Selasa, 11 Februari 2014

Rasulullah Berpulang Kepada Kekasih yang Mahatinggi


Pada tanggal 29 Shafar tahun 11 H, bertepatan dengan hari senin, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam menghadiri prosesi jenazah di Baqi'. Sepulang dari Baqi' dan selagi dalam perjalanan, tiba-tiba Rasulullah merasakan pusing di kepala dan panas tubuhnya langsung melonjak, hingga orang-orang bisa melihat tanda suhu badan Rasulullah yang panas itu lewat urat-urat nadi di kepala Rasulullah. Rasulullah sakit selama 13 atau 14 hari dan tetap sholat bersama orang-orang selama 11 hari dari masa sakitnya itu.

Pekan Terakhir
Sakit Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam semakin lama bertambah parah, sampai-sampai Rasulullah bertanya kepada istri beliau, "Di mana giliranku besok? Di mana giliranku besok?"

Mereka paham apa yang Rasulullah maksudkan. Maka mereka memberi kebebasan kepada Rasulullah untuk memilih. Akhirnya Rasulullah memutuskan untuk berpindah ke rumah Aisyah. Rasulullah berjalan dengan dipapah Al-Fadhl bin Abbas dan Ali bin Abu Thalib hingga tiba di rumah Aisyah. Rasulullah berada di sana pada pekan terakhir dari kehidupan beliau.

Sementara itu, Aisyah terus-menerus membacakan mu'awwidzat dan do'a-do'a yang dihapalkan dari Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam smbil meniup ke tubuh Rasulullah dan mengusap-usap tangan Rasulullah, mengharapkan barakah.

Lima Hari Sebelum Wafat
Pada hari Rabu, tepatnya lima hari sebelum Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam wafat, suhu badan beliau semakin tinggi, sehingga beliau semakin deman dan menggigil. Rasulullah bersabda, "Guyurkan air dari manapun ke tubuhku, agar dapat menemui orang-orang dan memberikan nasihat kepada mereka." Mereka mendudukkan Rasulullah di atas bejana cucian lalu mengguyurkan air ke tubuh Rasulullah, hingga Rasulullah bersabda, "Cukup, cukup!"

Setelah merasa agak ringan, Rasulullah masuk masjid dengan kepala yang diikat, hingga duduk di atas mimbar, lalu berpidato di hadapan orang-orang yang duduk di hadapan beliau, "Kutukan Allah dijatuhkan kepada orang-orang Yahudi dan Nashrani, karena mereka menjadikan kuburan nabi mereka menjadi masjid." Dan riwayat lain disebutkan, "Allah memerangi orang-orang Yahudi dan Nashrani, karena menjadikan kuburan para nabi mereka menjadi masjid." Lalu Rasulullah melanjutkan, "Janganlah kalian menjadikan kuburanku sebagai berhala yang disembah."

Kemudian Rasulullah menawarkan diri untuk qishash, seraya bersabda, "Barangsiapa punggungnya pernah kupukul, maka inilah punggungku, silahkan membalasnya. Siapa yang merasa kehormatannya pernah kulecehkan maka inilah kehormatanku, silahkan membalasnya." Kemudian Rasulullah turun dari mimbar untuk melaksanakan sholat zhuhur. Selepas sholat Rasulullah kembali lagi ke mimbar dan duduk di atasnya. Rasulullah mengulang lagi sabdanya seperti di atas dan juga menyampaikan yang lain. Pada saat itu ada orang yang berkata, "Sesungguhnya engkau mempunyai tanggungan tiga dirham kepadaku." Maka Rasulullah bersabda, "Berikan kepadanya wahai Fadhl."

Kemudian Rasulullah menyampaikan nasihat berkaitan dengan orang-orang Anshar, "Aku wasiatkan kepada kalian tentang orang-orang Anshar. Mereka adalah familiku dan aibku. Mereka telah melaksanakan kewajiban mereka dan apa yang menyisa adalah milik mereka. Terimalah orang yang baik diantara mereka." Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya manusia akan semakin bertambah banyak sedangkan orang-orang Anshar semakin sedikit, hingga akhirnya mereka seperti garam dalam makanan. Barangsiapa diantara kalian ada yang mengangani suatu urusan yang bisa membahayakan dan bermanfaat bagi seseorang, maka hendaklah dia mau menerima orang yang baik diantara mereka dan memaafkan orang yang buruk diantara mereka."

Rasulullah melanjutkan, "Sesungguhnya ada seorang hamba yang diberi pilihan oleh Allah, antara diberi kewenangan dunia menurut kehendaknya ataukah apa yang ada disisinya. Ternyata hamba itu memilih apa yang ada di sisi-Nya."

Abu Said Al-Khudri menuturkan, "Lalu Abu Bakar menangis, sembari berkata, "Demi ayah dan ibu kami sebagai tebusanmu." Karena kami merasa heran atas ulah Abu Bakar ini, maka orang-orang berkata, "Lihatlah orang tua ini. Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam mengabarkan tentang seorang hamba yang diberi pilihan oleh Allah, antara diberi kemewahan dunia menurut kehendaknya ataukah apa yang ada di sisi-Nya, lalu dia berkata, 'Demi ayah dan ibu kami sebagai tebusanmu.'"

Yang dimaksud hamba disini tidak lain adalah Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam sendiri, sementara orang yang paling mengetahui diantara kami adalah Abu Bakar.

Kemudian Rasulullah melanjutkan, "Sesungguhnya orang yang paling banyak memberikan perlindungan kepadaku dengan pergaulan dan hartanya adalah Abu Bakar. Andaikan aku boleh mengambil seorang kekasih selain Rabb-ku, niscaya aku akan mengambil Abu Bakar sebagai kekasihku. Tetapi ini adalah ukhuwah islamiyah dan kasih sayang. Semua pintu yang menuju masjid harus ditutup kecuali pintunya Abu Bakar." (Muttafaq Alaihi, Shahih Bukhari, 1/22,429,449,2/628)

Empat Hari Sebelum Wafat
Pada hari Kamis, empat hari sebelum wafat, sakit Rasulullah tidak menyusut. Rasulullah bersabda, "Kemarilah kalian. Aku akan menuliskan sebuah tulisan, yang kalian tidak akan tersesat sesudahnya." Saat itu didalam rumah ada beberapa orang, diantara mereka adalah Umar bin Khattab, yang berkata, "Rasulullah terpengaruh oleh sakitnya. Toh disini kalian ada Al-Qur'an. Cukuplah bagi kalian Kitab Allah."

Mereka yang ada didalam rumah pun berselisih dan berdebat. Diantara mereka ada yang berkata, "Mendekatlah kalian agar Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam dapat menulis bagi kalian." Namun diantara mereka ada yang setuju dengan perkataan Umar. Karena itu mereka saling berdebat dan gaduh, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda, "Menyingkirlah dari sini!"

Pada hari itu Rasulullah menyampaikan tiga wasiat.
Pertama, wasiat untuk mengeluarkan orang-orang Yahudi dan Nashrani serta orang-orang musyrik dari Jazirah Arab.
Kedua, wasiat tentang pengiriman para utusan seperti yang pernah Rasulullah lakukan.
Ketiga, rawi hadits ini lupa.
Boleh jadi yang ketiga ini adalah wasiat untuk berpegang teguh kepada Al-Qur'an dan Sunnah, atau perintah untuk melanjutkan pengiriman pasukan Usamah, atau wasiat untuk memperhatikan masalah sholat dan hamba-hamba sahaya yang dimiliki.

Sekalipun sakit Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam cukup parah, tetapi Rasulullah tetap mengimami sholat lima waktu bersama orang-orang hingga hari itu, atau tepatnya hari Kamis, empat hari sebelum Rasulullah wafat. Pada waktu sholat maghrib hari itu, Rasulullah membaca surat Al-Mursalat. Menjelang sholat Isya, sakit Rasulullah semakin bertambah parah, sampai-sampai Rasulullah tidak sanggup lagi pergi ke masjid.

Aisyah menuturkan, Rasulullah bertanya, "Apakah orang-orang sudah sholat?"
Kami menjawab, "Belum, wahai Rasulullah. Mereka sedang menunggu engkau."
Rasulullah bersabda, "Letakkan air di bejana  tempat cucian bagiku."
Kami melaksanakan perintah Rasulullah. Setelah mandi, Rasulullah akan bangkit berdiri, namun tidak sanggup dan pingsan. Setelah siuman, Rasulullah bersabda, "Apakah orang-orang sudah sholat?"

Ketika hendak bangkit untuk kedua kalinya, lagi-lagi Rasulullah pingsan, hingga terulang tiga kali dan tetap tak sanggup. Akhirnya Rasulullah mengirim utusan untuk menemui Abu Bakar, agar dia mengimami orang-orang, tepatnya sebanyak 17 sholat selagi Rasulullah masih hidup.

Tiga atau empat kali Aisyah menyarankan agar Rasulullah shallallahu'aliahi wasallam tidak hanya menunjuk Abu Bakar sebagai imam, supaya orang-orang tidak merasa bosn kepadnya. Tetapi Rasullah menolaknya, seraya bersabda, "Kalian sama dengan saudara-saudara Yusuf. Suruh Abu Bakar agar dia menjadi Imam bagi orang-orang."

Dua Hari atau Sehari Sebelum Wafat
Pada hari Sabtu atau Ahad, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam merasakan badannya agak ringan. Maka dengan dipapah dua orang laki-laki, Rasulullah keluar rumah untuk melaksanakan sholat zhuhur. Sementara pada saat yang sama Abu Bakar sedang mengimami orang-orang. Saat melihat kedatangan Rasulullah, Abu Bakar beranjak untuk mundur ke belakang. Namun Rasulullah memberi isyarat kepada Abu Bakar agar dia tidak usah mundur.

Rasulullah bersabda, "Dudukkan aku disamping Abu Bakar." Maka keduanya mendudukkan Rasulullah disamping Abu Bakar, lalu Abu Bakar sholat mengikuti sholat Rasulullah dan mengeraskan bacaan takbir agar didengar orang-orang.

Sehari Sebelum Wafat
Sehari sebelum wafat atau pada hari Ahad. Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam memerdekakan para pembantu laki-lakinya, menyedekahkan tujuh dinar harta beliau yang masih menyisa dan memberikan senjata milik beliau kepada orang-orang Muslim. Pada malam sebelumnya Aisyah meminjam minyak lampu pembantu perempuannya. Sementara baju besi Rasulullah digadaikan kepada seorang Yahudi seharga 30 sha' gandum.

Hari Terakhir dari Kehidupan Rasulullah
Anas bin Malik meriwayatkan, bahwa tatkala orang-orang Muslim sedang melaksanakan sholat subuh pada hari Senin, sementara Abu Bakar menjadi imam, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam tidak menampakkan diri kepada mereka. Rasulullah hanya menyibak tabir kamar Aisyah dan memandangi mereka yang sedang berbaris dalam shaf-shaf sholat. Kemudian Rasulullah tersenyum. Abu Bakar mundur ke belakan hendak berdiri sejajar dengan shaf, karena ia mengira Rasulullah akan keluar untuk sholat dan menjadi imam. Anas menuturkan, orang-orang Muslim bermaksud hendak menghentikan sholat karena merasa gembira dengan keadaan Rasulullah. Namun Rasulullah memberi isyarat dengan tangan agar mereka menyelesaikan sholat. Kemudian Rasulullah masuk ke bilik dan menurunkan tabir. Setelah itu Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam tidak mendapatkan waktu sholat berikutnya.

Waktu dhuha semakin menanjak, Rasulullah memanggil putrinya, Fathimah. Lalu Rasulullah membisikkan sesuatu kepadanya hingga dia menangis. Kemudian Rasulullah mendoakan Fathimah. Setelah itu Rasulullah membisikkan sesuatu kepadanya hingga dia tersenyum.

Dikemudian hari kami menanyakan kejadian ini kepada Fathimah. Dia menjawab, "Nabi shallallahu'alaihi wasallam membisiki aku bahwa beliau akan meninggal dunia, lalu aku pun menangis. Kemudian beliau membisiki aku lagi, berisi kabar gembira bahwa akulah anggota keluarga beliau yang pertama kali akan menyusul beliau. Maka aku pun tersenyum."
Rasulullah juga mengabarkan kepada Fathimah bahwa dia adalah pemimpin wanita semesta alam.

Fathimah bisa melihat penderitaan yang amat berat pada diri Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam. Maka dia berkata, "Alangkah menderitanya engkau wahai ayah!"
Rasulullah menjawab, "Tidak ada penderitaan atas ayahmu setelah hari ini."
Kemudian Rasulullah memanggil Hasan dan Husain, lalu memeluk keduanya dan memberikan nasihat yang baik-baik. Rasulullah juga memanggil para istri beliau, memberikan nasihat dan peringatan kepada mereka.

Rasa sakit Rasulullah semakin bertambah berat. Ditambah lagi pengaruh racun yang disusupkan dalam daging oleh wanita Yahudi yang beliau makan sewaktu di Khaibar, hingga beliau bersabda, "Wahai Aisyah, aku masih merasakan sakit karena makanan yang sempat kucicipi di Khaibar. Inilah bagiku untuk merasakan bagaimana terputusnya nadiku karena racun tersebut."

Rasulullah juga memberikan nasihat kepada orang-orang, "Sholat, sholat dan budak-budak yang kalian miliki." Beliau menyampaikan wasiat ini hingga beberapa kali, maksudnya perintah untuk memperhatikan dua hal ini.

Detik-Detik Terakhir
Tibalah detik-detik terakhir dari hidup beliau. Aisyah menarik tubuh beliau ke pangkuannya. Tentang hal ini dia pernah berkata, "Sesungguhnya diantara nikmat Allah yang dilimpahkan kepadaku, bahwa Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam meninggal dunia dirumahku, pada hari giliranku, berada dalam rengkuhan dadku, bahwa Allah menyatukan antara ludahku dan ludah beliau saat wafat."

Abdurrahman bin Abu Bakar masuk sambil memegang siwak. Saat itu aku merengkuh tubuh beliau. Kulihat beliau melirik ke siwak ditangan Abdurrahman. Karena aku tahu beliau amat suka kepada siwak, maka aku bertanya, "Apakah aku boleh mengambil siwak itu untuk engkau?"

Beliau mengiyakan dengan isyarat kepala. Maka aku menyerahkannya kepada beliau dan menggosokkannya ke mulut beliau. Rupanya gosokanku terlalu keras bagi beliau. Aku bertanya, "Apakah aku harus memelankannya?"

Beliau mengiyakan dengan isyarat kepala. Maka aku menggosok dengan pelan-pelan sekali. Di dekat tangan beliau saat itu ada bejana berisi air. Beliau mencelupkan kedua tangan ke dalam air lalu mengusapkannya ke wajah, sambil bersabda, "Tiada Ilah selain Allah. Sesungguhnya kematian itu ada sekaratnya."

Seusai bersiwak beliau mengangkat tangan atau jari-jarinya, mengarahkan pandangan ke arah langit-langit rumah dan kedua bibir beliau bergerak-gerak. Aisyah masih sempat mendengar sabda beliau pada saat-saat itu, "Bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka dari para nabi, shiddiqin, syuhada dan shalihin. Ya Allah, ampunilah dosaku dan rahmatilah aku. Pertemukanlah aku dengan Kekash Yang Mahatinggi ya Allah, Kekasih Yang Mahatinggi."

Kalimat yang terakhir ini diulang sampai tiga kali yang disusul dengan tangan beliau yang melemah. Inna Lillahi wa inna ilaihi raji'un. Beliau telah berpulang kepada Kekasih yang Mahatinggi. Hal ini terjadi selagi waktu dhuha sudah terasa panas, pada hari Senin tanggal 12 Rabi'ul Awwal 11 H, dalam usia 63 tahun lebih empat hari.

Para Sahabat Dirundung Kesedihan
Kabar kesedihan langsung menyebar. Seluruh pelosok Madinah seakan berubah menjadi muram. Anas menuturkan, "Aku tidak pernah melihat suatu hari yang lebih baik selain dari hari saat Rasulullah masuk ke tempat kami, dan tidak kulihat hari yang lebih buruk dan lebih muram selian dari saat Rasulullah meninggal dunia."

Setelah Rasulullah meninggal, Fathimah berkata, "Wahai ayah, Rabb telah memenuhi doamu. Wahai ayah, surga firdaus tempat kembalimu. Wahai ayah, kepada Jibril kami mengabarkan wafatmu." (Sirah Nabawiyah, Ibnu Hisyam, 2/655)

Sikap Umar bin Khattab
Setelah mendengar kabar kematian Rasulullah, Umar hanya berdiri mematung. Seperti tidak sadar dia berkata, "Sesungguhnya beberapa orang munafik beranggapan bahwa Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam akan meninggal dunia. Sesungguhnya beliau tidak meninggal dunia, tetapi pergi ke hadapan Rabbnya seperti yang dilakukan Musa bin Imran yang pergi dari kaumnya selama 40 hari, lalu kembali lagi kepada mereka setelah beliau dianggap meninggal dunia. Demi Allah, Rasulullah benar-benar akan kembali. Maka tangan dan kaki orang-orang yang beranggapan bahwa beliau meninggal dunia, hendaknya dipotong."

Sikap Abu Bakar
Dari tempat tinggalnya di dataran tinggi Madinah. Abu Bakar memacu kuda, lalu turun dan masuk masjid tanpa berbicara dengan siapa pun. Dia masuk dan menemui Aisyah lalu mendekati jenazah Rasulullah yang diselubungi kain berwarna hitam. Dia menyibak kain itu lalu menutupnya kembali, memeluk jasad Rasulullah sambil menangis. Kemudian dia berkata, "Demi ayah dan ibuku sebagai tebusanmu. Allah tidak akan menghimpun dua kematian pada diri engkau. Kalau memang kematian ini sudah ditetapkan atas engkau, berarti memang engkau sudah meninggal dunia."

Kemudian Abu Bakar keluar rumah, yang saat itu Umar sedang berbicara dihadapan orang-orang. Dia berkata, "Duduklah wahai Umar!"

Umar tidak mau duduk. Orang-orang beralih ke Abu Bakar dan meninggalkan Umar. Abu Bakar berkata, "Barangsiap diantara kaian ada yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah meninggal dunia. Tetapi barangsiapa diantara kalian menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah itu Mahahidup dan tidak meninggal. Allah berfirman,

ومامحمّد إلاّرسول قد خلتْ من قبله الرّسول أفإيْن مّات أوْقتل انقلبْتمْ على أعْقبكمْ ومنْ ينقلبْ على عقبيه فلن يضرّ الله شيأ وسيجْزى الله الشّكرين

"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikit pun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (Q.S. Ali Imran:144)

Abu Abbas menuturkan, "Demi Allah, seakan-akan mereka tidak tahu bahwa Allah telah menurunkan ayat ini hingga saat Abu Bakar membacakannya. Maka semua orang mempelajari ayat ini. Tak seorangpun diantara mereka yang mendengarnya melainkan membacanya."

Ibnul Musayyab menuturkan, bahwa Umar berkata, "Demi Allah, setelah mendengar Abu Bakar membacakan ayat tersebut, aku pun menjadi linglung, hingga aku tak kuasa mengangkat kedua kakiku, hingga aku terduduk ke tanah saat mendengarnya. Kini aku sudah tahu bahwa Nabi shallallahu'alaihi wasallam sudah meninggal dunia."

Menangani dan Mengubur Jasad Rasulullah
Sebelum mengurus jasad Rasulullah, terjadi silang pendapat tentang pengganti beliau. Terjadi dialog dan debat serta sanggahan dari pihak Muhajirin dan Anshar di Shaqifah Bani Sa'idah. Namun akhirna mereka sepakat untuk mengangkat Abu Bakar sebagai khalifah. Hal ini terjadi hingga masuk waktu malam dari hari Senin. Orang-orang sibuk membuat persiapan untuk mengurus jasad Rasulullah hingga akhir malam mendekati subuh atau malam Selasa. Sementara jasad Rasulullah yang mulia masih tetap membujur diatas tempat tidur dengan diselubungi kain hitam. Pintu rumah ditutup dan hanya boleh dimasuki keluarga beliau.

Pada hari Selasa, para sanak keluarga memandikan jasad Rasulullah tanpa melepaskan kain yang menyelubungi. Adapun yang memandikan adalah Al-Abbas, Ali, Al-Fadhl, Qatsam (keduanya anak Al-Abbas), Syarqan (pembantu Rasulullah), Usamah bin Zaid dan Aus bin Khaili. Al-Abbas, Al-Fadhl dan Qatsam bertugas membalik-balik jasad, Syarqan mengguyurkan air, Ali membersihkannya dan Aus mendekap jasad Rasulullah didadanya.

Kemudian mereka mengkafani jasad Rasulullah dengan tiga lembar kain putih dari bahan katun, tanpa menyertakan pakaian ataupun penutup kepala. Kemudian mereka saling berbeda pendapat dimana Rasulullah akan dikubur. Maka Abu Bakar berkata, "Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda, "Tidaklah seorang Nabi meninggal dunia melainkan dia dikuburkan ditempat dia meninggal dunia.'" Abu Thalhah menyingkirkan tempat tidur dimana Rasulullah meninggal dunia, lalu menggali liang lahat persisi dibawah tempat tidur beliau.

Orang-orang masuk kedalam bilik secara bergiliran, sepuluh orang-sepuluh orang untuk mensholati jenazah Rasulullah, tanpa seorangpun yang menjadi imam. Giliran pertama kali yang mensholati adalah keluarga beliau, kemudian disusul orang-orang Muhajirin, lalu Anshar. Setelah kaum laki-laki, giliran kaum wanita yang mensholati, kemudian disusul anak-anak.

Semua ini dilaksanakan sehari penuh pada hari Selasa, hingga menginjak malam Rabu. Aisyah berkata, "Kami tidak mengetahui penguburan Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam hingga kami mendengar sekop ditengah malam Rabu."

Sumber: Buku Sirah Nabawiyah, karangan: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, penerbit: Pustaka Al-Kautsar Jakarta

Artikel: My Diary 

Baca Juga:
- Boleh Jadi Aku Tidak Akan Bertemu Kalian Lagi
- Siapa Tuhan Syi'ah?
- PERANG UHUD
- Jagalah Lisan (perkataan)
- Keutamaan Sedekah
- Hadits Tentang Wanita
- Hajar Aswad, Permata dari Surga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar