Jumat, 21 Februari 2014

Canda


Nu'aiman dan Hadiah untuk Rasulullah
Tidaklah Nu'aiman masuk ke Madinah sekejap pun kecuali ia membeli sesuatu di sana, kemudian ia membawanya kepda Rasulullah shallallahu'alahi wasallam sambil berkata, "Ya Rasul, oleh-oleh ini kuhadiahkan untukmu."

Tiba-tiba, sang pemilik oleh-oleh itu datang meminta uang kepada Nu'aiman. Tanpa sungkan-sungkan, Nu'aiman langsung membawanya kepada Rasulullah dan berkata, "Ya Rasul, tolong bayarkan uang oleh-oleh tadi kepada orang ini."

Rasulullah berkata, "Bukankah kamu telah menghadiahkannya kepadaku?"

Nu'aiman menjawab, "Demi Allah, aku tidak mempunyai uang (untuk membayarnya), tetapi aku ingin engkau memakannya." Mendengar jawaban Nu'aiman, Rasulullah tertawa. Beliau kemudian memerintahkan untuk memberikan uang kepada pemilih oleh-oleh tadi.

Rasulullah dan Orang Paling Miskin
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata, "Ada seorang laki-laki membatalkan puasanya pada bulan Ramadhan (karena bersetubuh dengan istrinya di siang hari). Rasulullah kemudian menyuruhnya untuk memerdekakan budak atau berpuasa selama dua bulan atau memberi makan kepada enam puluh fakir miskin. Ia (laki-laki yang membatalkan puasa) menjawab, "Aku tidak mampu yang Rasulullah."

Rasulullah kemudian mengabil seikat kurma dan berkata, "Ambillah kurma ini dan shadaqahkanlah!"

Laki-laki itu menjawab, "Ya Rasulullah, tidak ad orang yang lebih miskin daripada aku." Mendengar jawaban laki-laki itu, Rasulullah tertawa hingga gigi taring beliau terlihat.

Kemudian Rasulullah berkata, "Kalau begitu, ambil saja kurma ini!" (HR. Ahmad)

Abu Thayyib dan Tukang Sepatu
Suatu Ketika, Abu Thayyib menyerahkan sepatunya kepada tukang sepatu untuk diperbaiki. Setiap kali Abu Thayyib datang ke rumah tukan sepatu untuk melihat apakah sepatunya sudah diperbaiki, si tukang sepatu selalu bilang, 'Iya, akan ku perbaiki sekarang." Tetapi, Abu Thayyib melihat sepatunya selalu direndam di bak air.

Karena tidak kunjung selesai juga, akhirnya Abu Thayyib datang ke rumah tukang sepatu untuk yang terakhir kalinya. Begitu melihat sepatunya masih direndam di bak air, Abu Thayyib berkata kepada si tukang sepatu, "Aku menyerahkan sepatu ini kepadamu untuk diperbaiki, bukan untuk diajari berenang."

Orang Badui dan Urat Lambungnya
Suatu hari, seorang badui menghadiri jamuan Yaxid bin Mazid. Melihat kedatangan orang badui itu, Yazid berkata kepada teman-temannya, "Berilah jalan untuk saudara kalian yang baru datang ini."

Orang badui itu berkata, "Tidak perlu kalian memberi jalan kepadaku, karena urat lambungku panjang."

Begitu sang badui mengulurkan tangannya untuk mengambil makanan, tiba-tiba si badui itu mengeluarkan angin (kentut) dengan suara yang keras.

Mendengar itu, Yazid tertawa sambil berkata, "Oh saudaraku, sepertinya urat lambungmu sudah putus."

Al-A'masy dan Anaknya yang Bodoh
Al-A'masy memiliki seorang anak laki-laki yang bodoh.
Suatu hari, A'masy menyuruhnya, "Nak, tolong belikan tali jemuran,"
Sang anak bertanya, "Berapa panjangnya, Ayah?"
A'masy menjawab, "Sepuluh hasta,"
Sang anak bertanya lagi, "Kalau lebarnya berapa, Ayah?"
A'masy menjawab, "Selebar musibah yang menimpaku karena punya anak sepertimu."

Insya Allah!
Suatu hari, seorang laki-laki pergi ke basar hendak membeli keledai. Ditengah jalan, ia bertemu dengan temannya. Si teman kemudian bertanya kepadanya, "Kamu mau kemana?"
Ia menjawab, "Mau ke pasar untuk beli keledai."
Si teman berkata, "Katakanlah Insya Allah!"
Laki-laki itu menjawab, "Dalam kondisi seperti ini, tidak perlu lagi mengatakan Insya Allah. Uang sudah di saku dan keledai sudah di pasar."

Sesampainya di pasar, laki-laki itu mencari keledai. Pada saat mencari-cari keledai, tiba-tiba uangnya ada yang mencuri. Ia lalu pulang dengan wajah yang sedih. Ditengah jalan, ia bertemu lagi dengan temannya tadi. Si teman bertanya kepadanya, "Kamu terlihat sedih, kenapa?"
Ia menjawab, "Uangku, Insya Allah dicuri orang."
Si teman berkata, "Kalau sudah hilang, tidak perlu lagi bilang Insya Allah!"

Nu'aiman dan Siwaibith
Diriwayatkan dari Ummu Salamah, ia berkata, "Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu'anhu pernah keluar berdagang ke Syam. Ia pergi bersama Nu'aiman dan Suwaibith bin Harmalah, kedua-duanya pernah ikut Perang Badar. Saat itu, Suwaibith membawa bekal makanan. Tiba-tiba, Nu'aiman mendekatinya dan berkata, "Berikan makanan itu kepadaku." Suwaibith menjawab, "Tidak, tunggu sampai Abu Bakar datang," Nu'aiman adalah sosok laki-laki jenaka yang suka melawak. Ia berkata kepasa Suwaibith, "Sungguh, aku akan benar-benar marah kepadamu."

Ketika mereka berjalan melewati suatu kaum, Nu'aiman berkata kepada kaum itu, "Apakah kaliam mau membeli budak dariku?"
Mereka berkata, "Iya, kami mau membelinya."
Nu'aiman berkata, "Tetapi budakku itu pandai bicara. Dia akan berkata kepada kalian, 'Aku sudah merdeka.' Karenanya, jika ia berkata begitu, biarkan saja dan jangan kalian ganggu dia."
Mereka menjawab, "Kalau begitu, budakmu akan kami beli seharga sepuluh qalaish (unta yang masih bujang)."

Nu'aiman pun menyetujuinya. Ia langsung menggiring onta itu dan mengikatnya. Nu'aiman berkata kepada mereka, "Ambillah budak ini..!"
Mereka berkata kepada Suwaibith, "Kamu telah kami beli."
Suwaibith menjawab, "Nu'aiman itu berbohong. Aku ini orang merdeka."
Mereka menjawab, "Iya, tadi kami sudah diberitahu keadaanmu."
Mereka kemudian mengikat leher Suwaibith dan langsung membawanya pergi.

Tidak lama kemudian, Abu Bakar datang. Ia diberi tahu kejadian yang sebenarnya oleh Nu'aiman. Segera saja, ia mengajak kawan-kawannya menuju tempat orang yang membeli Suwaibith. Sesampainya di sana, mereka (orang-orang yang membeli Suwaibith) diberi tahu bahwa Nu'aiman hanya bercanda. Akhirnya, onta-onta itu dikembalikan lagi dan Suwaibith pun diminta kembali.

Setelah kembali ke Madinah, mereka (Abu Bakar dan rombongan) datang menemui Nabi dan menceritakan lelucon yang dilakukan Nu'aiman. Mendengar lelucon itu, Rasulullah dan para sahabat yang lain tertawa. (Ibnu Katsir, Usudul Ghabah, V/368)
-----------

Sumber: Buku Golden Stories, karangang: Mahmud Mushtafa Sa'ad dan Dr. Nashir Abu Amir Al-Humaidi, penerbit: Pustaka Al-Kautsar Jakarta.

Artikel: My Diary

Baca Juga:
- Rumah Tangga Nabawi
- Mengapa Rasulullah Menikahi Zainab binti Jahsy?
- Umar bin Khattab radhiallahu'anhu
- Mengenal Utsman bin Affan radhiallahu'anhu
- Inilah Hikmah Dibalik Cobaan yang Belum Engkau Tahu


4 komentar:

  1. selamat siang mbak , , ,
    kadang miris kadang jug tersenyum bacany mbak . . .

    BalasHapus
  2. malam mbk..! artikelnya bagus dan lucu
    ku tunggu kiriman berikutnya ..!
    salam kenal
    fatholla.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam kenal kembali...
      Insya Allah, kami mampir ke blog anda...

      Hapus