Minggu, 23 Juni 2013

Mujahidah Di Medan Laga.

Ummu Sulaim lalu mengambil pedang diikuti oleh beberapa permpuan lainnya. Sementara Asma binti Yazid, dalam perang itu berhasil membunuh pasukan Romawi berjumlah sembilan orang dengan menggunakan tiang tenda miliknya.
Berperang di garda depan bukan monopoli kaum lelaki saja. Di zaman Rasulullah, perempuan-perempuan pun turut mempertaruhkan nyawa di medan perang.

Di masa kehidupan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam banyak kaum hawa yang ikut berperang bersama pasukan Muslimin. Tak sekedar sebagai tim medis atau pembawa bahan logistik saja, di antara mereka bahkan tampil di garda terdepan untuk menghadapi gempuran pihak musuh.

Mereka adalah perempuan-perempuan tangguh, cerdas dan pemberani. Siapa saja mereka? Berikut di antaranya:

1. Ummu Sulaim binti Malhan.
Ibunda dari Anas bin Malik ini merupakan generasi awal yang masuk Islam dari kalangan Anshar. Ia memiliki nama lengkap Ummu Sulaim binti Malhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundub bin Amir bin Ghanam bin Adi bin an-Najjar.

Setelah ber-Islam, ia berusaha mengajak suaminya, Malik bin Dhamdham untuk memeluk Islam. Namun malik malah memarahinya dengan keras, kemudian pergi ke Syam meninggalkan dirinya begitu saja. Di tengah perjalanan ke Syam, Malik dibunuh oleh musuhnya. Mendengar kabar itu, Ummu Sulaim tak sedikit pun merasa bersedih. Ia merawat anaknya sorang diri. Saat usia Anas genap delapan tahun, Ummu Sulaim dipinang oleh Zaid bin Sahal atau yang lebih dikenal dengan Abu Thalhah. Sebagai maharnya, Zaid diminta untuk masuk Islam.

Semasa hidupnya, Ummu Sulaim beberapa kali mengikuti peperangan bersama pasukan Muslimin. Tercatat ia pernah ikut serta di perang Uhud, Khaibar dan Hunain. Saat berkecamuk perang Uhud, Ummu Sulaim bersama 'Aisyah binti Abu Bakar bertugas membawa gerabah air untuk minum para tentara Islam. Selain itu, ia juga bertugas mengobati para mujahid yang terluka. Di medan perang Hunain, meski dalam kondisi berbadan dua, Ummu Sulaim ikut berperang. Kali ini ia tidak lagi bertugas sebagai pembawa gerabah air atau tim medis, tapi ia secara langsung bentrok fisik dengan pasukan kuffar.

2. 'Aisyah binti Abu Bakar.
Istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ini merupakan perempuan cerdas yang banyak mengahafal hadits. Wanita yang meriwayatkan seperempat hukum-hukum Islam ini menjadi rujukan bagi para sahabat untuk memecahkan sebuah permasalahan. 'Aisyah seringkali mengikuti peperangan bersama Rasulullah. Di arena Uhud, 'Aisyah bersama perempuan-perempuan lainnya bertugas membawa air dan memberi minum pasukan Muslimin yang terluka serta mengobatinya.

Saat terjadi perang antara pasukan Muslimin dengan Bani Musthaliq, 'Aisyah menyertai Rasulullah ikut berperang. Selesai berperang yang dimenangkan oleh pasukan Muslimin, maka terjadilah peristiwa yang melatar belakangi turunnya surat an-Nuur ayat 11-18 yang berisi tentang pentingnya mengkomfirmasi berita bohong. Saat itu, selesai melakukan pertempuran dengan Bani Musthaliq, Rasulullah beserta rombongan meneruskan perjalanan menuju Madinah. 'Aisyah merasa kalungnya terjatuh. Tanpa memberitahu kepada Rasulullah, 'Aisya turun dari tandu untuk mencari kalungnya. Saat sibuk mencari, ia pun tertinggal oleh rombongan.

Di tengah kesendirian, 'Aisyah bertemu dengan Shafwan bin al-Mu'athal, seorang tentara Rasulullah yang bertugas menyisir kalau-kalau menemukan sesuatu yang jatuh. 'Aisyah pun diantar Shafwan dengan menggunakan unta menyusul pauskan Muslimin. 'Abdullah bin Ubay, dedengkot orang munafik memanfaatkan ini untuk menyebar berita bohong. Dikatakannya bahwa tidak mungkin tidak terjadi apa-apa antara Shafwan dan 'Aisyah. Berita bohong ini terus bergulir bak bola salju yang kian membesar. Rasulullah pun sempat mengacuhkan 'Aisyah akibat termakan berita bohong tersebut.

3. Nusaibah binti Ka'ab.
Nusaibah adalah satu dari dua perempuan Anshar yang ikut pada peristiwa Baiat Aqabah. Ia selalu ikut dalam setiap peperangan sebagai tim medis. Namun, tak jarang perempuan pemberani ini ikut merangsek maju ke depan membantu pasukan Muslimin dalam menghadapi musuh.

Episode keberanian Nusaibah terekam saat menjadi perisai Rasulullah di perang Uhud. Ketika itu, di tengah kesibukannya mengobati yang terluka, ia menyaksikan Rasulullah tanpa ada yang melindungi terdesak oleh serangan beberapa tentara musyrikin. Dengan sigap Nusaibah mengambil pedang seorang laki-laki dari pasukan Muslimin. Ia berputar lincah sembari mengayunkan pedangnya hingga tentara musyrik tersebut lari menjauhi Rasulullah.

Pada masa KHalifah Abu Bakar ash-Shiddiq, Nusaibah ikut dalam perang Yamamah melawan pasukan murtad. Di perang tu, ia menggunakan pedang dan panah untuk menyerang musuh. Saat itu, Nusaibah terluka 12 tusukan dan tangannya terputus. Peristiwa tersebut tak sedikit pun mengendurkan perlawanannya terhadap musuh, bahkan semangatnya terus membara hingga dikabarkan bahwa Musailamah, pemimpin pasukan murtad, tewas terbunuh.

4. Ummu 'Athiyyah al-Anshariyyah.
Ummu 'Athiyyah merupakan salah seorang sahabat perempuan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang ikut dalam penaklukan Kota Mekkah. Ummu 'Athiyyah memiliki pekerjaan memandikan orang-orang yang wafat di Madinah. Ia pernah memandikan jenazah Zainab, putri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Menurut pengakuannya, Ummu 'Athiyyah telah tujuh kali ikut peperangan bersama Rasulullah, di antaranya perang Uhud dan Khaibar. "Saya berperang bersama Rasulullah tujuh kali. Saya menyiapkan makanan untuk mereka, melayani (kebutuhan) perjalanan mereka, mengobati mereka yang terluka dan merawat mereka yang sakit." akunya. Ummu 'Athiyyah termasuk ahli Hadits. Ia banyak meriwayatkan banyak Hadits, terutama tentang pernyucian bejana-bejana milik Rasulullah.

5. Asma binti Yazid.
Ia memiliki nama lengkap Asma binti Yazid bin as-Sakan bin Rafi' bin Umru'ul Qais bin Yazid bin 'Abdul al-Asyhal. Asma binti Yazid lebih popular dipanggil dengan nama Ummu Amir al-Asyhaliyyah.

Asma pernah menggugat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang perbedaan-perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam berkhidmat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Ia menanyakan, kenapa kaum perempuan tidak boleh shalat Jum'at di masjid, tidak boleh ber-takziyah kepada orang yang meninggal dan tidak wajib berperang di jalan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, padahal Rasulullah itu diutus untuk perempuan dan laki-laki. Lalu oleh Rasulullah dijawab dengan perkataan, "Pergilah hai Ummu Amir dan beritahukan kepada kaum perempuan yang dai belakang kamu. Sesungguhnya layanan baik kalian terhadap suami, usaha kalian untuk mendapatkan ridha suami dan kepatuhan pada suami, itu sama dengan kelebihan yang didapat oleh kaum laki-laki seperti apa yang telah engkau sebutkan."

Saat pecah perang Yarmuk, Asma binti Yazid ikut serta berperang bersama pasukan Muslimin. Dalam perang itu, Khalid bin Walid berkata kepada Ikrimah bin Abu Jahal, Zuhair bin Awwam, Al-Harits bin Hisyam dan Suhail bin 'Amr, "Berikanlah pedang-pedang itu kepada perempuan-perempuan Muslim. Perintahkan agar mereka berada di garis belakan pasukan dari berbagai sudur. Dan tugaskan mereka untuk membunuh siapa saja yang melarikan diri." Ummu Sulaim lalu mengambil pedang diikuti oleh beberapa permpuan lainnya. Sementara Asma binti Yazid, dalam perang itu berhasil membunuh pasukan Romawi berjumlah sembilan orang dengan menggunakan tiang tenda miliknya..

Sumber : Majalah Suara Hidayatullah/Edisi 12/April 2009
---------------
Artikel : My Diary

Baca juga :
- Do'a.
- Berbakti dan mengharap ridho suami berbalas pahala.  
- Hati.
- Ya Habiby.. 
- Untukmu wahai terkasih. 
- Kenangan Umrah di Madinah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar