Selasa, 01 April 2014

Asma' binti Abu Bakar radhiallahu'anhuma


Asma' binti Abu Bakar adalah salah satu wanita terbaik pada zaman Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam.

Dari Keluarga yang Mulia dan Terhormat.
Ayahnya adalah manusia terbaik yang pernah lahir di muka bumi ini setelah para nabi dan rasul. Dialah orang pertama dari sepuluh orang yang diberi kabar gembira berupa surga, Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu'anhu.

Suami saudara perempuannya adalah pemimpin manusia sepanjang masa, Muhammad bin Abdulllah radhiallahu'anhu.

Saudara seayahnya adalah Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu'anha.

Kakek dari pihak ayahnya, Abu Quhafah, sempat masuk Islam dan memperoleh kehormatan menjadi sahabat Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam.

Nenek dari pihak ayahnya, Ummu Khair, Salma binti Shakr juga sempat masuk Islam dan memperoleh kehormatan menjadi sahabat Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam.

Sedangkan tiga orang bibinya adalah termasuk dari kalangan sahabiyat, yaitu Ummu Amir, Qaribah dan Ummu Farwah, semuanya putri Abu Quhafah.

Suaminya adalah penolong Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam dan putra paman beliau, salah satu dari sepuluh orang yang diberi kabar gembira akan masuk surga dan orang pertama yang menghunuskan pedang di jalan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, yaitu Zubair bin Awwam radhiallahu'anhu.

Putranya adalah khalifah Abdullah bin Zubair, yang menjadi simbol ibadah dan jihad.

Saudara sekandungnya adalah Abdullah bin Abu Bakar, salah seorang sahabat terkemuka.

Saudara seayah adalah Abdurrahman bin Abu Bakar, saudara kandung Aisyah radhiallahu'anha, seorang pemberani dan ahli memanah yang terkenal.

Karena itulah, ada yang menyebutkan bahwa tidak ada satu keluarga sahabat pun yang empat generasi dalam keluarga itu sempat bertemu Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam dan semua menjadi sahabat beliau, kecuali keluarga Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu'anhu. Asma', ayahnya (Abu Bakar Ash-Shiddiq), kakeknya (Abu Quhafah), dan anaknya ( Abdullah bin Zubair) adalah empat orang sahabat Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam yang berasal dari empat generasi.

Dan tidak ada kata yang dapat melukiskan keutamaan keluarga yang diberkahi itu yang darinya Asma' terlahir dan didalamnya dia tumbuh dan berkembang.

Termasuk Wanita Pertama yang Masuk Islam
Asma' binti Abu Bakar radhiallahu'anha dilahirkan di Makkah, 27 tahun sebelum hijrah. Dia tumbuh di rumah ayahnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu'anhu yang pada dirinya terkumpul segala macam kebaikan. Dialah orang yang paling mulia setelah Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam.

Dialah yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam dalam sabdanya:
"Tidak ada tangan seorang pun yang memberi bantuan kepada kami melainkan telah kami balas dengan balasan yang setimpal, kecuali tangan Abu Bakar, dia memberi bantuan keapda kami (begitu banyak), hanya Allah yang akan membalasnya di Hari Kiamat nanti. Tidak ada harta seorang pun yang memberi manfaat begitu besar seperit yang kami peroleh dari harta Abu Bakar. Kalau saja aku boleh mengambil pendamping setia, aku pasti akan menjadikan Abu Bakar sebagai pendampingku. Ketahuilah, sahabat kalian adalah kekasih Allah." (HR. Tirmidzi (3662) dalam kitab Al-Manaaqib dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam kitab Shahih Sunan At-Tirmidzi (2894))

Asma' radhiallahu'anha tumbuh di rumah ayahnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu'anhu, lalu dia belajar banyak dari sang ayah mengenai kemuliaan akhlaq. Dia tumbuh dalam suasana yang amat mencintai kemuliaan.

Ketika matahari Islam terbit di langit semenanjung Arab, ayahnya adalah orang pertama yang menyatakan keislamannya diantara kaum laki-laki. Dari situ, Asma' pun akhirnya masuk Islam pada saat-saat awal. Dia termasuk kelompok wanita pertama yang masuk Islam. Nomor urutnya di catatan kafilah iman adalah delapan belas. Hanya tujuh belas orang muslim dan muslimah yang mendahuluinya masuk Islam. Dengan demikian, dia termasuk orang-orang yang disebutkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam firman-Nya:

"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama dari golongan muhajirin dan asnhar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar." (QS. At-Taubah: 100)

Menikah dengan Laki-Laki yang Termasuk Sekelompok Orang yang Dijamin Masuk Surga
Allah Subhanahu Wa Ta'ala maha berkendak untuk menikahkan Asma' binti Abu Bakar dengan seorang laki-laki yang termasuk dalam sekelompok orang yang dijamin masuk surga, yaitu Zubair bin Awwam, sang penolong Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam.

Dia adalah orang yang faqir, namun cukuplah baginya bahwa dia orang yang beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Menjadi Istri yang Sholehah
Diriwayatkan dari Asma' binti Abu Bakar, dia berkata; "Ketika aku baru dinikahi oleh Zubair, ia belum memiliki sawah, kebun atau budak. Yang dimilikinya hanya seekor kuda. Aku yang memberi makan kudanya dan mengambil air, aku juga menambal (menjahit) timbanya dan memasak, sementara itu aku belum bisa membuat roti. Maka terpaksa dibuatkan oleh tetangga dari wanita-wanita anshar, mereka adalah wanita-wantia yang jujur. Waktu itu aku sendiri mengetam dan mengambil hasil kebun yang diberi oleh Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam, aku angkat diatas kepalaku. Ketika aku sedang mengangkat hasil kebun itu yang jaraknya dari rumah sekitar dua pertiga farsakh, tiba-tiba lewat Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersama beberapa orang dari sahabat Anshar. Lalu Rasulullah shallallahu'alaih wasallam memanggilku, beliau menghentikan kendaraannya supaya aku bisa membonceng dibelakangnnya. Tetapi aku malu berjalan bersama orang-orang lelaki, aku juga teringat bagaiman cemburunya Zubair, dia memang sangat pencemburu. Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam mengerti bahwa aku saat itu merasa malu, maka beliau pun berlalu. Kemudian kejadian itu aku ceritakan kepada Zubair, 'Aku tadi bertemu dengan Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersama beberapa orang sahabat Anshar. Waktu itu aku sedang memikul hasil kebun di atas kepalaku. Lalu Nabi merendahkan kendaraannya agar aku bisa membonceng di belakangnya. Tetapi aku malu dan ingat cemburumu.' Zubair menjawab, 'Demi Allah, engkau membawa beban di atas kepalamu di muka orang-orang lebih berat bagiku daripada engkau membonceng Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam.' Demikian itu hingga Abu Bakar memberiku pelayan untuk memelihara kuda, maka seolah-olah dia telah memerdekakan aku." (Hayatus Shahabah, 2/691)

Pemilik Dua Ikat Pinggang
Ketika gangguan kaum musyrikin Quraisy terhadap para sahabat Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam semakin menjadi-jadi, Rasulullah pun mengizinkan para sahabatnya untuk hijrah ke Madinah Munawwarah. Merekapun hijrah ke sana dan tinggal di bawah naungan kaum Anshar.

Tak lama kemudian, Allah Subhanahu Wa Ta'la pun mengizinkan Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam untuk ikut hijrah ke Madinah, maka beliau pun berangkat ke sana bersama sahabatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu'anhu. Keluarga Abu Bakar memiliki peran yang luar biasa sepanjang sejarah dalam rangka memberikan pelayanan maksimal untuk kemuliaan Islam dan Rasul pembawa Risalah Islamiyah.

Abdullah bin Abu Bakar radhiallahu'anhu pada siang hari berada di tengah-tengah kaum musyrikin Quraisy untuk mencuri dengar apa yang mereka perbincangkan, kemudian pada malam harinya dia mendatangi Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dan Abu Bakar di gua Tsur untuk memberitahukan apa yang didengarnya. Amir bin Fahirah, bekas budak Abu Bakar adalah penggembala yang menggembalakan kambing penduduk Makkah. Menjelang sore hari, Amir bin Fahirah menggembalakan kambingnya disekitar gua Tsur, maka Rasulullah dan Abu Bakar dapat memerah susu kambing Abu Bakar dan menyembelihnya. Pada pagi harinya, ketika Abdullah bin Abu Bakar hedak pergi meninggalkan mereka berdua menuju Makkah, Amir bin Fahirah mengikuti di belakang untuk menghapus jejak Abdullah dengan jejak kaki kambingnya.

Sedangkan Asma' binti Abu Bakar, dia pun memiliki peran yang luar biasa. Ketika Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam diizinkan untuk hijrah dari Makkah ke Madinah, beliau mendatangi Abu Bakar. Beliau berkata; "Aku telah diizinkan untuk pergi (hijrah)". Abu Bakar berkata; 'Demi Allah, bolehkan aku menemanimu, wahai Rasulullah'. Beliau menjawab; "Ya."

Aisyah radhiallahu'anha berkata: "Kami lalu mempersiapkan bekal keduanya, kami buatkan untuk mereka makanan musafir dan kami letakkan dalam kantong kulit. Asma' binti Abu Bakar lalu merobek sebagaian kain ikat pinggangnya, lalu mengikat kantong kulit itu dengan ujung kain ikat pinggang itu. Karena itulah dia dijuluki Dzatun Nithaq (Si pemilik ikat pinggang)." (HR. Bukhari, 3905)

Diriwayatkan dari Asma' binti Abu Bakar, dia berkata; 'Aku membuat makanan musafir untuk Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam dan ayahku ketika keduanya akan berangkat ke Madinah Munawwarah. Aku berkata kepada ayahku: 'Aku tidak menemukan sesuatu untuk mengikatnya kecuali kain ikat pinggangku.' Abu Bakar berkata; 'Kalau begitu robeklah menjadi dua.' Maka aku pun melakukannya. Akhirnya aku dijuluki Dzatun Nithaqain (Si pemilik dua ikat pinggang).' (HR. Bukhari, 3907)

Zubair bin Bakkar berkata mengenai kisah ini; 'Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam berkata kepadanya; "Semoga Allah mengganti ikat pinggangmu ini dengan dua ikat pinggang di surga." Maka dia dijuluki dengan Dzatun Nithaqain (Si pemilik dua ikat pinggang). (Fathul Bari, 7/287)

Apa yang dilakukan oleh Asma' binti Abu Bakar radhiallahu'anha mungkin belum tentu bisa dilakukan oleh seorang lelaki pemberani sekalipun, mengingat situasi waktu itu sangat berbahaya, gelap gulita dan terbuka kemungkinan terjadinya hal yang terburuk, sehingga membutuhkan keberanian yang luar biasa, keteguhan hati, kekuatan fisik dan kemampuan mengendalikan perasaan.

Begitulah keberanian Asma' yang ketika itu dalam keadaan mengandung putranya Abdullah, Asma' berjalan seorang diri di kegelapan malam sambil membawa makanan, menempuh jalan yang berbahaya dalam jarak cukup jauh, mendaki bukit agar bisa sampai ke gua Tsur (bagi anda yang sudah melaksanakan haji atau umrah, pasti tahu bagaimana terjal dan sulitnya mendaki hingga sampai ke gua Tsur), semua itu berhasil dilaluinya, sementara mata-mata kaum musyrikin Quraisy selalu mengikutinya. Akan tetapi Asma' binti Abu Bakar sangat yakin bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala melindunginya dan pandangan-Nya menjaganya. (Nisa'un Mubasysyiratun bil Jannah, Ahmad Khalil Jum'ah, hal: 256-257)

Balasan memang setimpal dengan perbuatan.

Dikutip dari buku Wanita Pilihan di Zaman Rasulullah, karangan: Syaikh Muhammad Hassan, penerbit: Pustaka as-Sunnah, Jakarta

Artikel: My Diary

Baca Juga:
- Aisyah Kalah oleh Hafsah
- Jadilah Pema'af
- Kisah: Cerdiknya Seorang Pemuda yang Ikhlas
- Kapan Waktu Pelaksanaan Sholat Sunnah Fajar
- Paman, Permen itu Masih Terasa Manis di Mulutku
- Ummul Mukminin, Hindun binti Abu Umayyah radhiallahu'anha
- Berbagai Fitnah dan Terbunuhnya Utsman bin Affan radhiallahu'anhu
- Orang Syi'ah Tarawih Letakkan al Qur'an dikepala
- Waktu-Waktu Do'a Mustajab
- Lima Hal yang Diingat Umar bin Khattab ra Atas Kecerewetan Istri
- Bahagia dan Rasa Puas??

4 komentar:

  1. salam silaturahiem..

    http://aminbenahmed.blogspot.com/

    BalasHapus
  2. Bismillah..
    Sangat bermanfaat,jazakillahu khoir,,
    Blognya keren,ana suka ^_~

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah.
    Jazakillahu khairan.

    BalasHapus