Begitu murah, rendah dan hinanya kedudukan wanita syi'ah disebabkan keyakinan mereka terhadap mut'ah. Para wanita yi'ah yang tampak Islami dengan jilbab dan cadar mereka, menghinakan diri mereka sendiri dengan menawarkan dirinya kepada pria untuk di mut'ah/zina. Kalau sudah seperti ini apa bedanya mut'ah dengan pelacuran?
Menyamarkan penyaluran syahwat dengan kedok agama sungguh perbuatan yang menjijikkan. Apakah para pengikut agama syi'ah tidak berpikir bahwa ini adalah cara-cara syetan untuk menjerat dan membinasakan manusia dari rahmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala?
Pergunakan akal yang telah Allah Subhanahu Wa Ta'ala berikan kepada kita, jangan sampai jatuh ke lembah dosa dan kenistaan hanya karena memperturutkan hawa nafsu. Semoga kisah ini menjadi pembelajaran dan peringantan bagi kita semua.
------------------------
Suatu siang pada bulan agustus 2010, seorang ikhwan –sebut saja namanya Haidar- masuk ke dalam warung internet (warnet) yang terletak tidak jauh dari Kampus UNISMUH (Universitas Muhammadiyah) Makassar untuk melakukan browsing, buka facebook, googling, dsb.
Setelah laman facebook miliknya terbuka, mahasiswa semester 3 Ma’had
al-Birr UNISMUH Makassar itu tak menyangka mendapatkan permintaan pertemanan
dari seorang akhwat yang bernama Marlina (nama samaran). Dikatakan akhwat
karena tampilan foto profilnya mengenakan cadar.
Setelah permintaan pertemanannya diterima, Marlina segera memulai chatting
dengan Haidar.
“Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumussalam”
“Kuliah dimana?, antum (kamu) kuliah di Ma’had al-Birr?”
“Anti (anda) tahu dari mana?”
“Ini saya lagi lihat profil kamu.”
“Tahu profil saya dari mana?”
“Saya lihat sendiri kok”
“Kamu lihat dimana?”
“Saya di samping kamu”
“Samping mana?”
Tanpa menjawab pertanyaan terakhir dari Haidar. Akhwat itu langsung keluar
dari biliknya menuju bilik Haidar yang ada di sampingnya. Percakapan di dunia
nyata pun dimulai.
Haidar kaget luar biasa. Gemetar. Keringat dingin pun bercucuran.
Dan tak disangka pula, akhwat Syiah itu lansung to the point.
“Antum (anda) mau kawin mut’ah?”
“Kenapa mau kawin mut’ah? Kenapa harus ana (saya) juga?”
“Ana barusan ini mau kawin mut’ah, dan ana maunya antum yang pertama kawin
mut’ah dengan ana.”
Pada Saat yang menegangkan itu, Marlina langsung membuka cadarnya di
hadapan Haidar. Haidar pun kaget bukan kepalang. “Cantiknya bukan main, Masya
Allah. Bibirnya seksi. Badannya molek. Dan parfumnya sangat wangi” Gumam
Haidar. Marlina ternyata berpakaian biasa (bukan jilbab besar), ia memakai
kemeja putih, rok berwarna hitam, namun ia menggunakan cadar.
Marlina pun melanjutkan ajakannya, “Kalau antum mau, nanti ana ajak ke
murabbi ana untuk bisa dapat rekomendasi dari murabbiku.”
Haidar semakin kaget, dan akhirnya ia memutuskan untuk pergi. Namun Marlina
tdak berhenti sampai disitu. Ia menahan Haidar dengan memegang tangannya,
“Kenapa kita’ (kamu) tidak mau kah?,” “Saya buru-buru, karena sebentar lagi jam
kuliah saya siang ini.” Jawab Haidar seraya meninggalkan wanita Syiah itu.
Marlina hanya bisa diam berdiri melihat Haidar beranjak meninggalkannya.
Ajakannya ditolak.
“Saya pikir ini iblis, karena nggak mungkin lah cewek secantik dia datang
mengajak saya kawin mut’ah. Saking kagetnya saya, saya pun pergi
tinggalkan dia untuk meninggalkan godaan setan yang sangat megejutkan ini.”
Haidar menutup kisah uniknya pada saya.
Seperti perkataan Haidar di atas, martabat dan harga diri wanita ini sudah
jatuh. Dalam ajaran Islam, kedudukan wanita sangatlah mulia. Mereka dihormati
dan ditempatkan pada kedudukannya yang tinggi. Salah satu contohnya adalah tata
cara pernikahan Islami. Dimana wanitalah yang dilamar oleh lelaki. Bukan
sebaliknya. Namun dalam ajaran Syiah, semuanya bisa terbalik. Wanita yang
melamar lelaki untuk berzina. Na’udzubillah
Menurut Haidar, cara seperti ini adalah salah satu trik orang-orang Syiah
dalam melancarkan propaganda ajaran sesatnya. Mengajak ikhwan yang bermanhaj
salaf untuk melakukan mut’ah. Yang akhirnya jika tawaran mut’ah itu diterima,
bisa menjadi bahan ejekan dan bumerang. Bisa saja mereka berkata, “Kalian
haramkan mut’ah, tapi ternyata kalau diajak kawin mut’ah mau juga.”
Semoga kisah nyata ini menjadi pelajaran berharga buat kita semua, jangan sampai kita termakan bujuk rayuan mereka dan masuk dalam kebinasaan.
Sumber: www.lppimakassar.com
------------------
Artikel: My Diary
Baca Juga:
- Fitrah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar