Rabu, 25 September 2013

Neraka, kematian dan Hari Kiamat.


Saat membaca ayat-ayat yang mengandung ancaman, mereka tak kuasa menahan air mata. Mereka begitu takut siksaan Allah.

Mengangis saat membaca al-Qur'an adalah hal yang disunnahkan. Ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang bermakna, "Dan mereka menyungkur atas muka merka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'." (Al Isra' [17]:109)

Demikianlah keadaan para sahabat  Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Mereka orang-orang yang paling mudah tersentuh saat mentadabburi kandungan al-Qur'an. Mereka tak kuasa membendung air mata saat membaca ayat-ayat yang menjelaskan keadaan surga, neraka, kematian dan hari kiamat.

Tangisan Abu Bakar as-Shiddiq
Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu'anhu, sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, adalah orang yang paling suka mencucurkan air mata saat membaca al-Qur'an. Dikisahkan oleh al-Bukhari dalam sebuah riwayat, saat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sakit, ia memerintahkan para sahabat untuk shalat bersama Abu Bakar ash-Shiddiq.

Namun, Aisyah radhiallahu'anha menyarankan, "Sesungguhnya Abu Bakar, kalau menempati posisi Anda (sebagi imam shalat), orang-orang tidak akan mendengar suaranya disebabkan tangisannya." Dalam keterangan lain, Imam al-Baihaqi meriwayatkan, sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang bergelar ash-Shiddiq ini memiliki sebuah masjid di halaman rumah beliau di Makkah. Di tempati itulah beliau melakukan shalat dan membaca al-Qur'an. Saat itu wanita musyrikin takjub dengan bacaan beliau. Ia lalu mendengarkan dan melihat sahabat Nabi ini. Terlihatlah Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu'anha yang sudah tak mampu lagi menahan air matanya saat melantunkan ayat-ayat Allah Subhanahu Wa Ta'ala itu.

Tangisan Umar bin al-Khattab
Tak jauh berbeda dengan Abu Bakar ash-Shiddiq, sahabat Rasulullah, Umar bin al-Khattab radhiallahu'anhu juga demikian. Ia sangat menghayati apa yang ia baca.

Diriwayatkan oleh imam al-Baihaqi bahwa suatu saat Umar bin al-Khattab membaca surat Yusuf ketika menjadi iam shalat Shubuh. Saat sampai ayat ke 86, yang maknanya, "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah, aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku." air mata beliau mengalir membasahi janggutnya. Kejadian itu tidak sekali saja. Di tempat lain, menurut riwayat, beliau juga mengalami hal yang sama saat melakukan shalat Isya'. Bahkan, beliau kerap jatuh sakit setelah mengalami hal ini. Beliau terpaksa berdiam diri di rumah dalam satu atau dua hari.

Sebuah riwayat lain menceritakan, Umar bin al-Khattab pernah ditanya oleh seseorang ketika beliau kedapatan menangis, "Mengapa anda menangis wahai Amirul Mukminin?" Umar menjawab: "Aku ingat firman Allah Azza wa Jalla dalam kitab-Nya." Lalu beliau membaca ayat ke 3 dan 4 dari surat Al Ghasyiah yang menjealskan keadaan orang-orang kafir saat mereka berada dalam neraka. "(Mereka) bekerja keras lagi kepayahan, memasuki apai yang sangat panas." Kisah ini disebutkan dalam Tafsir Ibhu Katsir (7/275).

Tangisan Abdullah bin Umar
Sifat Umar menurun juga kepada putra beliau, Abdullah bin Umar radhiallahu'anhu. Ada beberapa ayat yang kalau beliau membacanya, beliau pasti menangis. Yakni, ayat-ayat di akhir surat al Baqarah, yang bermakna, "... Dan jika kami menampakkan apa yang ada di hatimu atau menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan denganmu mengenai perbuatan itu... " (al-Baqarah [2]: 284), sebagaimana disebutkan dalam Sifat ash Shafwa (1/294)

Tidak hanya ketika membaca ayat tersebut Ibnu Umar radhiallahu'anhu tersedu-sedan saat membaca firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang maknanya, "Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah..." (al-Hadid[57]: 16), ia juga bercucuran air mata. Begitu juga saat membaca surat al Muthaffifin ayat ke 6 yang bermakna, "Hari dimana manusia berdiri menghadap Rabb Semesta Alam." Ibnu Umar radhiallahu'anhu tidak sanggup lagi melanjutkan bacaannya karena air matanya sudah tumpah.

Pernah suatu saat, seperti dikisahkan dalam Sifat Ash-Shafwa (1/294-295), Ibnu Umar radhiallahu'anhu meminum air yang telah didinginkan. Rasanya begitu sejuk dan menyegarkan. Namun setelah meminumnya, tiba-tiba Ibnu Umar menangis tersedu-sedu. Saat ada yang bertanya mengapa beliau menangis, Ibnu Umar radhiallahu'anhu menjawab, ia ingat sebuah ayat yang termaktub dalam al-Qur'an yang menceritakan betapa orang-orang kafir di neraka sangat menginginkan seteguk air. Namun, mereka tidak mendapatkannya.

Ayat ini tidak lain ayat ke 54 surat as-Saba' yang artinya, "Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka inginkan." Ibnu Umar berkata," Saya tahu ahli neraka tidak menginginkan apa-apa kecuali air. Ini didasarkan atas firman Allah Ta'ala yang artinya, "Limpahkanlah sedikit air atau dari apa yang telah dirizkikan Allah kepada kami." (al 'Araf[7]: 50).

Tangisan Umar bin Abdul Aziz
Apa yang terjadi terhadap Ibnu Umar radhiallahu'anhu juga terjadi kepada Umar bin Abdul Aziz radhiallahu'anhu, khalifah dari kalangan Tabi'in yang zuhud. Diriwayatkan suatu saat beliau melaksanakan shalat malam. Saat membaca firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang maknanya, "Maka Aku peringatkan kalian dengan api yang menyala-nyala," (al Lail[92]: 14), beliau tidak mampu meneruskannya. Beliau menangis tersedu-sedu. Dalam bacaannya, beliau berusaha mengulangi bacaanya hingga 2 atau 3 kali. Tetap saja tikda mampu mengulangnya. Akhirnya, beliau berpindah membaca surat lainnya.

Pernah suatu saat, seorang laki-laki membaca ayat ke 13 surat al Furqan dia hadapan kalifan sekaligus ulama ini. Ayat tersebut bermakna, "Dan apabila mereka ditempatkan di tempat yang sempit di neraka dengan belenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan." Setelah mendengarkan ayat itu, beliau langsung menangis. Suara isakan beliau terdengar cukup keras hingga akhirnya beliau meninggalkan majelis dan masuk ke dalam rumah. Setelah itu mereka yang ada di majelis membubarkan diri.

Di kesempatan lain, ketika Umar bin Abdul Aziz mengimami shalat, beliau melewati ayat ke 24 d ari surat as Shafaat. Ayat tersebut bermakna, "Hentikan mereka (di tempat perhentian), sesungguhnya mereka akan ditanya." Ayat ini menggambarkan bagaimana orang-orang zalim dan kafir ditunjukkan jalan ke neraka dan dimintai pertanggungjawaban. Umar bin Abdul Aziz radhiallahu'anhu menangis tersedu sedan. Beliau tidak sanggup melanjutkan lagi bacaannya.

Kejadian serupa terjadi saat Umar bin Abdul Aziz meminta putranya membacakan surat Qaf. Saat bacaan sampai ayat ke 19 yang maknanya, "Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang dahulu hendak kau hindari." beliau menangis.

Lalu, seperti dikisahkan Ibnu Al Jauzi dalam Manaqih Umar bin Abdul Aziz, beliau meminta sang putra mengulangi kembali bacaannya. Seperti sebelumnya, tatkala sampai pada ayat-ayat kematian, beliau menangis kembali.

Sumber : Majalah Suara Hidayatullah, terbitan Oktober 2009/Syawal 1430 H, hal: 84-85
-----------------
Artikel : My Diary

Baca juga :
- Aqidah Rafidhah tentang imam-imam mereka
- Sisi kesamaan antara Yahudi dan Rafidhah
- Mut'ah dengan putri ulama Syi'ah menyebabkan kekal di Neraka bersama Iblis
- Anak lelaki kulit hitam bermata biru
- Perkenalkan, kami ini Muslim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar