Senin, 11 Mei 2015

Kisah Taubat yang Mengundang Tawa

Kisah Taubat yang Mengundang Tawa
Oleh: syaikh Mamduh Farhan al Buhairi

Kisah ini adalah sebuah kisah nyata yang terjadi kurang lebih dua puluh tahun yang lalu (kalau sekarang sekitar 36 tahun yang lalu).

Akupun mengenal pemilik kisah ini. Mereka adalah para pemuda yang menyia-nyiakan sholat dan ibadah-ibadah yang lain. Mudah-mudahan Allah Subhanahu waTa'ala memberikah hidayah kepada kita dan juga kepada mereka yang menuju segala kebaikan, Aamiin.

Mereka berjumlah tiga orang. Suatu ketika mereka keluar bersama untuk bertamasya (jalan-jalan, wisata). Dua diantara mereka duduk di kursi depan mobil, sementara yang seorang duduk di kursi belakang. Dan pahlawan kita dalam kisah ini adalah yang duduk di kursi belakang tersebut. Kala itu dia dalam keadaan tertidur. Dia juga terkenal termasuk orang yang tidurnya sangat berat dan lelap. Jika dia sudah tertidur maka dia sama sekali tidak merasakan apapun.

Kala itu mereka sudah berada di pertnegahan malam, dan teman kita ini masih dalam keadaan tidur. Kemudian, kedua sahabatnya itu berfikir untuk mengerjai temannya yang tertidur tersebut. Keduanya memutuskan untuk masuk ke padang pasir, kemudian menurunkan dan meninggalkannya seorang diri.

Hal itu benar-benar dilakukan. Sampailah keduanya dengan mobil mereka pada suatu tempat yang benar-benar sunyi. Setelah berhenti, mereka mulai menurunkan teman mereka yang masih dalam keadaan tidur. Setelah diturunkan, keduanya menoleh ke sana ke mari, melihat di sekelilingnya, lalu keduanya menemukan satu kotak kayu besar seperti peti. Pada saat itulah salah satu dari keduanya memiliki ide baru. Setelah berunding, orang keduapun setuju, sementara teman kita ini masih saja tertidur, tidak menyadari sekelilingnya.

Kemudian mulailah mereka mengganti rencana semula dengan rencana baru. Merekapun menghadirkan peti sebagai persiapan untuk melaksanakan rencana baru. Kemudian membungkus teman mereka yang masih tertidur itu dengan guthrah (sorban) putih mereka agar menyerupai kafan, kemudian memasukkannya ke dalam peti.

Lalu keduanya menutup mulut, hidung dan wajah mereka, kemudian mulailah keduanya memukuli temannya yang tidur tadi dengan keras hingga dia terjaga, dalam keadaan sangat ketakutan. Ketakutannya semakin bertambah begitu melihat dua orang bercadar berdiri di sisi kepalanya, ditambah lagi pakaian putih yang dia kenakan. Demikian pula kepekatan malam pada tempat tersebut.

Dengan tanpa memberi kesempatan kepadanya untuk berfikir, salah satu dari keduanya langsung berkata:
"Siapa Tuhanmu!"
Ia pun menjawab, "Allah."
Yang kedua memukul kepalanya seraya berkata: "Apa agamamu!"
Dia menjawab, "Islam."

Sampai di sini, keduanya tertawa kuat di dalam hati, akan tetapi tetap menampakkan kekerasan (kesangaran), sementara tampak teman mereka itu dalam keadaan kebingungan dan ketakutan dengan wajah yang telah berubah dengan berbagai warna.

Pada saat itulah dia ingat sesuatu, lantas berkata kepada keduanya, "Aku ingin sholat Isya'."

Lalu salah satu dari keduanya menamparnya lalu berkata, "Siapa Nabimu!"
Dia pun melihat kepada orang yang menamparnya lalu berkata; "Wahai saudaraku, janganlah memukulku, aku akan menurut!"

Pada saat itulah keduanya tidak bisa lagi menguasai keadaan, kemudian tawapun tergelak dari keduanya, dan membuka cadar yang menutupi wajah mereka. Begitu dia tahu bahwa dia telah dikerjai, maka diapun berdiri dari peti lalu memukul keduanya dengan pukulan yang sangat menyakitkan, karena kerasnya tawa mereka, keduanya tidak bisa merasakan kekuatan pukulan yang diarahkan kepada keduanya, dimana bekas pukulan tersebut tidak hilang selama seminggu.

Yang terpenting dari semua ini ialah kejadian itu ternyata sangat membekas pada diri teman kita ini dan merupakan sebab hidayah bagi dirinya, lalu jadilah dia orang yang sholeh. Sementara kedua temannya tetap dalam kesesatan sebagaimana semula. Maka Subhanallah, keduanya menginginkan keburukan untuknya, tetapi malah menjadi kebaikan baginya.

Sumber: Majalah Qiblati, edisi 01 tahun V, hal: 100-101

My Diary

Tidak ada komentar:

Posting Komentar