Selasa, 18 Juni 2013

Azdah al-Khaldah, Kibaran Jilbabnya Menggetarkan Musuh.


Seorang muslimah terbukti mampu membantu perjuangan Islam, tidak hanya dulu,tapi juga sekarang.

Azdah al-Khaldah dalam sejarah Islam dicatat sebagai seorang Muslimah yang punya jasa besar dalam membantu pasukan Islam mengalahkan musuh. Dengan kepintaran dan kecerdikannya, Azdah berhasil membuat pasukan musuh gentar dan lari. Peristiwa itu terjadi pada tahun 633 Masehi, saat panglima Khalid bin Walid memimpin pasukan Islam yang akan menaklukkan Iraq.

Dalam setiap peperangan yang membutuhkan waktu lama, biasanya para pasukan Islam membawa serta istrinya. Selain membantu memasak dan mengobati pasukan yang terluka, para istri tersebut juga bertugas memberi semangat suami masing-masing. Namun apa yang dilakukan Azdah lebih dari itu. Selain mengemband tugas tersebut, ia juga memimpin para istri pasukan Islam maju ke medan pertempuran.

Ketika itu kaum Muslimin baru saja mengalahkan pasukan Persia di perang Kazima. Tidak lama setelah itu, Khalid bin Walid memerintahkan pasukannya bergerak lebih jauh ke pedalaman Iraq. Panglima Khalid bin Walid menunjuk Maaqal bin Muaqarrin sebagi komandan pasukan yang bertugas menaklukkan kota Ubala. Namun, sebelum pasukan berangkat, seorang tentara melaporkan bahwa pasukan Persia telah menunggu di kota Mazar, wilayah Maisan. Wilayah tersebut merupakan lembah yang dikelilingi beberapa kota kecil yang terletak antara Basra dengan Wasit. Letaknya berada di Iraq Selatan, yang dipimpin oleh seorang gubernur dari Persia. Masyarakatnya menganut agama Parsi dan sangat setia pada Raja Persia.

Jumlah pasukan Persia yang berada di wilayah itu, menurut laporan tersebut, sangat besar. Mereka memang sengaja menunggu kedatangan pasukan Islam untuk membalas dendam atas kekalahannya dalam perang Kazima. Oleh karena itu, mereka benar-benar siap berperang dengan menyiapkan pasukan yang besradan peralatan perang secara lengkap. "Mereka mau membalas dendam atas kekalahan mereka di Kazima," kata Maaqal.

"Allahu Akbar!! serang musnahkan tentara musuh", perintah Khalid bin Walid.

Akhirnya, pasukan Islam berangkat ke kota Mazar. Perang tersebut dikenal sebagai perang Maisan atau perang Mazar.

Sampai di daerah tersebut pasukan Islam langsung dihadang tentara Persial Ketika terjadi pertempuran antar komandan, pasukan Islam berhasil membunuh tiga komandan Persia. Namun, hal itu tidak membuat pasukan Persia mengakui kekalahannya. Ini karena mereka merasa jumlahnya lebih besar, sehingga mereka tetap menyerang tentara Islam dengan mudah. Akhirnya, terjadilah pertempuran yang sengit dan tidak seimbang. Meski jumlahnya lebih sedikit dan minim persenjataan, kaum Muslimin sama sekali tak gentar dan tetap semangat. Akan tetapi, hal itu tidak bertahan lama, karena pasukan Persia berhasil mendesak mereka.

Pada saat yang sama, Azdah yang berada di perkemahan pasukan Islam memperhatikan pertempuran tersebut. Dia melihat jumlah pasukan Persia yang besar sedang membabi buta menyerang pasukan Islam yang jauh lebih sedikit. Azdah melihat para tentara Islam berjuang mati-matian mempertahankan diri. Melihat hal itu, timbul perasaan khawatir dalam diri Azdah. "Saya khawatir dan takut jika ada pasukan Persia yang berhasil menjebol pertahanan Islam, lalu menyerang perkemahan para istri pasukan Islam," kata Azdah.

Dalam kondisi seperti itu, Azdah berpikir bahwa tidak ada yang bisa melindungi mereka dari serangan musuh. Semua pasukan Islam berlaga di medan peperangan menghadapi musuh yang jumlahnya jauh lebih besar. Tidak ada satu pun dari mereka yang menjaga perkemahan par wanita, karena petuga penjaga juga ikut berperang membantu pasukan tempur. Hal itulah yang membuat Azdah khawatir. Sejurus kemudian, ia memutar otak mengatur strategi bagaimana membuat musuh takut. Akhirnya, ia berpidato di hadapan kaum Muslimah yang ada di perkemahan.

"Wahai Muslimah! Kaum lelaki kita sedang bertempur mati-matian dengan musuh. Sementara kita adalah kaum yang lemah. Kita tidak akan selamat jika tentara musuh menyerang kita, sebab tak ada orang yang melindungi kita, saya juga khawatir jika tentara musuh yang jumlahnya besar dapat mengalahkan tentara Islam. Jika kita keluar sekarang ke medan pertempuran kita akan selamat dari apa yang kita takutkan. Pihak musuh akan menyangka kita sebagai tentara bantuan untuk pasukan Islam yang sedan berperang dan pihak musuh akan melarikan diri karena takut," kata Azdah berapi-api.

"Kami setuju!" jawab semua wanita yang ternyata juga siap turun ke medan pertempuran. Azdah menyusun strategi bagaimana menakut-nakuti tentara Persia.

"Buat bendera dari kain jilbab kalian," kata Azdah yang mulai membuat bendera yang diikuti oleh wanita-wanita lain. Mereka merobek sebagian jilbabnya dan mengikatnya pada tongkat-tongkat untuk dijadikan panji-panji perang. Kemudian mereka keluar dari perkemahan sambil mengibarkan bendera di tangan menuju gelanggang pertemuran. Azdah yang memimpin mereka meneriakkan kata-kata kemenangan atas pasukan Islam.

Musuh Ketakutan.

Saat melihat banyaknya kibaran bendera yang datang, pasukan Persia gersentak dan mengira datang bala bantuan yang begitu banyak untuk kaum Muslimin.

"Bala bantuan pasukan Islam datang. Kita dalam bahaya sekarang!" teriak salah seorang panglima tentar Persia saat melihat pasukan Azdah yang dikira tentara yang baru tiba untuk membantu pasukan Islam. Para tentara Persia semangat tempurnya mulai kendor. Mereka berpikir tidak mungkin bisa menghadapi jumlah pasukan yang lebih besra dari mereka. Lalu, di antara mereka ada yang membuang pedang dan tombaknya kemudian lari ke sungai Tigris menyelamatkan diri. Mereka tidak mau mati atau menjadi tawanan pihak Islam.

"Lari ke sungai dan selamatkan nyawa kalian. Kita tak mungkin menang dalam peperangan ini," kata para panglima pasukan Persia yang mulai menarik diri dari medan pertempuran. Tindakan par panglima ini membuat semangat pasukannya bertambah kendor. Mereka mulai ketakutan dan ikut mundur untuk menyelamatkan diri.

Peluang emas itu digunakan sebaik-baiknya oleh pasukan Islam. Mereka mengejar pasukan Persia yang melarikan diri ke sungai Tigris. Mereka ada yang melawan terpaksa dibunuh dan yang menyerah menjadi tawanan kaum Muslimin. Akhirnya, pasukan Islam berhasil mengalahkan pasukan Persia untuk kedua kalinya berkat strategi seorang Muslimah bernama Azdah binti Harits.

Sumber: majalah Suara Hidayatullah| Oktober 2009/syawal.
--------------------
Artikel : My Diary

Baca juga :
- Mujahidah di medan laga  
- Sungai di bawah laut
- Kisah Ratu Mesir.
- Waktu-waktu do'a mustajab.
- Istri yang 'sangat' dicintai suaminya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar