Minggu, 08 September 2013

Aqidah Rafidhah tentang Sifat-Sifat Allah.


Rafidhah adalah sekte yang pertama kali mengatakan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala ber-jisim (bertubuh seperti tubuh makhluk)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan bahwa yang memperlopori kebohongan ini dari sekter Rafidhah adalah Hisyam bin al-Hakam [1], Hisyam bin Salim al-Jawaliqi, Yunus bin Abdurrahman al-Qummi dan Abu Ja'afar al-Ahwal. [2]

Mereka adalah para tokoh Syi'ah Itsna "Asyariyyah yang pada akhirnya mereka menjadi sekte Jahmiyyah yang mengingkari sifat-sifat Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Sebagaimana riwayat-riwayat mereka yang mensifati Allah dengan sifat-sifat negatif yang mereka kukuhkan sebagai sifat-sifat yang kekal bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Ibnu Babawaih telah meriwayatkan lebih dari tujuh puluh riwayat yang menyatakan bahwa Allah tidak disifati dengan waktu, tempat, seperti apa, bergerak, berpindah, tidak tersifati dengan sifat-sifat yang ada pada jisim, tidak berupa materi, jisim dan bentuk. [3]

Tokoh-tokoh mereka tetap berpijak di atas konsep yang sesat ini, dengan meniadakan sifat-sifat Allah yang terkandung dalam al-Qur'an dan al-Hadits.

Sebagaimana merka juga mengingkari turunnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala ke langit dunia, ditambah lagi perkataan mereka tentang al-Qur'an bahwa ia adalah makhluk, dan mereka juga mengingkari bahwa Allah bisa dilihat di akhirat nanti.

Disebutkan dalam buku Biharul Anwar bahwa Abu Abdullah Ja'far adh-Shadiq pernah ditanya dengan suatu pertanyaan, apakah Allah Subhanahu Wa Ta'ala bisa dilihat pada Hari Kiamat? Maka ia menjawab: "Maha Suci Allah, dan Maha Tinggi setinggi-tingginya, sesungguhnya mata tidak bisa melihat kecuali kepada benda yang memiliki warna dan berkondisi tertentu, sedangkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala Dzat yang menciptakan warna dan menyatukan kondisi." [4]

Bahkan orang-orang Syi'ah mengatakan: "Jika ada seseorang menisbatkan kepada Allah sebagian sifat, seperti sifat Allah dapat dilihat, maka orang tadi dihukumi murtad (keluar dari agama), sebagaimana disinyalir oleh tokoh mereka Ja'far an-Najafi.[5]

Ketahuilah bahwa sesungguhnya melihat Allah Subhanahu Wa Ta'ala adalah haq, benar adanya, ditetapkan dalam al-Qur'an dan as-Sunnah yaitu melihat Allah tak bisa dibayangkan dengan detail dan tak bisa diperagakan, sebagimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :

وخوه يومئِِذ ناضره. إلى ربها

"Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Rabb-nyalah mereka melihat." (Q.S. al-Qiyamah : 22-23)

Dalil dari as-Sunnah bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala bisa dilihat di Hari Kiamat, yaitu hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim dan Jarir bin Abdullah al-Bajali, beliau berkata:

كنا خلوسا مع رسول لله صل لله عليه و سلم فنظر إلى القمر ليلة أربع عشره فقال : إنكم سترون ربكم عيانا كما ترون هذا, لا تضامون في رؤيته

"Kami pernah duduk bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, kemudian beliau melihat bulan pada malam ke empat belas, maka beliau bersabda: "Kalian akan melihat Rabb kalian dengan mata kepala, sebagaimana kalian melihat bulan ini dan tidak bersusah-susah dengan melihat-Nya."

Dan banyak lagi ayat al-Qur'an dan hadits Nabi yang membicarakan tentang hal ini yang tidak mungkin kita ungkap disini.[6]
______________________
Footnote:

[1] Ibnu Taimiyah, Minhajus Sunnah, 1/20
[2] I'tiqadaat Firaqul Muslimin wa Musyirikin, 97
[3] Ibnu Babawaih, at-Tauhid, 57
[4] Biharul Anwar, Al Majlisi, hal, 4/31
[5] Ja'far an-Najafi, Kasyful Ghitha', 417
[6] Silahkan lihat kembali buku-buku Ahlus Sunnah wal Jama'ah tentang ru'yah, seperti kitab af-Ru'yah karangan ad-Daruquthni, buku karangan al-Lalikai dan sebagainya.

Sumber : Buku; Inilah Kesesatan Aqidah Syi'ah, oleh Syaikh Abdullah bin Muhammad As-Salafi, hal : 23-26
---------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar