memang memakai jilbab, namun sebenarnya dia telanjang.
Kedua: wanita yang membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib ditutup). Wanita ini sebenarnya telanjang.
Ketiga: wanita yang mendapatkan nikmat Allah, namun kosong dari syukur kepada-Nya. (Kasyful Musykil min Haditsi Ash Shohihain, 1/1031)
Kesimpulannya adalah kasiyatun ‘ariyat dapat kita maknakan: wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya dan wanita yang membuka sebagian aurat yang wajib dia tutup.
Tidakkah Engkau Takut dengan Ancaman Ini.
Lihatlah ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memakaian pakaian tetapi sebenarnya telanjang, dikatakan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.”Perhatikanlah saudariku, ancaman ini bukanlah ancaman biasa. Perkara ini bukan perkara sepele. Dosanya bukan hanya dosa kecil. Lihatlah ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas. Wanita seperti ini dikatakan tidak akan masuk surga dan bau surga saja tidak akan dicium. Tidakkah kita takut dengan ancaman seperti ini?
An Nawawi rahimahullah menjelaskan maksud sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘wanita tersebut tidak akan masuk surga’. Inti dari penjelasan beliau rahimahullah:
Jika wanita tersebut menghalalkan perbuatan ini yang sebenarnya haram dan dia pun sudah mengetahui keharaman hal ini, namun masih menganggap halal untuk membuka anggota tubuhnya yang wajib ditutup (atau menghalalkan memakai pakaian yang tipis), maka wanita seperti ini kafir, kekal dalam neraka dan dia tidak akan masuk surga selamanya.
Dapat kita maknakan juga bahwa wanita seperti ini tidak akan masuk surga untuk pertama kalinya. Jika memang dia ahlu tauhid, dia nantinya juga akan masuk surga. Wallahu Ta’ala a’lam. (Lihat Syarh Muslim, 9/240)
Jika ancaman ini telah jelas, lalu kenapa sebagian wanita masih membuka auratnya di khalayak ramai dengan memakai rok hanya setinggi betis? Kenapa mereka begitu senangnya memamerkan paha di depan orang lain? Kenapa mereka masih senang memperlihatkan rambut yang wajib ditutupi? Kenapa mereka masih menampakkan telapak kaki yang juga harus ditutupi? Kenapa pula masih memperlihatkan leher?!
Baca selengkapnya di abdullah-syauqi.abatasa.co.id
Busana Muslimah yang Syar'i harus memperhatikan banyak faktor. Bukan hanya harus menutupi bentuk tubuh pemakainya tapi dari bahan pakaian itu sendiri, tidak boleh tipis apalagi transparan. Sekarang banyak banget mode dari "busana" Muslimah yang transparan, kalau bahan pelapisnya tebal masih bisa menutupi tubuh pemakainya. Tapi yang banyak sekarang ini bahan luar dan dalamnya sama-sama transparan, kalau dilihat bikin sakit mata ckckckkk...
Untukmu ukhty Muslimah yang ingin benar-benar menjaga auratmu, pilihlah pakaian yang benar-benar Syar'i. Bukan memakai pakaian yang lagi ngetrend hanya karena ingin dibilang gaul dan keren tapi tidak mengikuti aturan agama.
Ingat ya..
Yang ditanya di alam kubur dan di yaumul akhir nanti bukanlah apakah dirimu gaul atau apakah dirimu mengikuti trend yang ada, yang ditanya di sana adalah tentang amal ibadahmu.... ^_^
Sumber : abdullah-syauqi.abatasa.co.id
---------------------
Artikel : My Diary
Tidak ada komentar:
Posting Komentar