Sabtu, 04 Mei 2013

Ibu Tiri.

Bilapun akhirnya apa yang kuberikan selama ini tidak membuat mereka mencintai dan menyayangiku, tak apa, karena aku akan tetap mendapatkan kebahagiaan yang seharusnya menjadi milikku meski tanpa mereka.

Jodoh, maut dan rejeki semua ada ditangan Allah.

Kata-kata ini sangat tepat sekali dan menghiasi hari-hariku. 
Jodoh, siapapun pasti ingin berjodoh dengan orang yang dicintainya. Berharap cinta yang ada menjadi pemersatu hati dan perbedaan yang ada. Siapapun bila ditanya, "Apakah kau ingin bahagia?" semua pasti menjawab, "Pasti ingin bahagia." Tidak perduli apa yang terjadi, asalkan bisa berdua dengan orang yang dicinta, berbagi suka duka bersama dan merancang masa depan bersama.
Tapi bagaimana dengan orang yang menikah tanpa cinta?.
Berusaha mencari pendamping hidup hanya sebagai kamuflase belaka, tidak dicintai dan tidak dipercayai.

Aku menikah denganmu dengan harapan bisa memiliki keluarga yang bahagia, meski tidak selalu berlimpah harta, yang penting kita bisa bersama, bersatu dalam tujuan membangun mahligai rumah tangga yang bahagia. Aku bahkan tidak keberatan dengan anak dari hasil perkawinanmu terdahulu, karena ku pikir tidak ada salahnya membesarkan anakmu, bagiku anakmu adalah anakku juga. Ini adalah pikiranku yang naif kalau itu. Aku tidak tahu bahwa dikemudian hari ternyata mengasuh anakmu dalam rumah tangga kita menjadi api dalam sekam, menjadi bumerang yang membunuhku.

Aku mencintai dan menyayangi anakmu seperti aku mencintai diriku sendiri, karena aku tidak punya anak, aku tidak bisa membandingkan rasa cintaku kepada anakku dan anakmu. Aku berusaha memenuhi hidup dan hatinya dengan cinta dan kasih sayang sebisa dan semampuku. Apa yang ku makan, ku bagi dengannya. Aku membeli baju baru, anakmupun kubelikan bahkan aku membelikan yang terbaik. Aku memarahinya bila anakmu melakukan kesalahan, bahkan bila kesalahan itu dia lakukan didepanmu aku akan tetap memarahi dan menasehatinya, karena aku tak ingin kau berpikir bahwa aku bersikap lain didepan dan dibelakangmu. Aku melakukan apa yang dilakukan seorang ibu kepada putrinya, mengajarinya memakai pembalut ketika haid pertamanya datang. Melindunginya dari orang-orang yang ingin membawanya kepergaulan yang tidak baik.

Aku melakukan ini semua bukan karena aku ingin dikatakan ibu tiri yang baik, bukan. Aku melakukannya karena aku mencintai dan menyayangi kalian berdua, bila aku mencintaimu maka akupun mencintai siapa saja yang kau cintai, itulah cara berpikirku saat menerima lamaranmu. Selain itu akupun ingin menghilangkan stereotif bahwa semua ibu tiri adalah ibu yang jahat dan kejam. Meski banyak disekitar kita, ibu kandung yang menyiksa anaknya sendiri tapi hal itu masih bisa ditolerir karena yang dia siksa anaknya bukan anak orang lain. Berbeda dengan ibu tiri, meski sebaik apapun si ibu tiri tetap saja julukan ibu tiri jahat sudah melekat di kepala kita.

Aku menyayangi anakmu dengan tulus.
Bahkan bila dia tak ada (berlibur ke rumah kakek-neneknya), akupun merasakan rindu untuknya.
Bahkan bila dia tak ada dirumah (menginap ditempat saudaranya), akupun kehilangan dirinya.
Tapi, semua cinta dan kasih sayang yang kuberikan ternyata tidak cukup baik bagimu dan anakmu. Kau masih bertanya dan berbisik-bisik dengan anakmu dibelakangku tentang apa saja yang telah kulakukan dan yang tidak kulakukan. Bahkan kau menerima pengaduan anakmu tanpa bertanya lagi padaku, menerima semua aduannya dan menganggap apa alasanku melakukan hal itu (memarahinya) tidak penting dan mengada-ada. 

Sakit, hatiku sakit menerima kenyataan bahwa ternyata selama ini kau tidak mempercayaiku. Kau bahkan tidak pernah merembuk denganku mengenai apa saja yang terbaik untuk masa depan dan anak kita (aku masih saja mengatakan bahwa anakmu adalah anakku juga meski aku tahu bagi kalian berdua aku bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, menyedihkan sekali). Ketika kau mengatakan bahwa aku terlalu kejam sebagai ibu (berdasarkan aduan anakmu), sakit hati, kecewa, benci dan marah menjadi hal pertama yang kurasakan.
Jadi selama ini apa artinya semua hal yang telah kulakukan untuk kalian berdua?!?.

Aku kejam?.
Lalu bagaimana dengan pembantu yang telah menyiksa anakmu sebelum kita menikah?.
Kalian bisa menerima semua tindakan kekerasan yang pembantumu lakukan dengan alasan pembantumu waktu itu masih muda.
Lalu aku?
Tanganku bahkan tidak pernah melakukan pukulan atau cubitan ke kulit anakmu.
Kakiku bahkan tidak penah sampai ke tubuh anakmu.
Apa karena aku memarahinya (itupun karena dia berbuat salah) lalu aku dikatakan kejam?

Ku kira selama ini kau mencintai dan mempercayaiku, ternyata tidak.
Bila kau mencintai dan mempercayaiku, kau akan bertanya mengapa aku memarahi anakmu.
Bila kau dan anakmu menyayangiku, kalian tidak akan membicarakan ku di belakangku.
Bila kau dan anakmu menyayangiku, kalian seharusnya bisa menerima kekuranganku dan mengatakan dengan terus terang cara mendidik anak seperti apa yang kalian inginkan dariku.

Benar kata temanku, "Bila seorang ibu kandung menyiksa anaknya, semua orang akan diam dan tidak ambil pusing, karena yang dia siksa adalah anaknya bukan anak orang lain. Sementara anak orang lain, kita (ibu tiri) perlakukan sebaik apapun tetap saja apa yang kita lakukan tidak akan bisa memuaskan hati mereka."
Mungkin apa yang ku alami ini hanya dirasakan sebagian kecil dari banyak ibu tiri yang ada.
Aku tidak menyesali apa yang telah menjadi takdirku, karena aku berperan sebagai ibu sebaik dan semampu yang aku bisa.

Bilapun akhirnya apa yang kulakukan tetap tidak bisa memuaskan keinginan mereka, tak apa bila mereka ingin jauh dan menghindariku.
Bilapun akhirnya apa yang kuperbuat selama ini tidak memiliki tempat dihati mereka, tak apa, karena aku bukan manusia sempurna.
Bilapun akhirnya apa yang kuberikan selama ini tidak membuat mereka mencintai dan menyayangiku, tak apa, karena aku akan tetap mendapatkan kebahagiaan yang seharusnya menjadi milikku meski tanpa mereka.
--------------
Artikel :  My Diary

Tidak ada komentar:

Posting Komentar