Senin, 16 Desember 2013

Perubahan Kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah



Ka'bah dijadikan sebagai kiblat umat muslim ketika melakukan shalat. Kiblat adalah arah yang dihadapkan oleh muslim ketika melaksanakan ibadah atau shalat, yakni menuju Ka'bah di Makkah. Secara Etimologi, kata kiblat berasal dari bahasa Arab قبلة yang salah satu bentuk masdar dari kata kerjaقبل يقبل  yang berarti menghadap. Sedangkan secara Teriminologi, kata kiblat  sebagai bangunan Ka'bah atau arah yang dituju kaum muslimin dalam melaksanakan sebagian ibadah. 

Ka'bah menurut bahasa adalah bait Al-Haram di Makkah, Al-Ghurfatu (kamar), kullu baitin murabba'in (setiap bangunan yang berbentuk persegi empat). Ka'bah disebut juga dengan Baitullah, Baitul Haram, Baitul Atiq atau rumah tua yang dibangun kembali oleh Nabi Ibrahin alaihissalam dan puteranya Ismail alaihissalam atas perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Hal ini sebenarnya merupakan sejarah yang paling tua di dunia. Bahkan jauh sebelum manusia diciptakan di bumi, Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah mengutus para malaikat turun ke bumi dan membangun rumah pertama tempat ibadah manusia. Ini sudah dituturkan dalam Al Qur'an;

"Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia." (Q.S Ali Imran:96)[1]

Berubahnya Arah Kiblat ke Makkah
Al-Bara' bin Azib r.a; dia berkata, "Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam mengerjakan shalat menghadap ke Baitul Maqdis selama 16 tahun 17 bulan. Selama ini, Nabi ingin agar kiblat diarahkan ke Ka'bah. Maka, Allah menurunkan Ayat, "Sesungguhnya Kami telah melihat berbalik-baliknya wajahmu melihat ke langit, maka pasti Kami akan menghadapkanmu ke arah kiblat yang engkau suka. Maka, sejak hari ini hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram (Ka'bah) dan di mana saja kamu berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arahnya." (Q.S Al Baqarah:144)

"Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam langsung menghadap ke Ka'bah. Orang-orang yang bodoh bertanya, 'mereka adalah orang-orang Yahudi', 'Mengapa kaum Muslimin berpaling dari kiblat yang dulu mereka menghadap ke arahnya? Jawablah, Timur dan Barat itu milik Allah. Allah sendiri yang memberi hidayah kepada siapa yang dikehendaki kepada jalan yang lurus.'

"Ada orang yang mengerjakan shalat bersama Nabi Shallallahu'alahi Wasallam. Usai shalat, dia pergi dan melewati kamu Anshar yang sedang mengerjakan shalat Ashar menghadap ke Baitul Maqdis. Dia berkata dan bersaksi bahwa dia telah mengerjakan shalat bersama Nabi shallallahu'alaihi wasallam menghadap Ka'bah. Maka, orang-orang yang sedang sholat itu pun berputar sampai akhirnya mereka menghadap ke Ka'bah."
(HR. Al-Bukhari)

Hadits dari Al-Bara': dia berkata, "Kami telah mengerjakan shalat bersama Nabi Shallallau'alaihi Wasallam selama 16 tahun 17 bulan menghadap Baitul Maqdis, lalu dipindah ke arah Ka'bah."
(HR. Al-Bukhari)

Abdullah bin Umar: ia berkata, "Ketika orang-orang sedang mengerjakan Shalat Subuh di Masjidil Quba, seseorang datang dan berseru, "Sesungguhnya ayat Al-Qur'an telah turun kepada Rasulullah Shallallahu'alahi Wasallam tadi malam. Beliau diperintah untuk shalat dengan menghadap ke Ka'bah. Karena itu, hendaklah kalian menghadap ke Ka'bah. "Pada saat itu mereka menghadap ke Syam, lalu mereka langsung berputar dan menghadap ke Ka'bah."
(HR Al-Bukhari)[2]

Artikulasi ditetapkannya Ka'bah sebagai arah kiblat, bukan dimaksudkan sebagai bentuk penyucian (pentaqlidan) dan pensakralan suatu arah tertentu, akan tetapi eksistentinya dalam pelaksanaan ritual ibadah hanya dimaksudkan sebagai metode ketaatan terhadap perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala, sebagaimana firman-Nya bahwa:

"Orang-orang yang kurang akalnya diantara menusia akan berkata apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya", katakanlah kepunyaan Allah timur dan barat, dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus."
(QS. Al-Baqarah:142)

Ayat ini menepis anggapan orang-orang yang kurang pikirannya sehingga tidak dapat memahami maksud pemindahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah. Kita ketahui bahwa ketika Rasulullah berada di Makkah ditengah-tengah kaum musyrikin beliau berkiblat ke Baitul Maqdis. Tetapi setelah 16 tahun 17 bulan Nabi shallallahu'alaihi wasallam di tengah-tengah orang Yahudi dan Nasrani, beliau diperintahkan oleh Allah untuk mengambil Ka'bah menjadi kiblat, terutama sekali untuk memberi pengertian bahwa ibadat dalam shalat arah Baitul Maqdis dan Ka'bah bukan menjadi tujuan,  tetapi Allah menjadikan Ka'bah sebagai kiblat untuk mempersatukan umat Islam.[3]
________________
footnote:
[1] Bukut 13 Misteri di Kota Mekkah, karangan: Dedi, Penerbit: Titik Media, hal: 24-25
[2] Buku Al-Lu'lu wal Marjan, karangan: Muhammad Fuad Abdul Baqi, Penerbit: Pustaka Al-Kautsar Jakarta, hal: 157-157
[3] Buku 13 Misteri di Kota Mekkah, karangan: Dedi, Penerbit: Titik Media, hal: 30-31
---------------------------------------
Artikel : My Diary

Baca Juga :
- Jadilah Pakaian Kehormatan Bagiku
- Bakti Abu Hurairah Kepada Ibunya
- Ummul Mukminin Saudah binti Zam'ah radhiallahu'anha
- Dengan Hati
- Bahagia dan Rasa Puas???
- Waktu-Waktu Do'a Mustajab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar