Minggu, 26 Januari 2014

Ketika Halimah As-Sa'diyah Menjadi Ibu Susuan Rasulullah


Tradisi yang berjalan di kalangan bansa Arab yang relatif sudah maju, mereka mencari wanita-wanita yang bisa menyusui anak-anaknya. Sebagai langkah untuk menjauhkan anak-anak itu dari penyakit yang bisa menjalar di daerah yang sudah maju, agar tubuh bayi menjadi kuat, otot-ototnya kekar dan agar keluarga yang menyusui bisa melatih bahasa Arab dengan fasih. Maka Abdul Muthalib mencari wanita dari Bani Sa'ad bin Bakr agar menyusui beliau, yaitu Halimah bin Abu Dzu'aib, dengan didampingi suaminya, AL-Harits bin Abdul Uzza, yang berjuluk Abu Kabsyah, dari kabilah yang sama.

Saudara-saudara Nabi shallallahu'alaihi wasallam dari satu susuan di sana adalah Abdullah bin Al-Harits, Anisa binti Al-Harits, Hudzafah atau Judzamah binti Al-Harits, yang julukannya justru lebih popular daripada namanya sendiri, yaitu Asy-Syaima'. Wanita inilah yang menyusui beliau dan Abu Sufyan bin Al-Harits bin Abdul Muthalib, anak paman beliau.

Paman beliau, Hamzah bin Abdul Muthalib juga disusui di Bani Sa'ad bin Bakr. Suatu hari ibu susuan Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam ini juga pernah menyusui Hambzah selagi beliau masih dalam susuannya. Jadi Hamzah adalah saudar RAsulullah shallallahu'alaihi wasallam dari dua pihak, yaitu Tsuwaibah dan dari Halimah As-Sa'diyah.

Halimah bisa merasakan barakah yang dibawa beliau, sehingga bisa mengundang decak kekaguman. Inilah penuturannya, sebagaimana dikatakan Ibnu Ishaq, bahwa Halimah pernah berkisah, suatu kali dia pergi dari negerinya bersama Suaminya dan anaknya yang masih kecil dan disusuinya, bersama beberapa wanita dari Bani Sa'd. Tujuan mereka adalah mencari anak yang bisa disusui. Dia berkata, "Itu terjadi pada masa paceklik, tak banyak kekayaan kami yang tersisa. Aku pergi sambil naik keledai betina berwarna putih milik kami dan seekor unta yang sudah tua dan tidak bisa diambil susunya lagi walau setetes. Sepanjang malam kami tidak pernah tidur karena haurs meninabobokan bayi kami yang terus menerus menangis karena kelaparan. Air susuku juga tidak bisa diharapkan. Sekalipun kami tetap masih bisa mengharapkan adanya uluran tangan dan jalan keluar. aku pun tergi sambil menunggang keledai betina milik kami dan hamit tak pernah turun dari punggungnya, sehingga keledai itu pun semakin lemah kondisinya.

Akhirnya kami serombongan tiba di Makkah dan kami langsung mencari bayi yang bisa kami susui. Setiap wanita dari rombongan kami yang ditawari Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam pasti menolaknya, setelah tahu bahwa beliau adalah anak yatim. Tidak mengherankan, sebab memang kami mengharapkan imbalan yang cukup memadai dari bapak bayi yang hendak kami susui. Kami semua berkata, 'Dia adalah anak yatim.' Tidak ada pilihan bagi ibu dan kakek beliau, karena kami tidak menyukai keadaan seperti itu. Setiap wanita dari rombongan kami sudah mendapatkan bayi yang disusuinya, kecuali aku sendiri.

Tatkala kami sudah bersiap-siap ingin untuk kembali, aku berkata kepada suamiku, "Demi Allah, aku tidak ingin kembali bersama teman-temanku wanita tanpa membawa seorang bayi yang disusui. Demi Allah, aku benar-benar akan mendatangi anak yatim itu dan membawanya."
"Memang ada baiknya jika engkau melakukan hal itu. Semoga saja Allah mendatangkan barakah bagi kita pada diri anak itu."

Halimah melanjutkan penuturan nya, "Maka aku pun menemui bayi itu (Rasulullah) dan aku siap membawanya. Tatkala menggendongnya seakan-akan aku tidak merasa repot karena mendapat beban yang lain. Aku segera kembali menghampiri hewan tungganganku, dan tatkala puting susuku kusodorkan kepadanya, bayi itu menyedot air susu sesukanya dan meminumnya sehingga kenyang. Anak kandungku sendiri juga bisa menyedot air susunya sepuasnya hingga kenyang, setelah itu keduanya tertidur pulas. Padahal sebelum itu kami tak pernah tidur sepicing pun karena mengurus bayi kami. Suamiku menghampiri ontanya yang sudah tua. Ternyata air susunya menjadi penuh. Maka kami memerahnya. Suamiku bisa minum air susu onta kami, begitu pula aku, hingga kami benar-benar kenyang. Malam itu adalah malam yang paling indah bagi kami.

"Demi Allah, tahukah engkau wahai Halimah, engkau telah mengambil satu jiwa yang penuh barakah." kata suamiku esok harinya.
"Demi Allah, aku pun berharap yang demikian itu." kataku.

Halimah melanjutkan penuturannya, "Kemudian kami pun siap-siap pergi menunggangi keledaiku. Semua bawaan kami juga kunaikkan bersama di atas punggungnya. Demi Allah, setelah kami menempuh perjalanan sekian jauh, tentulah keledai-keledai mereka tidak akan mampu membawa beban seperti yang aku bebankan di atas punggung keledaiku. Sehingga rekan-rekanku berkata kepadaku, 'Wahai putri Abu Dzu'aib, celaka engkau! Tunggulah kami! Bukankah itu keledaimu yang pernah engkau bawa bersama kita dulu?"
"Demi Allah, begitulah. Ini adalah keledaiku yang dulu," kataku.
"Demi Allah, keledaimu itu kini bertambah perkasa," kata mereka.

Kami pun tiba di tempat tinggal kami di daerah Bani Sa'ad. Aku tidak pernah melihat sepetak tanah pun yang lebih subur saat itu. domba-domba kami datang menyongsong kedatangan kami dalam keadaan kenyang dan air susunya juga penuh berisi, sehingga kami bisa memerahnya dan meminumnya. Sementara setiap orang yang memerah air susu hewannya sama sekali tidak mengeluarkan air susu walau setetes pun dan kelenjar susunya juga kempes. Sehingga mereka berkata garang kepada para penggembalanya, "Celakalah kalian! Lepaskanlah hewan gembalaan kalian seperti  yang dilakukan gembalanya putri Abu Dzu'aib." Namun domba-domba mereka pulang ke rumah tetap dalam keadaan lapar dan setetes pun tidak mengeluarkan air susu. Sementara domba-dombaku pulang dalam keadaan kenyang dan kelenjar susunya penuh berisi. Kami senantiasa mendapatkan tambahan barakah dan kebaikan dari Allah selama dua tahun menyusui anak susuan kami. Lalu kami menyapihnya. Dia (Rasulullah) tumbuh dengan baik, tidak seperti bayi-bayi yang lain. Bahkan sebelum usia dua tahun pun dia sudah tumbuh pesat.

Kemudian kami membawa kepada ibunya, meskipun kami masih berharap agar anak itu tetap berada di tengah-tengah kami, karena kami bisa merasakan barakahnya. Maka kami menyampaikan niat ini kepada ibunya. Aku berkata kepadanya, "Andaikan saja engkau sudi membiarkan anak ini tetap bersama kami hingga menjadi besar. Sebab aku khawatir dia terserang penyakit yang biasa menjalar di Makkah." Kami terus merayu ibunya agar dia berkenan mengembalikan anak itu tinggal bersama kami.

Begitulah Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam tinggal di tengah Bani Sa'ad, hingga tatkala berumur empat atau lima tahun, terjadilah peristiwa pembelahan dada beliau.

Muslim meriwayatkan dari Anas, bahwa Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam didatangi Jibril, yang saat itu beliau sedang bermain-main dengan beberapa anak kecil lainnya. Jibril memegang beliau dan melentangkannya, lalu membelah dadadan mengeluarkan hati beliau dan mengeluarkan segumpal darah dari dada beliau seraya berkata, "Ini adalah bagian setang yang ada pada dirimu." Lalu Jibril mencucinya di sebuah baskom dari emas dengan menggunakan air Zam-zam, kemudian menata dan memasukkan ke tempat semula. Anak-anak kecil lainnya berlarian mencari ibu susuannya dan berkata, "Muhammad telah dibunuh!" Mereka pun datang menghampiri beliau yang wajah beliau semakin berseri.

Dengan adanya peristiwa pembelahan dada itu, Halimah merasa khawatir terhadap keselamatan beliau, hingga dia mengembalikan Rasulullah kepada ibu beliau. Maka beliau hidup bersama ibunda tercinta hingga berumur enam tahun.

Demikianlah, betapa Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam semenjak dari kecilnya telah membawa banyak keistimewaan dan barakah.

Sumber: Buku Sirah Nabawiyah, Edisi Indonesia, karangan: Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri, penerjemah: Kathur Suhardi, penerbit: Pustaka Al-Kautsar Jakarta.

Artikel: My Diary
-----------------------

Baca Juga:
- Aku Mohon Kerelaannya
- Saat Rasulullah Pergi
- Mengapa Rasulullah Sangat Sayang Terhadap Kucing
- Inilah Petikan Ayat Al-Qur'an di Gerbang Harvard
- Imam Kedua Belas Syi'ah, Manusia Fiktif!!
- Hanzhalah bin Abi Amir, Seorang Syahid yang Dimandikan Malaikat
- Mujahidah di Medan Laga
- Sabar, Keajaiban Seorang Muslim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar