Minggu, 16 Februari 2014

Mujahidah Berbaju Besi


Khaulah binti Al-Azwar adalah seorang mujahidah berbaju besi. Sejarah kehidupan Khaulah binti Al-Azwar berhubungan dengan sejumlah tokoh dalam perang Ajnadin. Dalam perang itu, kaum muslimin di bawah pimpinan Khalid bin Walid berperang melawan tentara Romawi di bawah pimpinan Heraklius. Khaulah telah memberikan kontribusinya dalam perang itu sebagaimana yang diberikan para laki-laki. Dia ikut dalam perang itu secara sembunyi-sembunyi untuk membebaskan saudaranya, Dhirar dari penjara.

Diriwayatkan bahwa ketika Dhirar bin Al-Azwar ditahan di Ajnadin, Khalid bin Walid bersama tentaranya berniat untuk membebaskannya. Ketika Khalid bin Walid dan tentara Muslim sedang dalam perjalanan, tiba-tiba seorang penunggang kuda melintasinya dengan membawa tongkat dan tidak kelihatan wajahnya kecuali kedua buji matanya. Penunggang kuda itu berjalan dan ingin melempar tombak sendirian dan tidak perduli dengan orang yang ada dibelakangnya. Ketika Khalid bin Walid melihatnya, dia berkata, "Siapakah penunggang kuda ini? Demi Allah, sungguh dia benar-benar tentara berkuda yang luar biasa."

Khalid kemudian mengikutinya dan tentaranya berada di belakangnya hingga akhirnya mereka bisa mengejar tentara Romawi. Penunggang kuda itu lalu masuk ke barisan tentara Muslim untuk menyerang pasukan Romawi, dan berteriak hingga gemparlah suasana barisan mereka serta membangkitkan semangat tentara Muslim. Suara itu tidak lain berasal dari penunggang kuda yang ketika keluar dari barisan itu, tombaknya telah berlumuran darah. Dia telah berhasil membunuh beberapa orang dari pihak musuh. Penunggang kuda itu kemudian memberanikan diri untuk kedua kalinya dan menembus barisan musuh. Kaum Muslimin merasa sedih dan kasihan melihatnya, karena takut terjadi sesuatu yang buruk terhadapnya. Sementara orang-orang mengira bahwa penunggang kuda itu adalah Khalid bin Walid.

Rafi' bin Umairah bertanya kepada Khalid bin Walid, "Siapa penunggang kuda yang melaju di hadapanmu?" Dia telah mengerahkan jiwa dan tenaganya." Khalid menjawab, "Demi Allah, Aku juga kagum melihatnya."

Ketika orang-orang membicarakannya, penunggang kuda itu keluar seolah-olah dia adalah cahaya api yang menyambar. Setiap kali ada musuh yang mendekatinya, dia mengarahkan tombaknya kepada musuh itu, hingga akhirnya dia tiba di barisan kaum Muslimin, lalu mereka mengerumuninya. Mereka memberinya semangat agar dia mau memberitahukan namanya dan membuka penutup wajahnya. Khalid yang merupakan pemimpin kaum Muslimin memberikan semangat kepadanya. Namun tidak ada jawaban dari penunggang kuda itu. Ketika Khalid tetap bertanya kepadanya, dia menjawab, akan tetapi dia tidak membuka penutup wajahnya. Akhirnya penunggang kuda itu berkata, "Wahai komandan perang, aku tidak menampakkan diriku kepadamu tidak lain karena aku malu kepadamu, karena engkau adalah pemimpin besar, sedangkan aku adalah wanita pingitan. Adapun yang menyebabkan aku demikian, karena hatiku terbakar dan aku sakit hati." Khalid bertanya kepadanya, "Jadi siapakah dirimu?"

Penunggang kuda itu menjawab, "Aku adalah Khaulah binti Al-Azwar. Ketika aku bersama para perempuan dari kaumku, tiba-tiba ada yang datang kepada kami dan memberitahukan bahwa saudaraku ditawan. Maka aku pun menunggang kuda itu dan melakukan seperti apa yang engkau lihat."

Disna Khalid berteriak lantang di tengah tentara-tentaranya, mereka lalu berangkat dan mengajak Khaulah binti Al-Azwar untuk menyerang tentara Romawi. Ketika perang berlangsung, Khaulah berkeliling ke semua tempat untuk mencari kemana tentara Romawi membawa saudaranya. Namun dia tidak mendapatkan jejak maupun kabar tentang saudaranya tersebut. Dia akhirnya tetap ikut berjihad hngga akhirnya berhasil menyelamatkan saudaranya.

Menjadi Tawanan Perang
Khaulah binti Al-Azwar pernah menjadi tawanan dalam perang Shahura bersama para wanita muslimah lainnya. Dia menjadi pelopor dan mampu mengobarkan api perlawanan didalam hati mereka, sekalipun mereka tidak memiliki senjata apapun.

Ketika itu Khaulah berkata, "Ambillah tiang bendera dan kayu-kayu pasak, lalu kita pukulkan kepada penjahat itu, sehingga Allah memberi kia pertolongan atas mereka." Afra' binti Ghaffar berkata, "Demi Allah, apa yang kamu katakan kepada kami telah aku ingat tadi." Maka masing-masing dari wanita itu kemudian mengambil tiang tenda tempat mereka ditawan. Khaulah membawa tiang tenda itu dipundaknya dan diikuti oleh para wanita lainnya. Khaulah berkata kepada mereka, "Jangan sebagian dari kalian berpisah dengan sebagian yang lain. Jadilah seperti kelompok yang melingkar dan janganlah bercerai berai sehingga dapat menyebabkan kalian kalah, karena tombak dan pedang musuh juga dapat menyambar dan melumpuhkan kalian."

Khaulah kemudian menyerang diikuti oleh para wanita lainnya. Mereka berhasil membunuh banyak musuh hingga mereka selamat dari cengkraman tentara Romawi. Khaulah keluar dan berkata,
"Kami adalah anak-anak perempuan pengikut dan masih kemerah-merahan. Akan tetapi serangan kami terhadap musuh itu tidak dapat dipungkiri. Karena kami dalam perang itu seperti api yang menyala, dan pada hari itu kalian merasakan siksaan yang terbesar."
Perang itu telah dicatat oleh sejarah antara Arab dan Romawi. Dalam perang itu, Dhirar ditawan untuk yang kedua kalinya. Maka saudaranya, Khaulah bersedih atas peristiwa yang terjadi dan bertekad untuk membalas dendam kepada tentara Romawi. Khaulah binti Al-Azwar memecah kembali barisan musuh seraya mencari saudaranya. Namun dia tidak berhasil mendapatkannya. Dia lalu berteriak lantang, "Wahai saudaraku, saudari perempuanmu adalah tebusanmu."

Semangat kaum Muslimin kembali bangkit dan mereka mengepung Anthkiyah. Disanalah tentara Romawi membentengi diri bersama para tawanan perang. Dalam perang itu, kaum Muslimin menang dan berhasil membebaskan para tawanan setelah melalui perjuangan yang getir dan pahit. Dhirar kemudian kembali kepada saudarinya dan bergembira atas pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Khaulah binti Al-Azwar meninggal dunia pada masa pemerintahan Khalifah Ustman bin Affan radhiallahu'anhu.

Sumber: Buku 100 Kisah Kepahlawanan Wanita, karangan Imarah Muhammad Imarah, penerbit: Pustaka Al-Kautsar Jakarta.

Artikel: My Diary

Baca Juga:
- Syi'ah Aneh Tapi Nyata
- Kisah Cerdiknya Seorang Pemuda yang Ikhlas
- Zina adalah Hutang
- Berbagai Fitnah dan Terbunuhnya Utsman bin Affan radhiallahu'anhu
- Ketika Cinta Berbuah Surga
- Keutamaan Hari Jum'at
- "Madu" itu Pahit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar