Minggu, 09 Februari 2014

Aqidah Syi'ah Tentang Taqiyyah

Taqiyyah didefinisikan oleh salah seorang tokoh kontemporer Syi'ah dengan: "Suatu ucapan atau perbuatan yang Anda lakukan tidak sesuai dengan keyakinan, untuk menghindari bahaya yang mengancam jiwa, harta atau menjaga kehormatan Anda."[1]

Bahkan orang-orang Syi'ah beranggapan bahwa Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam pernah melakukannya, yaitu ketika tokoh kaum munafikin Abdullah bin Ubay bin Salul meninggal dunia, dimana beliau datang untuk menshalatinya, maka Umar radhiallahu'anhu berkata kepada beliau, "Bukankah Allah telah melarangmu untuk melakukan hal itu," maka Rasulullah menjawab, "Celakalah engkau, tahukah engkau apa yang aku baca? Sesungguhnya aku mengucapkan, "Ya Allah, isi lah mulutnya dengan api dan penuhilah kuburannya dengan api dan masukkan dia kedalam api." [2]

Lihatlah wahai saudaraku Muslim, bagaimana mereka menisbatkan kedustaan kepada Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam? Apakah masuk akal, jika sahabat Rasulullah memandangnya dengan penuh kasihan sementara Rasulullah melaknatnya.

Al-Kulaini menukilkan dalam bukunya Ushulul Kaafi bahwa Abu Abdillah berkata, "Hai Abu Umar, sesungguhnya sembilan puluh persen dari agama ini adalah taqiyyah, tidak ada agama bagi orang yang tidak bertaqiyyah. Dan taqiyyah boleh dilakukan dalam segala hal, kecuali dalam urusan nabidz (perasan anggur sebelum menjadi khamr) dan (tidak bolehnya) mengusap dua khuf (sepatu bot)."

Dinukilkan juga oleh Al-Kulaini dari Abu Abdillah, "Jagalah agama kalian, tutupi dengan taqiyyah, tidak dianggap beriman seseorang yang tidak bertaqiyyah."[3]

Bahkan mereka membolehkan bersumpah dengan selain Allah, dengan alasan untuk taqiyyah ini, wal 'iyaadzu billah. Al-Hurr al-'Amili dalam bukunya Wasa'ilis Syi'ah meriwayatkan dari Ibnu Bukair dan Zurarah dari Abu Ja'far, "Aku (Zurarah) bertanya kepadanya (Abu Ja'afar): "Sesungguhnya bila kita melewati mereka, maka mereka akan memaksa kita untuk bersumpah berkaitan dengan harta kita, padahal kita sudah menunaikan zakatnya." Maka dia menjawab, "Wahai Zurarah, jika kamu takut maka bersumpahlah sesuai dengan yang mereka inginkan." Aku bertanya lagi: "Aku menjadi penebus untukmu, boleh bersumpah demi talak dan demi memerdekakan budak?" Dia menjawab: "Ya, demi apapun yang mereka inginkan."

Dan diriwayatkan dari Sama'ah, dari Abu Abdillah berkata: "Bila seseorang bersumpah karena taqiyyah, maka ini tidak mengapa bila dia dipaksa dan harus melakukannya." [4]

Rafidhah/Syi'ah mengatakan bahwa taqiyyah adalah merupakan kewajiban. Ajaran Syi'ah tidak akan tegak tanpa taqiyyah. Mereka menyampaikan dasar-dasar taqiyyah dengan terang-terangan dan sembunyi-sembunyi. Mereka bermuamalah dengan taqiyyah ini khususnya ketika mereka dalam kondisi yang membahayakan. Karena itu, waspadailah wahai umat Islam dari bahaya Rafidhah ini.

Sumber: Buku Inilah Kesesatan Aqidah Syi'ah, karangan: Syaik Abdullah bin Muhammad As-Salafi
________
footnote:
[1] Muhammad Jawad Mughniyah, asy-Syi'ah fi Mizan, 47
[2] Furu'ul Kaafi Kitabul Janaaiz, hal.188
[3] Ushulul Kaafi, hal. 482-483
[4] Al-Hurr al-'Amiliy, Wasaailus Syi'ah, 16/136,137

Artikel: My Diary

Baca Juga:
- Apa yang Terjadi Pada Diri Rasulullah?
- Untuk Suami yang Ingin Ta'addud
- Rahasia Membangun Piramida Fir'aun
- Kisah Nyata: Wanita Syi'ah Makassar Ajak Mut'ah Seorang Ikwan
- Aku Ingin Terkena Lemparan Panah
- Awas, Istri Anda Dilarikan Syi'ah!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar